Posted on Leave a comment

OmniMarketing

Marketing is a strategic business discipline that directs that process of creating, offering, and exchanging value from one initiator to its stakeholders
– Hermawan Kartajaya

Pemasaran adalah tentang nilai (value) produk (barang atau jasa) yang ingin disampaikan, termasuk cara menyampaikannya, dari produsen kepada pelanggannya. Karena urusannya dengan pelanggan yang senantiasa berubah maunya, maka pemasaran senantiasa berurusan dengan pasar yang senantiasa berubah itu.

Begitu luasnya cakupan pemasaran ini. Sebenarnya dengan definisi  yang disampaikan Hermawan Kartajaya di atas, secara otomatis marketing adalah sesuatu yang Omni, mencakup segala aspek dan sendi perusahaan.

Omnimarketing tidak terbatas hanya pada bagaimana perusahaan mengenalkan produknya kepada pelanggan atau calon pelanggan. Tidak hanya pada cara jualnya konvensional dan modern. Tapi lebih luas daripada itu.

Menurut saya, omnimarketing mencakup seluruh aspek produk mulai dari merencanakan, memproduksi, mengenalkan, menjual, dan memberikan layanan. Tentu untuk bisa mencapai semua itu, dapat dilakukan bertahap sesuai prioritas dan sumber daya yang dimiliki.

Contohnya begini, dalam teknologi produksi, perpaduan antara SDM dan mesin atau robotika. Bahkan bisa sampai kepada penggunaan kecerdasan buatan. Hal ini tentu akan lebih memudahkan pada kustomisasi/penyesuaian produksi dengan keinginan pelanggan. Berarti Omni di aspek produksi akan berpengaruh pada pelanggan, yang tidak lain adalah salah satu aspek dalam Pemasaran.

Di samping itu, penggunaan mesin, mekanisasi, robotik, dan kecerdasan buatan, akan memberikan dampak pada efisiensi biaya. Dengan biaya yang lebih efisiensi diharapkan dapat meningkatkan keunggulan bersaing produk yang dihasilkan.

Dalam organisasi bisnis, pemasaran (marketing) dapat di-omni-kan dengan keuangan (finance) . Omnimarketing + finance menuntut pemasar memiliki wawasan keuangan. Bagaimana kebijakan dan tindakan pemasaran berdampak pada finansial perusahaan.

Pemahaman ini akan membawa kepada sebuah perhitungan di organisasi pemasaran: kegiatan atau program pemasaran ini akan dapat memberikan kontribusi keuangan sekian. Nah dengan pemahaman dan argumen demikian, akan membuat program pemasaran didukung oleh keuangan dan anggaran yang memadai. Di sisi lain, bagian keuangan meyakini bahwa uang yang dikeluarkan oleh pemasarannya akan berdampak positif pada keuangan perusahaan.

Itu sedikit gambaran dari omnimarketing yang mampu masuk di semua aspek perusahaan.

(Wiyanto Sudarsono)

Telah dipublikasikan di gemahripah.co

Posted on Leave a comment

Tambah Alokasi

Akhir September 2020 ini para petani, Pengecer, Distributor, Produsen pupuk bersubsidi bisa bernafas agak lega. Demikian juga dinas pertanian di beberapa provinsi dan kabupaten. Kelegaan itu sebabkan terbitnya Permentan No. 27 tahun 2020 tentang perubahan kedua atas peraturan Menteri Pertanian No. 01 tahun 2020 tentang alokasi dan HET pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian TA 2020 pada hari ini (28/9).

Permentan 27 tahun 2020 ini menjadi antiklimaks dari ketegangan dan permasalahan awal bulan September ini. Selain karena alokasi di beberapa wilayah telah habis, juga karena implementasi Kartu tani yang belum berjalan lancar. Keduanya telah menemukan solusinya, paling tidak sampai akhir tahun ini.

Penambahan Alokasi

Melalui Permentan 27 tahun 2020 ini, Pemerintah memberikan tambahan alokasi pupuk Urea bersubsidi sejumlah 751.164 ton, ZA, dan SP-36 bersubsidi masing-masing sejumlah 100.000 ton. Selain menambah alokasi ketiga jenis pupuk tersebut, Kementan juga merealokasi antar provinsi pupuk NPK Bersubsidi.

Dengan adanya penambahan alokasi pupuk bersubsidi ini, diharapkan penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi tidak akan terhambat. Selain itu, petani juga lebih mudah dalam mengakses ketersediaan untuk memenuhi kebutuhan usaha taninya.

Pelonggaran Kartu Tani

Dua pekan sebelumya (16/9) Kementan melalui Direktur Pupuk dan Pertisida, melonggarkan penyaluran pupuk bersubsidi yang sebelumnya Wajib menggunakan Kartu tani. Melalui surat bernomor 543/SR.320/B.5.2/09/2020, penyaluran pupuk bersubsidi dapat dilakukan kepada petani yang belum menerima Kartu tani atau EDC belum tersedia atau belum dapat digunakan. Meski ada beberapa persyaratan dan administrasi yang harus dilengkapi.

Dengan dua ketentuan ini, penyaluran dapat dilaksanakan dengan relatif lebih mudah, yaitu secara manual sambil mempersiapkan Tani. Selain itu Alokasi pupuk yang akan disalurkan sudah tersedia. Dengan ini, semoga pertanian masih mampu menjadi sektor yang terus tumbuh di saat sektor lain menurun karena dampak pandemi.

(Wiyanto Sudarsono)

Terbit pertama di gemahripah.co pada 28 September 2020.

Posted on Leave a comment

Menulis Bacaan

Menulis sebagai satu proyek untuk memperbaiki diri, proyek mengoptimalisasi diri, proyek menjadi manusi yang maksimum.” -Radhar Panca Dahana

Membaca dan menulis adalah sebuah laku intelektual dasar. Tentu membaca dan menulis level dasar. Dipelajari sejak batita. Mungkin ada satu lagi yang lebih awal, mendengar, melihat, menghafal, berbicara. Ternyata tidak satu, tapi empat.

Dalam membaca, kita mengenali gambar atau simbol terlebih dahulu, dibanding huruf dan angka. Demikian dalam sejarah tulisan. Huruf dan angka menyusul kemudian.

Mendengar, melihat, menghafal, membaca adalah laku intelektual menerima atau mendapatkan informasi, atau pemahaman. Sedangkan berbicara dan menulis, adalah laku untuk menyampaikan informasi atau pemahaman baik atas dorongan sendiri atau sebagai respon atas pemahaman yang diterima sebelumnya. Ada satu lagi, berisyarat, mungkin termasuk menggambar.

Menulis adalah menggabungkan huruf-huruf sehingga membentuk kata dan kalimat bermakna. Menulis tujuan utamanya adalah untuk dibaca. Oh ada, menulis untuk mengungkapkan rasa, melegakan jiwa, dan menyembuhkan luka batin. Demikian salah satu tulisan mentor saya (@cahyadi_takariawan) di blog ruangmenulis.id.

Menulis bacaan tentu berbeda dengan menulis untuk penyembuhan ataupun katarsis (kelegaan emosional). Menulis bacaan  berarti menulis sesuatu yang dapat dipahami orang lain, untuk dibaca orang lain, atau untuk memahamkan orang lain. Selain tentu saja juga hendaknya bermanfaat bagi diri sendiri.

Tulisan ini termasuk yang mana? Keduanya. Tulisan ini termasuk menulis untuk penyembuhan. Dari apa? Dari kemalasan dan ketidakkonsistenan dalam menulis. Sekaligus, menulis sebagai bacaan. Siapa tahu di antara pembaca ada yang sedang malas menulis, atau malah malas dalam hal yang  bermanfaat apapun. Tapi jangan sampai kita malas untuk hidup.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Rumah Cahaya

Kami atau mungkin kita sangat suka dengan cahaya. Terutama saat malam. Hal ini terlihat dengan selalu menyalanya lampu rumah, kamar, halaman ketika hari telah gelap.

Dengan cahaya itu, interaksi penghuni rumah terjadi. Ibadah bersama, belajar bersama, bermain bersama, makan minum bersama, sampai bercanda dan kadang terlewat. Bercanda sampai ada, adik atau kakak yang menangis.

Itu cahaya dalam arti sebenarnya. Meski saya tidak tahu cahaya itu termasuk kelompok zat apa. Padat jelas bukan, cair bukan, gas juga nggak. Cahaya tidak sesuai dengan sifat tiga zat (padat,cair, dan gas) yang  dihafal anak SD kelas 2. Mungkin cahaya termasuk plasma dalam makna fisika.

Ada pula cahaya dalam arti maknawi. Sesuatu yang menerangi rumah dan penghuninya. Menerangi hati segenap penghuninya sehingga rumah terasa terang, lapang, cerah. Tentu yang merasakan adalah penghuninya juga.

Salah satu cahaya dalam rumah dengan Al-Quran. Bahkan sampai ke langit serupa bintang, cahayanya kuat sekali.

Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam bersabda:
Sesungguhnya rumah yang dibacakan di dalamnya al-Qur’an, maka rumah tersebut akan terlihat oleh para penduduk langit sebagaimana terlihatnya bintang-bintang oleh penduduk bumi”.
(HR. Ahmad, Ash-Shahihah No 3112).

Sebuah tempat yang biasanya gelap adalah kuburan. Gelap, tanpa penerangan. Karena itu jangan sampai rumah kita seperti kuburan. Sepi, gelap.

Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian pekuburan, sesungguhnya syetan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al-Baqarah”.
(Rasulullah, HR. Muslim 780)

Semoga Allah membimbing kita untuk menjadikan rumah kita rumah bercahaya. Paling tidak secara maknawi. Amin.

(Wiyanto Sudarsono).

Posted on Leave a comment

Serba Omni

Oleh: Wiyanto Sudarsono

Awal bulan ini, tepatnya tanggal 10/9, terdapat acara bertajuk Marketeers Omni Brand of the Year 2020” yang dilaksanakan oleh Majalah Marketeers. Salah satu perusahaan yang mendapatkan penghargaan dalam ajang tersebut adalah PT Petrokimia Gresik. PT Petrokimia Gresik dinilai telah memberi sentuhan omni di semua lini bisnis.

Apa sebenarnya omni brand, omni marketing, dan omni channel itu? Sebelum ke sana, meri berkenalan dulu dengan omni.

Sebenarnya kata “omni”, telah dikenal siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Terutama pelajaran ilmu alam atau biologi. Makhluk hidup (animalia) dibagi tiga berdasarkan makanannya. Herbivora (pemakan tumbuhan), karnivora (pemakan daging), dan Omnivora (pemakan daging dan tumbuhan). Dalam Omnivora kita mengetahui mengenal kata OMNI.

OMNI bermakna “of all things; in all ways or places” atau lebih mudahnya omni bermakna “all” (Semua). Omni merupakan kata gabungan, yang digunakan dalam pembentukan kata majemuk “omni-… “.

Omnibus (bus omni) , awalnya digunakan untuk menamai sebuah bus yang mampu mengangkut banyak orang beserta barang bawaannya. Omnibus  kemudian mengalami perluasan makna saat saat dipakai di Amerika Latin. Segala sesuatu yang bisa dimasuki apa saja disebut omnibus. Sampai ke omnibus law: satu paket hukum yang isinya berbagai jenis hukum (Iskan, 2019).

Omni di Pemasaran

Sebagaimana dunia umumnya, pemasaran juga mengalami perubahan. Motornya adalah teknologi informasi dan komunikasi. Perubahan juga menimbulkan pertentangan (paradoks). Pertentangan antara manfaat dan bahaya, ancaman dan peluang, luring (offline) dan daring (online). Nah, kemampuan menggabungkan pertentangan -pertentangan untuk bertahan dan berkembang ini disebut dengan omni (Kartajaya, 2018).

Omni Brand, mengacu pada jenama/merek yang mampu menghasilkan inovasi atau transformasi untuk bertahan di lingkungan yang senantiasa gonjang ganjing, tidak pasti, kompleks dan membingungkan.

Jadi, jika suatu perusahaan/brand didapuk sebagai omnibrand, berarti bukan sembarangan. Perusahan dinilai mampu menggabungkan paling tidak dua paradoks (offline/online) untuk berkembang dan bertahan di masa kini dan masa depan.

(Wiyanto Sudarsono)

Diterbitkan sebelumnya dengan judul “Tentang Omni” di gemahripah.co

Bahan Bacaan:
– Hermawan Kartajaya. 2018.Planet Omni: The New Yin Yang of Business. GPU
– Dahlan Iskan. 2019. Terminal Omni. disway.id
www.oxfordlearnersdictionaries.com dan dictionary.com

Posted on Leave a comment

Kajian Omni

Oleh: Wiyanto Sudarsono

Pademi korona ini mempercepat digitalisasi di berbagai lini kehidupan. Pekerjaan (rapat dan pertemuan), pelatihan, pendidikan, kesehatan dan pengobatan (konsultasi), termasuk pengajian.

Banyak sekali para ustaz yang menghiasi halaman berbagai media sosial dan aplikasi rapat. Sebut saja YouTube, Facebook, Instagram, Podcast, dan tentu saja Zoom.

Malam ini dilangsungkan pengajian Tafsir Surat Al Kahfi. Sebelum dimulai, host atau penyelenggara kajian melakukan jajak pendapat (polling). Tampaknya bertujuan untuk melihat respon dan penilaian jamaah, dan menentukan langkah penyelenggaraan  pengajian ke depan.

Terdapat 18 jamaah mengisi polling. Kemudian polling tiba-tiba menghilang, ada kesalahan teknis. Dari 18 yang menjawab, seluruhnya menjawab bahwa kajian bermanfaat, diselenggarakan dengan cukup baik, dan perlu dilanjutkan.

Terkait perlunya tetap meng-online-kan apabila nanti sudah bisa bermajelis di masjid, 16 jamaah menjawab perlu. Ini mungkin era baru pengajian, yaitu Pengajian dengan Omnichannel. Mudahnya, kita bisa sebut Omni-Majelis Taklim.

Pengajian diselenggarakan dengan melakukan dua kanal: online dan offline. Langsung dan rekaman, bahkan langsung dapat dilihat (live streaming) dan dapat dilihat secara tunda. Bisa lebih luas jangkauan dan lebih banyak jamaah yang bisa menyimak.

Salah satu hikmah pandemi. Bahkan beberapa ustaz memiliki tim khusus untuk melaksanakan proses online dari materi yang disampaikan. Termasuk logo, atribut dan latar belakang video dibuat sangat menarik. Mudah mudahan omni-majelis menambah kemanfaatan bagi kaum muslimin, para ustaz, dan penyelenggaranya.

Kita memang tidak nyaman di era pandemi ini, tapi ada hikmah besar dibaliknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“…boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
QS.Al-Baqarah [2]:216

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

T A N A H

Ada Cinta di Rumah

Oleh Wiyanto Sudarsono

Tempat di mana tanaman tumbuh. Tempat di mana bangunan didirikan, kaki berpijak, dan di permukaannya tumbuh cinta dan cerita.

Darinya juga Bapak manusia dicipta, ribuan ribuan tahun lalu. Dari saripatinya manusia bertambah dan bertumbuh.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Yang demikian itu, ialah Tuhan yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang. Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah,”
–QS.As-Sajdah [32]:6-7

Di atas tanah juga diletakkan dahi dan hidung beserta enam tulang lainnya, saat sujud kepada-Nya. Berbisik memuji-Nya, sedang Ia Maha Mendengar di atas sana.

Di tanah juga, tempat memendam ari-ari yang keluar dari rahim. Keluar bersama dengan bayi yang memerah dan menangis.

Tanah juga menjadi analogi sifat manusia. Ada yang subur, menumbuhkan tanaman dan menahan air. Ada yang menahan air tapi tak ada tanaman. Ada yang tidak menahan air juga dan juga tidak ada tanaman.

Di tanah juga, tempat dua Saudara bercanda. Bermain bersama meski terkadang diselingi tangisan, memaafkan, dan bersama lagi. Begitu sederhana pemikiran dan perasaan mereka.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Kolektor Sedih

Oleh: Wiyanto Sudarsono

Tidak ada yang salah dengan membeli sesuatu yang mubah -boleh/legal-, untuk  sekedar kesukaan. Ada yang suka jam tangan, pakaian, barang antik, sepeda motor tertentu -vespa misalnya-, mobil mewah, atau seperti sekarang: sepeda.

Tidak ada yang salah selama punya uang. Yang bisa menjadi salah, jika memaksakan diri untuk membeli barang seperti itu dengan memaksakan diri. Sebenarnya diluar kemampuan, tapi memaksa -entah apa alasannya– sehingga mengorbankan yang pokok dari kebutuhan.

Soal kesukaan, saya baru kena sindir. Yakin yang menyindir tidak sengaja menujukan ke saya. Penyindirnya adalah toko buku online yang baru-baru ini saya membeli buku darinya.

Buku-buku dari penulis lama. Penulisnya sudah tiada, HOS Tjokroaminoto, Prof. HAMKA, A. Hasan, dan Tan Malaka. Empat buku.

Koleksi buku yang dikumpulkan susah payah seumur hidup tidak ada artinya bila hanya sebagai pajangan” (Paulo Coelho). Demikian kutipan yang dicetak di stiker kecil, bonus dari toko buku daring itu.

Mak Jleb, rasanya. Kena dan tersindir sekali. Karena banyak buku yang sementara ini hanya sebagai pajangan.

Sebagai contoh. Saya sedang mengerjakan tugas untuk sebuah materi sertifikasi daring, Branding Operation dari Markplus Institute. Materi tugasnya adalah membuat resume terkait metrik produktivitas pemasaran.

Tugasnya tidak ada di video e-learning atau materi pegangan. Bisa jadi, kami diminta mencari referensi lain. Saya bertanya ke personel pengelolaan merek di kantor saya, belum ada tanggapan.

Saya mencari di internet, ketemu! Arikel berbahasa Inggris. Aaaargh, bahasa Inggris saya tidak bagus. Meski bisa memahaminya, tapi belum memuaskan.

Cari lagi, kali ini pencarian gambar. Muncul buku yang saya punya, Marketing 4.0. Sayangnya belum saya baca. Kuat dugaan materi ada di buku itu. Ambil, dan baca daftar isi, ketemu! Persis ada disitu. Tugas aman, sisa merumuskan jawaban.

Itulah asiknya -atau sedihnya- jadi kolektor buku. Beli, beli, beli, bacanya nanti. Terus begitu. Seolah tidak pernah ada waktu. Minimal jadi pembaca, tidak hanya kolektor buku. (Baca: Jebakan Toko Buku)

Jangan sampailah jadi orang yang rugi. Seperti keledai pembawa kitab. Bersusah payah membeli buku, tapi tidak membacanya.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

B E R L O M B A

Ada Cinta di Rumah

Aisyah Radiyallahu ‘anhaa (Istri Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam) pernah menceritakan: “Aku pernah ikut Nabi dalam suatu perjalanan. Waktu itu aku masih muda, badanku belum gemuk.

Nabi meminta rombongan perjalanan untuk jalan duluan. Mereka pun jalan duluan.

Nabi berkata kepadaku: ‘Ayo kita lomba lari!‘.
Kami pun berlomba lari, dan aku mengalahkan Beliau.

Waktu berlalu, aku menjadi gemuk dan lupa akan perlombaan tersebut. Suatu waktu aku ikut Beliau dalam suatu perjalanan.

Beliau meminta rombongan jalan duluan. Mereka pun jalan duluan.

Nabi berkata dan mengajakku: ‘Mari kita lomba lari!‘ Kami pun berlomba dan beliau mengalahkanku.

Beliau lantas tertawa dan berkata: ‘ini untuk tebusan (lomba) yang dulu‘.”
(HR. Ahmad dan dihasankan oleh Syaikh Syuaib Al-Arnauth).

Lomba di Rumah

Ayo lomba masak, aku masak mi goreng, Abah masih nasi goreng!“. Katanyi di dapur pada suatu waktu.

Oke siapa takut.”

Kamipun memasak bersama dengan menu berbeda. Mi goreng vs nasi goreng.

Jurinya, Anak-anak. Oh saya lupa, atau kami sendiri saling menilai masakan. Seru pokoknya. Dibumbui pujian dan kritik ala reality show memasak.

Berlomba dengan pasangan, atau hanya sekedar membantunya akan menyenangkan. Tentu dengan sedikit obrolan, tentang cinta, tentang keluarga.

(Wiyanto Sudarsono)

Bahan bacaan:
Ammi Nur Baits. Lomba Lari dengan Istri, itu Sunah?. Konsultasisyariah.com. 3 September 2016.

Posted on Leave a comment

Kebijakan Manual

Seri ke-15, Sebuah Mini Seri Pupuk Bersubsidi

Oleh: Wiyanto Sudarsono

Pupuk bersubsidi masih menjadi topik yang seksi bulan ini. Hal ini tidak lain karena dimulainya implementasi kartu tani sejak awal bulan.

Wilayahnya pun tidak tanggung-tanggung. Seluruh Jawa, Madura, Sumbawa dan Pinrang. Ternyata, kesiapan belum sesuai harapan.

Belum semua petani di e-RDKK bisa menggunakan kartu tani. Banyak alasan dan kendalanya:
Petani belum menerima fisik kartu tani, kartu tani yang diterima telah kadaluarsa atau nonaktif, kuota di dalam kartu tidak tersedia, kuota data tidak terbarukan (tidak update), EDC belum terpasang di kios, EDC terpasang tapi tidak bisa digunakan/rusak, EDC ditarik ulang dan belum ada penggantian. Paling tidak itu yang bisa kami identifikasi. Detail dimana ada kendala apa, tentu kawan-kawan di lapang yang seharusnya pegang datanya.

Kebijakan pun diambil. Penyaluran boleh masih manual, tanpa kartu tani dengan beberapa persyaratan dan administrasi. Sesuai Surat Direktur Pupuk dan Pestisida Kementan No. 520/SR.320/B.5.2/09/2020.

Syarat penyaluran secara manual: 1. foto menggunakan open camera yang memperlihatkan kondisi pertanaman, tanggal dan waktu pengambilan foto, koordinat dan lokasi. 2. Surat keterangan, atau rekomendasi dari Dinas, BPP atau PPL dengan menyebutkan wilayah, petani/pengecer, dan kebutuhan pupuknya. 3. Tentu, petani wajib terdaftar di e-RDKK. Dan 4. pengecer membuat administrasi berupa nota manual seperti sebelum kartu tani.

Koordinasi Manual

Karena hebohnya, dilakukan koordinasi dengan semua petugas daerah Petrokimia Gresik Provinsi Jatim. Bukan daring dengan aplikasi rapat. Tapi manual, bertemu fisik. Tentu dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Banyak sekali diskusinya. Poinnya adalah: bahwa keputusan KPA maupun surat dari PI perlu dibuatkan petunjuk oleh Perusahaan. Sebagai pegangan petugas daerah. Dan sudah dibuatkan.

Ada tiga hal yang saya sebut prinsip kebijakan atau petunjuk yang dibuat. Baru terpikirkan kemarin itu.

Pertama, Pelayanan. Karena pupuk Bersubsidi ini adalah tanggung jawab pelayanan publik (PSO-Public Service Obigation). Karena itu, jangan sampai aspek layanan terganggu parah. Misal, memicu demonstrasi, karena keterlambatan pengambilan sikap/aksi.

Kedua, keamanan. Kebijakan atau petunjuk teknis yang diambil perusahaan harus memastikan keamanan sesuai ketentuan. Paling penting adalah mampu tertagihnya subsidi atas penyaluran pupuk bersubsidi yang dilakukan.

Terakhir, kemudahan pelaksanaan. Jika kebijakan atau petunjuk teknis tersebut  aman, namun tidak bisa dilaksanakan, atau sulit sekali, maka juga tidak tepat. Ketiganya harus dipertimbangkan dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

(Wiyanto Sudarsono)