Sebentar lagi pisang kami masak. Untuk kali kedua. Alhamdulillah dari satu rumpun pisang, kami bisa panen satu tandan per tahun.
Bagi kami sekeluarga, buah pisang menjadi buah yang istimewa. Sering kali tersaji di meja. Baik berupa buah segar ataupun olahannya.
Pisang goreng, naget pisang, pisang kukus, setup pisang, atau kolak pisang. Aneka rasa dan warna.
Karena itu, di pekarangan rumah, kami memiliki banyak pohon dari beberapa jenis pisang. Pisang hijau dengan pohon yang pendek. Pisang ambon berbatang besar. Saat ini, kami juga sedang berusaha menanam pisang raja yang kami adopsi dari tetangga.
Buah Surga?
Pisang, salah satu buah yang disebutkan dalam Alquran, tepatnya di QS Al waqiah:27-29. Tentu pisang yang di surga akan jauh lebih enak dari yang kita rasa di dunia. Enaknya tak terbayangkan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan golongan kanan, siapakah golongan kanan itu. (Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang (ath-thalhu) yang bersusun-susun (buahnya),…“ –QS.Al-Wāqi‘ah [56]: 27-29
Tentang maksud Ath-thalhu, para pakar tafsir berpendapat bahwa pohon tersebut adalah pohon pisang. Mujahid (ibnu Jabir, tabi’in) berkata: “mereka terbuat dengan pisang kampung dan pesonanya”. (Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, 2019).
Sajian sederhana di sore hari. Cukup pisang goreng panas. Ditemani segelas besar teh hangat. Duduk bersebelahan, beduaan. Dengan suara latar kakak adik sedang bermain –atau ehm… berdebat–.
(Wiyanto Sudarsono)
Ref. Tamasya ke Surga. Ibnul Qayyim Allah Jauziyah. Darul Haq (Cetakan ke-21): 2019.
Jika Cintamu tak Beralasan selain ia yang kau cinta maka ia nyata, tak kan lenyap selamanya Jika Cintamu digerakkan oleh suatu alasan maka cintamu akan hilang bersama hilangnya alasan (Ibnu Hazm Al-Andalusi)
Saya sangat menyukai mi ayam. Masakan olahan tepung terigu dipadukan dengan ayam yang dipotong kecil-kecil dibumbui kecap manis. Di kota manapun saya singgah, saya akan bertanya: ‘dimana ada mi ayam enak?’
Mi ayam bersaing atau berpadu dengan bakso, dalam merebut hati pelanggan. Mulai dari gerobak dorong, kaki lima bertenda biru, hingga berbentuk resto modern. Semua bisa menyediakan menu mi ayam.
Saya harus minta maaf, bahwa di kota kami, tidak ada mi ayam seenak buatan chef yang saya kenal. Dan sayangnya, untuk sementara ini dibuat nonkomersial. Chef itu bernama (julukan) Ummu Ahnaf, ups, itu istri saya.
Porsi Besar
Setiap membuat mi ayam, –belakangan dideklarasikan bahwa satu bulan satu kali buat mi ayam– bisa berkali kali makan. “Porsi kecil atau besar Bah?”, tanya istri saya. “Sedang saja” “Sayurnya tak banyakin ya”. Katanyi sambil merebus mi dan sayur.
“Maaf, jadinya porsi besar”. Dia sajikan mi ayam itu sambil nyengir.
Saya menyantapnya, kadang sambil menutup mata. Dan benar, diingatan saya tidak ada mi ayam di Gresik yang seenak ini.
“Ini yang membuat aku gemuk”. Keluh saya. Dan benar, sejak menikah, berat badan saya naik paling tidak 15 kg, bahkan pernah naik hingga 20 kg.
“Terus salahku?”. Katanya yang ku dengar samar, karena inderaku terpusat di mi ayam.
“Nggak, karena aku tahu, cintamu padaku bukan karena alasan aku gemuk atau kurus. Cintamu sejak kedipan pertamaku”. Jawabku sambil ngikik, menggodanyi, setelah sesuap mi ayam akun telan.
Berikut sajakku untuk mi ayam terenak, eh, istri tercinta:
Ungkapan cinta tak harus mewah Dengan masakan sederhana pun bisa Masaklah makanan apa saja Kata orang, itulah pelet cinta dalam rumah
Mari kita saling menghargai orang-orang terdekat kita, terutama orang rumah (istri, anak, atau keluarga lainnya). Sekecil apapun sumber penghargaan itu.
Saya lebih suka dengan definisi bidang fisika dari KBBI untuk makna “ruang”. Ru.ang/ n. Fis. Rongga yang berbatas atau terlingkung oleh bidang.
Jika di dunia digital kita bisa menemui alamat website menarik dan bermanfaat seperti: ruangmenulis.id dan ruangkeluarga.id. Itu ruang dengan definisi yang lain.
Ruang definisi fisika, saya nilai tepat untuk menggambarkan rumah (house). Bangunan yang terdiri dari ruang-ruang, kamar-kamar. Ruang itu diisi dengan orang, manusia beserta segala eksistensi dan ekspresinya, menjadikan rumah sebagai hunian (home).
Ada surat di dalam Al-quran, dibahas dalam khutbah Jumat ini di Masjid Nurul Jannah Gresik. Surat itu bernama Al-Hujuraat. Saya dengarkan khutbah sambil -astaghfirullah- mengantuk. Karena itu saya perlu cek lagi di aplikasi Quran Kemenag.
Al-hujuraat bermakna kamar-kamar. Saya baca ulang terjemahan ayat-ayat di surat tersebut. Sebagian besar membahas tentang hubungan manusia dengan orang lain. Baik dengan Nabi, sesama mukmin, manusia secara umum, bahkan dengan orang yang zalim atau fasik.
Contohnya ayat 10, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. “ –QS.Al-Ḥujurāt [49]:10.
Sang khatib mengambil hikmah dari surat ini, bahwa jika rumah (menurut saya hunian lebih tepatnya) yang terdiri dari kamar-kamar itu ingin tenang dan menyenangkan, maka penghuninya harus rukun dan saling mengerti.
Saya tambahkan lagi, menjauhi berprasangka. Dan jangan pula mengolok-olok. Sebagaimana dinyatakan jelas di ayat 11 dan 12.
Saya pikir demikian, jika keluarga ingin damai, tenang, dan bahagia, penghuni rumah harus ada pengertian, saling memahami, dan saling menasihati. Bahkan mungkin tidak sebatas keluarga, tapi di lingkup (ruang) yang lebih luas, baik itu RT, RW, desa, sampai Negara.
Luar biasa makna surat Al Hujuraat ini. Menggabungkan antara hubungan antarmanusia dengan keimanan. Karena itu, surat ini ditutup dengan ayat keimanan:
“Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. “ –QS.Al-Ḥujurāt [49]:18.
Semoga Allah memasukkan kita sebagai golongan orang orang mukmin, yang berbuat baik kepada Saudara sesama mukmin, dan semoga kita termasuk orang yang bertakwa. Amin
Orang yang mencintai ada tiga macam: 1. Orang yang mempunyai keinginan tertentu dari orang yang dicintainya. 2. Orang yang berkeinginan terhadap orang yang dicintainya. 3. Orang yang berkeinginan seperti orang yang dicintai. Ini adalah tingkatan tertinggi dari orang-orang yang mencinta. (Ibnul Qayyim, 2012).
Saya rasa, seharusnya demikian setiap pasangan yang saling mencintai. Seseorang akan menyesuaikan perilaku, selera, hingga gaya hidup orang yang dicintai.
Semakin banyak ia menyesuaikan, semakin dia mencintai. Meski dalam kisah cinta dua manusia, tidak harus semua saling bersesuaian.
Seorang istri awalnya tidak menyukai buah nanas. “Nanas membuat tenggorokan serak”. Demikian kebiasaan dan pendapat sang istri, dia dapat dari ibunyi.
Si suami penyuka nanas. Suami sering minta dibelikan nanas. Istri mencoba, dan ternyata jadi suka. Sehingga ia menyesuaikan suami sebagai penyuka buah nanas.
Dalam kehidupan suami istri, penyesuaian memang tidak harus salah satu mengikuti satunya secara ekstrem. Tapi bisa jadi masing-masing menyesuaikan diri sehingga ketemu di tengah. Sebuah hal menjadi disukai berdua, namun sebelumnya bukan dari salah satunya.
Atau bergantian di setiap hal. Dalam satu hal, misal makanan suami menyesuaikan istri. Dalam hal lain, misal dekorasi rumah istri menyesuaikan suami.
Kesempurnaan cinta adalah ketika keinginan disesuaikan sedemikian rupa sehingga sama dengan keinginan orang yang dicintai. Ini adalah cinta tertinggi sebagaimana penjelasan Ibnul Qayyim. Dan cinta ini hendaknya ditempatkan dan diperuntukkan untuk Cinta kepada Allah semata.
“Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa- dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS.Āli ‘Imrān [3]:31)
Allah berkeinginan agar hamba mengikuti Nabi-Nya. Sebagai tanda dan bukti cinta.
Ibnul Qayyim menyebutkan: Kau durhakai Allah dan kau katakan mencintainya Yang demikian itu mustahil bisa diqiyaskan dengan usaha Andaikan cintamu tulus, tentu kau akan patuh pada-Nya Orang yang mencintai itu tentu akan patuh kepada yang dicintai.
Semoga kita termasuk hamba yang mencintai Allah, dan membuktikan kecintaan kita dengan taat dan patuh menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin.
Pengunjung toko buku bermacam jenisnya. Pelancong, pengantar, kolektor, pembaca, penulis.
Seseorang yang hanya jalan-jalan ke toko buku: pelancong. Sekedar menghilangkan penat.
Seseorang yang hanya mengantar ke toko buku: pengantar. Yang beli atau yang baca adalah anak atau kawan.
Pembeli buku, bacanya belum tentu: kolektor. Rajin beli buku, tapi sedikit yang selesai,bahkan mungkin tidak ada yang selesai.
Pembaca: datang ke toko buku dengan niat mau membaca buku. Dengan cara membeli kemudian dibaca, atau hanya sekedar baca yang sudah dibuka.
Membaca, atau membeli untuk dibaca dan jadi referensi atau inspirasi untuk karya tulis: penulis. Pengunjung toko buku teristimewa menurut saya.
Saya atau kita termasuk yang mana? Kalau saya, sering masuk toko buku sebagai ‘sok’ pembaca, ‘sok’ pencari inspirasi untuk tulisan, namun, sering kali berakhir sebagai kolektor. Masih banyak buku saya yang masih tersegel plastik. Sedih. Apakah saya perlu ikut kelas membaca?
Emosional
Sering kali mengunjungi toko buku,atau bazar buku, emosi dan khayalan yang bermain. Pengen baca ini dan itu, tapi hanya emosional sesaat. Langkah nyatanya: Nol.
Mengadopsi salah satu materi menulis dari mentor saya (secara resmi saya hanya memiliki satu mentor dalam penulisan), kita harus memaknai dan memprioritaskan membaca. Sebagaimana menulis, membaca juga ada zonanya. Zona waktu membaca dan zona tempat membaca. Itu jika kita hanya sampai menjadi pembaca. Terutama pembaca buku yang sudah dibeli.
Jika sebagai penulis, membaca lah sebagai penulis. Membeli buku sebagai penulis. Berkunjung ke toko buku sebagai penulis. Beli sesuai tema yang sedang ditulis. Kalap sesekali saat bazar buku mungkin dapat ditoleransi.
Jangan terjebak di toko buku. Jebakan toko buku: Membeli banyak buku tapi tidak dibaca. Meski saya sendiri berprinsip: beli dulu, bacanya nanti, yang penting beli, yang penting punya.
Terbaik adalah: Membeli, membaca dan menulis buku. Dan menulis adalah kasta tertinggi literasi. Demikian yang pernah saya dengar atau baca.
Karena itu, tetaplah ke toko buku. Witing tresno jalaran songko kulino. Apalagi jika, bisa menunjukkan buku yang kita tulis (berharap) kepada anak atau cucu. Bismillah.
Tanggal 1 September telah datang. Kartu Tani untuk penyaluran Puber resmi dijalankan, seharusnya. Sesuai SK KPA Subsidi Pupuk No. 491 tanggal 19 Agustus 2020, resmi mulai berlaku. Dugaan penundaan tak jadi datang, paling tidak hingga sekarang. Dua jam sebelum ganti tanggal.
Info dari berbagai wilayah berseliweran, di grup WA. Ada surat dari pemerintah daerah, berdasarkan pemberitaan daring (online). Beritanya saya kutip juga di seri ke-13 (siap tunda?). Kemudian, katanya Pemda tersebut dapat teguran dari Kementan.
Ada juga Dinas Pertanian yang meminta penangguhan. Karena ketidaksiapan kartu tani dan mesin EDC-nya.
Ada juga Dinas Pertanian yang menyampaikan agar pengecer mengembalikan kartu tani milik Petani yang disimpan. Kartu tani tidak dapat dipindahtangankan.
Mending Tutup
Pengecer nampaknya melihat potensi. Entah potensi positif atau negatif.
Yang positif, segera melihat peluang besar. Pupuk non subsidi bisa digerakkan. Demikian bayangan saya dari obrolan bersama sales people (pejuang penjualan) jagoan.
Yang negatif, mungkin karena belum punya EDC, atau banyak petani yang belum punya Kartun tani, atau petaninya sering hutang/yarnen, memilih tutup sementata. Itu dugaan atau hipotesis saat ini. Perlu diuji.
Sebuah Tahapan
Segala sesuatu butuh awalan. Dan tahapan. Saya jadi berpikiran, 1 September ini adalah sebuah tahapan, untuk implementasi kartu tani tahun depan.
Bukan berati ini hanya uji coba. Tahun depan diimplementasikan seluruh Indonesia, sebelum itu, tahapan nya adalah Jawa, sebagian Sumatera, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
Sebagian Kalimantan yang belum. Masih ada waktu untuk menunggunya.
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. “ –QS.Ar-Rūm [30]:21
Sebuah terjemahan ayat suci yang sering mengingatkan kita. Saat datangnya sebuah kabar bahagia, pernikahan dua manusia (pria dan wanita). Ya, terjemahan ayat di atas sering dikutip dalam undangan pernikahan.
Tiga hal, semua kaum, bangsa, agama, adat, yang saya ketahui, memiliki ritual atau tata cara khusus di dalamnya: kelahiran, pernikahan, dan kematian. Ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama, itulah nikah.
Setelah ada ikatan sesuai ketentuan, barulah kedua orang laki perempuan SAH, sebagai pasangan. Sah sebagai suami dan isteri.
Demikianlah, hendaknya manusia memilih yang baik bagi dirinya. Menjadi yang baik bagi seseorang atau pasangan yang dicintainya. Baik dan sah secara syariat, maupun secara adat.
Hendaknya kita menghindari yang maksiat. Memilih jalan selamat. Saya pikir itulah kekuatan dan keberanian cinta sesungguhnya, cinta yang kuat.
Kisah Sah Cinta
Seorang wanita, dicintai oleh seorang pemuda. Tampannya pemuda sepadan dengan cantiknya sangat wanita. Mereka saling mencinta.
Suatu waktu mereka bertemu ditempat sepi. Tidak ada orang lain. Hanya Allah , kemudian mereka berdua yang tahu.
Pemuda berkata: “Kekasihku, mari kita buktikan cinta kita“. ” Tidak, Demi Allah! Aku tidak akan pernah melakukannya. Allah berfirman: ‘teman teman yang akrab pada hari itu, sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa’ (Az-Zukhruf[43]: 67).” Jawab wanita dengan tegas.
Tak lama berselang, keduanya bersatu dalam ikatan suci dan halal melalui pernikahan. (Ibnu Hazm, 2008).
Mari bersyukur ketika di rumah kita telah memiliki pasangan yang sah. Mari menjadi baik bagi pasangan kita. Selalu ada ruang bersyukur meski hanya di rumah saja.
(Wiyanto Sudarsono)
Ref: Di Bawah Naungan Cinta. Ibnu Hazm Al- Andalusi. Penerbit Republika Cet. IX (2008).
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya…” –QS.An-Nisā’ [4]:1
Kisah tentang Bapak manusia (Adam) dan Ibunda manusia (Hawa), banyak hikmah yang bisa kita petik. Salah satunya, yang semoga senantiasa terjaga ada di sanubari manusia: kasih sayang.
Allah menyebutkan, bahwa asal penciptaan manusia adalah dari satu ayah dan satu ibu. Tujuannya agar sebagian mereka berkasih sayang dengan sebagian lainnya (Tafsir Ibnu Katsir, 2012).
Salah satu makna pasangan adalah “yang merupakan pelengkap bagi yang lain”. Karena itu, setiap individu yang berpasangan hendaknya melihat ke dirinya, adakah kita semakin baik, semakin lengkap? Dan juga melihat ke pasangan, sudahkah menjadi pelengkap?
Dengan demikian, setiap individu masing-masing dapat menjadi lengkap, dengan adanya pasangan. Sesuai dengan hak dan kewajiban. Membuat nyala cinta dan kasih sayang semakin terang.
Salah satu yang bagi kami dapat dilakukan untuk tetap mempertahankan kasih sayang adalah dengan berdekatan. Seperti huruf N dan G yang berdekatan. Penulisan ‘NG’ pada judul di atas tidak salah. Simbol kedekatan. Tidak hanya atau tidak sekedar fisik, tapi dekatnya hati dan jiwa.
Bersyukurlah bagi yang telah memiliki pasangan (istri/suami). Berkasih sayanglah!! Begitulah tujuan diciptanya pasangan. Jagalah! Jangan sampai memudar.
Mereka berkata Hidup perlukan cinta Agar sejahtera aman dan bahagia Andai tiada atau pudar warnanya Meranalah jiwa gelaplah dunia (Warna-Warna Cinta – Brothers, 2005)
“Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan” –QS.An-Nabā’ [78]:8
(Wiyanto Sudarsono)
Ref: Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2. Dr. Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh. Pustaka Imam Syafi’i (2012)
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu …”
– QS.An-Nisā’ [4]:1
Pada awalnya kita itu sendiri. Lahir sendiri (satu per satu), semua hal yang dilakukan akan kembali kepada diri sendiri, meninggal juga dikubur sendiri. Setelah itu, pertanggung jawaban juga sendirian.
Keberadaan orang lain di sekeliling sebenarnya berfungsi melengkapi dan menyempurnakan atau menggenapkan diri. Baik berupa bantuan, pengingat, hiburan, atau bahkan ujian.
Kita berbuat baik kepada keluarga, misalnya, bukan semata karena keluarga butuh kita, namun karena kita butuh berbuat baik kepada mereka. Seseorang menasihati orang lain, bukan karena atau belum tentu mereka butuh nasihat, tapi kita yang butuh nasihat dengan cara menasihati orang lain.
Demikian pula bahagia diri. Tergantung kepada diri kita sendiri. Bisa jadi dipengaruhi lingkungan dan orang sekitar, tapi tergantung bagaimana menyikapi. Setiap individu, diri, jiwa, berhak dan harus bahagia.
Bahagia itu dari dalam diri Kesannya zahir rupanya maknawi Terpendam bagai permata di dasar hati
Bahagia itu ada pada hati Bertakhta di kerajaan diri Terbenam bagai mutiara di lautan nurani
Hakikat Bahagia – Unic (2015)
Cintai diri dengan berbahagia. Sesuai dengan cara kita. Tidak masalah jika berbeda. Jangan bersedih hati.
“…Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” QS.Al-Baqarah [2]:112
‘Wajib kartu tani buat tebus pupuk bakal diundur tahun depan’, demikian tajuk salah satu berita di detik.com.
“Masalah kewajiban ini, kita tinggal lakukan relaksasi karena ini juga permintaan dari KPK. Saya akan melakukan tahapan supaya kalau bisa tahun depan realisasinya,” Demikian, pernyataan Pak Menteri SYL. Pernyataan di berikan selepas Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI.
Dengan penundaan implementasi kartu tani ini, semua pihak dapat lebih bersiap. Seperti, peningkatan akurasi data petani (yang sudah 94%), peningkatan jumlah petani penerima kartu, mekanisme penyaluran, pembentukan tim layanan kartu tani di berbagai pihak..
Penundaan paling tidak 4 bulan ini, harus digunakan sebaiknya untuk persiapan. Sehingga semakin siap seluruh pihak untuk implementasi.
Surat-Surat
Sebelumnya muncul surat dari KPA (Kuasa Pengguna Anggaran) tentang Penagihan Penebusan Pupuk Bersubsidi Menggunakan Dashboard Bank Tahun Anggaran 2020. (baca: Kartu Pengejut). Surat tertanggal 19 Agustus 2020.
Sebagai tindak lanjut keputusan KPA, Pelaksanaan Subsidi yakni PIHC, mengeluarkan surat. Surat tertanggal 28 Agustus 2020, ditujukan kepada Direktur Utama (semuanya baru) produsen pupuk.
Isinya empat poin: 1. Seluruh pengecer Wajib KPL di seluruh wilayah implementasi kartu tani. Serta Wajib KPL untuk seluruh Indonesia pada akhir September 2020. 2. Wajib dipastikan penyaluran hanya menggunakan kartu tani di wilayah yang ditetapkan KPA. 3. Produsen agar aktif dalam sosialisasi, edukasi dan Menjelaskan kepada distributor dan pengecer apabila terdapat permasalahan agar dapat berkoordinasi dengan stakeholder terkait (Dinas Pertanian maupun Bank penanggung jawab kartu tani di wilayah tersebut) 4. Tetap memperhatikan dan melaksanakan ketentuan serta peraturan yang berlaku.
Upaya Dukungan
Saat saya membagikan seri-12 (baca: Takut Kartu), 27 Agustus lalu, sahabat saya di salah satu bagian Perencanaan dan Pengendalian Usaha, bertanya:
“Langkah proaktif suportif apa yang bisa dilakukan PI group saat ini?”.
“Sosialisasi dan Edukasi, segera samakan kios untuk Anper. Membentuk Kartu Tani Care,dll“. Jawab saya via aplikasi WA.
“Permasalahannya, sumbangsih PI group apa yang bisa win-win solution ke semua pihak?” kejarnya lagi.
Agak grogi saya dibuatnya. Alhamdulillah bertanya lewat WA. Kalau langsung bisa pucat saya.
“Selain yang sudah kusebutkan, ada satu hal di Kartu Tani yang hanya PI Grup yang bisa: me-link-kan stok dengan data kartu tani. Sistem di PI seharusnya yang bisa adalah SIAGA. Tapi saat ini itu yang belum“. Jawab saya agak lega. Infonya rumah atau slot di SIAGA sudah disiapkan.
“Sebenarnya win win di capai jika penyaluran tepat sasaran, valid, semua pihak aman secara audit“. lanjut saya.
Perlu diketahui, Bank melalui investasi kartu, EDC, dan sistem tentu berharap dapat sesuatu dari situ. Paling tidak nasabah, putaran uang.
PIHC tentu berharap dengan sistem itu, penyaluran tepat sasaran, tidak ada keluhan kelangkaan, penagihan lebih mudah dan cepat. Dengan itu, PIHC dapat berharap menjadi satu-satunya Mitra atau pelaksanaan penyaluran pupuk bersubsidi.
Kementan, sebagai Pemerintah tentu berharap ketepatan sasaran kebijakan, kemudahan pengawasan, dan keamanan dalam proses audit.
Dengan surat di atas, meski diksinya bukan “Proaktif dan Supporrif”, saya pikir kata “aktif” untuk sosialisasi dan edukasi, dapat menjadikan implementasi lebih baik.
Saya tetap menganjurkan untuk dibentuk semacam tim ad hoc (dengan tujuan khusus) kartu tani di PIHC dan produsen pupuk bersubsidi. Jadi tidak melepas Distributor dan pengecer langsung ke Dinas dan Bank, minimal produsen mengetahui dan dapat melakukan langkah koordinasi dan komunikasi. Jangan sampai timbul pandangan seolah pelaksana subsidi tidak mau tahu.