Bangun pemudi-pemuda Indonesia
Tangan bajumu singsingkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmulah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Lirik pembakar semangat mengalun riuh rendah. Sesekali diselingi pengumuman kepada hadirin. Matahari menyinar terik di sisi timur, dibelakangi dan menghangatkan punggung peserta upacara yang sebagian besarnya adalah pemuda. Paling tidak pernah muda.
Bulan Oktober hari ke-28, tanggal dengan sebuah agenda tahunan yang oleh berbagai instansi dan lembaga diperingati. Peringatan dengan berbagai cara dan variasi. Lembaga yang terafiliasi ke pemerintahan atau Negara memperingatinya dengan upacara bendera. Entitas lainnya merayakan dan “memanfaatkan” untuk berpromosi, dengan seasonal marketing-nya. Diskon 28%, transaksi minimal 2.800K mendapatkan hadiah khusus, dan berbagai promosi Penjualan lainnya.
Sebagai pemuda -sebagian mendefinisikan pemuda sebagai orang dengan usia < 40 tahun-, mungkin kita tidak lupa dengan apa yang disumpahi (sumpah yang diikrarkan) oleh para pemuda pada tahun1928 yang lalu. Ikrar yang begitu sakral yang melintas berbagai periode kebangsaan: perjuangan, kemerdekaan, orde lama, order baru, hingga saat ini, reformasi.
Sebagai pengingat, berikut isi ikrarnya:
Pertama: Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia.
Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Tiga butir ikrar itulah yang dirumuskan sebagai hasil kongres pemuda. Tampak sekali unsur perjuangannya.
Pertanyaan yang menggelayut pikiran saat ini: apakah isi sumpah tersebut, masih relevan dengan pemuda masa kini?
Butir pertama, tidak dapat dilepaskan. Secara otomatis. Karena ia (tanah air) adalah sesuatu yang relatif statis, berkaitan tempat. Hanya saja perlu untuk dipertahankan dan diisi. Bentuknya tidak berubah, kecuali ada wilayah yang hilang. Wajah dan penampilan yang berubah.
Butir kedua, berkaitan dengan kebangsaan. Lebih dinamis, berkaitan dengan orang-orang yang berinteraksi di dalam tanah air. Mengisi dan membangun tanah air, atau dalam beberapa kasus sebaliknya. Dalam aspek kebangsaan ini menurut saya, kita, pemuda Indonesia hendaknya banyak mengambil peran.
Lanjutan Lirik lagu nasional di atas, ada sedikit panduan bagi Pemuda Indonesia. Bagaimana mengejawantahkan sumpah yang diikrarkan 96 tahun yang lalu itu.
Sudi tetap berusaha, jujur, dan kuat
Tak usah banyak bicara, t’rus kerja keras
Hati teguh dan lurus, pikir tetap jernih
Bertingkah laku halus, hai putra neg’ri
Bertingkah laku halus, hai putra neg’ri
Semoga kita termasuk pemuda pemudi yang senantiasa berusaha dan bekerja keras. Untuk diri dan keluarga, minimal. Teguh, lurus, dan jernih dalam berpikir. Halus dalam bahasa, diluring dan daring.
(WS)