Posted on Leave a comment

Risiko: Angka vs Jiwa

Oleh: Wiyanto Sudarsono

(freepik)

Sahabat saya kembali ada yang positif. Covid-19. Padahal ia betul-betul hanya karyawan RK. Rumah kantor-rumah kantor, tidak kemana-mana.

Selainnya, ada dua orang lagi yang positif di tempat kerjanya. Berarti patut diduga sumbernya ada di tempat kerja.

Ia menyatakan bahwa sempat muncul gejala dan dites rapid dua kali, nonreaktif. Sama seperti saya awal Juli lalu.

Ia sempat mengajukan swab test, tapi ditolak. Kemudian ia mengajukan lewat pimpinan tempatnya bekerja. Berhasil, positif, dan isolasi.

Berharap

Ia dan dua orang lainnya tadi, semua hasil rapid test-nya nonreaktif. Kami menduga, sebenarnya masih banyak yang terinfeksi. Tapi fisiknya kuat-kuat. Ada yang pelari, pendaki gunung, apalagi sekarang, banyak yang dadakan menjadi pesepeda.

Risikonya, jika infeksi itu ditularkan kepada orang dengan komorbiditas atau kondisi tubuh kurang fit. Karena yang kuat tadi bertemu dengan orang risiko tinggi. Kuat akan bertahan, lemah akan kualahan dan butuh bantuan. Protokol harus terus jalan.

Ada cerita. Istri salah seorang anggota timnya bekerja di perusahaan FMCG ( fast-moving consumer goods ), perusahaan multinasional. Karyawannya tentu tidak sedikit. Ketika ada tiga karyawannya positif, maka seluruh karyawan di swab langsung.

Itu membuat kami berharap: kapan ya, seluruh karyawan di perusahaan kami di swab?

Gosip

Film pendek ‘Tilik’ begitu viral. Itu gambaran masyarakat kita. Termasuk di organisasi, atau perusahaan. Gosip, selalu sip untuk digosok dan dibicarakan.

Termasuk gosip: “‘swab test dapat membuat laju angka kenaikan kasus Covid-19 menjadi melonjak. Membuyarkan kinerja pengendalian Covid-19 yang bisa dibilang ‘sukses’.”

Karena itu cukup rapid test saja, yang katanya sudah pakai double apa gitu. Hasilnya lebib akurat. Itu hanya gosip yang kami dengar. Entahlah.

Tentang Siapa?

Saya pikir Covid-19 ini tidak hanya sekadar tentang angka. Bukan seperti klasemen sepak bola. Berapa infeksi, berapa positif, berapa telah dites, berapa sembuh, berapa meninggal. Skor akhir berapa, untuk menunjukkan kinerja.

Allah subhanahu wa ta’ala melalui Covid-19 mengajarkan kita peduli. Tidak hanya pada kondisi sendiri, tapi orang lain, komunitas, masyarakat. Pengajaran itu harus diterima, dipahami, dan laksanakan akan seluruh individu.

Ada satu yang mbleset, bisa menggagalkan upaya kepedulian. Tidak hanya soal kinerja angka, lebih pada kepedulian yang tumbuh dari hati ke hati, jiwa ke jiwa.

(Wiyanto Sudarsono)

Attribution : Data vector created by stories – www.freepik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *