Oleh: Wiyanto Sudarsono
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. “
–QS.Ar-Rūm [30]:21
Sebuah terjemahan ayat suci yang sering mengingatkan kita. Saat datangnya sebuah kabar bahagia, pernikahan dua manusia (pria dan wanita). Ya, terjemahan ayat di atas sering dikutip dalam undangan pernikahan.
Tiga hal, semua kaum, bangsa, agama, adat, yang saya ketahui, memiliki ritual atau tata cara khusus di dalamnya: kelahiran, pernikahan, dan kematian. Ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama, itulah nikah.
Setelah ada ikatan sesuai ketentuan, barulah kedua orang laki perempuan SAH, sebagai pasangan. Sah sebagai suami dan isteri.
Demikianlah, hendaknya manusia memilih yang baik bagi dirinya. Menjadi yang baik bagi seseorang atau pasangan yang dicintainya. Baik dan sah secara syariat, maupun secara adat.
Hendaknya kita menghindari yang maksiat. Memilih jalan selamat. Saya pikir itulah kekuatan dan keberanian cinta sesungguhnya, cinta yang kuat.
Kisah Sah Cinta
Seorang wanita, dicintai oleh seorang pemuda. Tampannya pemuda sepadan dengan cantiknya sangat wanita. Mereka saling mencinta.
Suatu waktu mereka bertemu ditempat sepi. Tidak ada orang lain. Hanya Allah , kemudian mereka berdua yang tahu.
Pemuda berkata:
“Kekasihku, mari kita buktikan cinta kita“.
” Tidak, Demi Allah! Aku tidak akan pernah melakukannya. Allah berfirman: ‘teman teman yang akrab pada hari itu, sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa’ (Az-Zukhruf[43]: 67).” Jawab wanita dengan tegas.
Tak lama berselang, keduanya bersatu dalam ikatan suci dan halal melalui pernikahan. (Ibnu Hazm, 2008).
Mari bersyukur ketika di rumah kita telah memiliki pasangan yang sah. Mari menjadi baik bagi pasangan kita. Selalu ada ruang bersyukur meski hanya di rumah saja.
(Wiyanto Sudarsono)
Ref:
Di Bawah Naungan Cinta. Ibnu Hazm Al- Andalusi. Penerbit Republika Cet. IX (2008).