Posted on Leave a comment

Ngangsu Kaweruh

Terima Kasih Pak Ratmana

Setiap orang ada masanya. Setiap masa ada orangnya. Demikian pepatah bijak mengingatkan kita semua.

Demikian pula suasana yang kami rasakan – – – paling tidak untuk saya–. Karena itu, hari ini saya ada agenda spesial. Setelah tiga kali janjian, gagal.

Hari ini saya menjelajah pabrik perusahaan tempat saya bekerja. Bersama senior, guru, dan mitra kerja saya. Yang hampir habis masanya. Masa untuknya bekerja. Besok ia akan resmi purna tugas. Pensiun. Bapak Ratmana.

Saya tidak ingin menyianyiakan pengalamannya. Yang telah bekerja, berdedikasi selama 34 tahun 5 bulan. Saya senang mendengarnya bercerita, dengan antusias dan semangat membara. Yang itu saya harap menular ke saya. Semangat dan antusiasmenya.

Semangat Penjual

Penjual yang siap untuk pelanggannya. Kapanpun diminta. Demikian kira-kira makna tersirat. Saat ia bercerita tentang ekspor Pupuk NPS yang ia wiwiti/mulai bersama tim pada 2010.

Suatu ketika Pupuk NPS-nya sedang muat di kapal. Seyogyanya (saya tahu Pak Ratmana asli Gunung Kidul, Jogja), NPS berwarna putih, bersih. Tiba-tiba produk yang sedang dimuat ke palka kapal berubah jadi berwarna hitam.

Asiknya, info didapat dari pelanggan, pembeli yang saat itu ada di Swiss, Eropa. Pelanggan dapat foto dari master kapal. Demikian istilah yang digunakan Pak Ratmana. Jam 11 malam waktu itu.

Hadirlah Pak Ratmana bersama VP-nya waktu itu dan satu stafnya. Mencari sebab hitamnya produk NPS. Bersama orang produksi dan utilitas. Tidak ketemu sampai jam 01.00 malam.

Akhirnya ia dan VP-nya (sang VP mantan orang proses), bersama orang utilitas tadi tentunya, menemukan penyebabnya. Penyebabnya ternyata adalah adalah saat produksi NPS berjalan, ada kapal impor asam fosfat sedang bongkar di tangki penyimpanan. Tangki itu terkoneksi langsung dengan proses produksi.

Saat bongkar itulah, bagian bawah tangki (kerak, sludge) terkoyak dan masuk ke proses, sehingga menjadikan produk berwarna hitam.

Beliau (Pak Ratmana)-lah karakter Kang Rat yang pernah saya sebut dalam seri ke-13, Serial Jualan dengan Karakter. Pilar Kelima, Peduli. Saat ia memenangkan penjualan ke pelanggan PMA. Setelah ditolak sampai 4 kali. Begitu sabar dan gigih menghadapi pelanggan.

Dan masih banyak lagi cerita menarik. Sayang kalau dilewatkan begitu saja. Makanya saya menyempatkan ngangsu kaweruh, menimba pengetahuan dari beliau.

Jika tahu pengalaman senior, paling tidak kita tidak berjalan dan masuk lubang yang sama. Atau meniti jalan yang sama, padahal bisa kita bisa lakukan percepatan dengan pengetahuan.

Kesempatan Langka

Saat beliau menjadi penjual B2B, jangankan kok jalan selama tiga jam seperti hari ini, bercakap-cakap di sela-sela jam kerja sangat sulit. Begitu sibuk beliau. Bukan karena tidak kompeten, tapi berdedikasi tinggi.

Pagi sampai siang hari ini saya ajak Beliau keliling. Untuk cerita ke saya. Sambil mendatangi pabrik-pabrik NPK. Produk andalan. 163 menit 17 detik. Itu lamanya saya merekam. 2 jam 43 menit 17 detik. Dengan perjalanannya tiga jam. 1 jam mewakili 10 tahun pengabdian. Begitu canda saya.

Kami bercerita dan berbincang dengan karyawan di unit produksi. Meminta penjelasan proses. Mengkonfirmasi berbagai hal.

Pak Ratmana menasihatkan, Jaringan internal harus dijalin. Agar penjualan kita lancar. Selama sistem penjualan B2B kita masih harus dikawal dari A-Z.

Menjalinnya melalui aktivitas non formal. Panahan, pengajian, renang dan lain-lain. Dan benar memang. Seluruh pabrik beliau kenal.

Memang membutuhkan waktu. Kita harus mengalokasikan waktu untuk itu. Sehingga waktu untuk yang lain jadi berkurang. Demikian nasihat beliau.

Tapi saya melihat Pak Ratmana menikmati itu. Dan bahagia. Beliau selama 34 tahun 5 bulan hanya opname sebanyak 2 kali. Dan ada lagi yang membuat saya kagum. Tapi tidak perlu saya sebutkan.

Tetap sehat dan bahagia Pak Ratmana. Semangat dan semoga berkah rezeki Bapak, masa kerja dicatat sebagai ibadah, dosa dan kesalahan diampuni. Barakallahu fiik. Aamiin…

Terima kasih Pak Ratmana atas pelajaran dan pengajarannya.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Mekanik Penjual

Hari ini, dua hari sebelum batas akhir pengecekan berkala, untuk aki mobil saya. Setelah 2 bulan lalu di ganti, agar tetap ada garansi. Jika tidak di cek berkala akan hangus garansinya.

Aki normal. Kan baru 2 bulan. Harusnya tidak ada masalah. 10 menit juga selesai.

shock absorber tidak ada masalah pak?” Tanya mekanik, yang nampaknya berperan sebagai pemasar juga. Memang sudah gembludak sih. Saya merasakan bedanya sekali saat naik taksi online, dengan mobil jenis yang sama. Empuk.

“saya cek pak ya?” tawar sang mekanik. “Silakan”. jawab saya. Cek berlanjut.

“oli nampaknya waktunya ganti.” Seru mekanik yang lain. Sudah hitam sekali. Ia tidak akan tahu, di kilometer berapa harusnya ganti, karena tidak ada kertas bergantung di ruang kemudi saya.

Belum 10.000 KM sih, tapi sudah 10 bulan, batin saya. Harusnya meski tidak sampai 10.000 KM, tapi sudah 6 bulan, harusnya diganti. Demikian kata teknisi di bengkel resmi mobil saya.

“Ada Promo beli 2 gratis 2 pak, untuk oli. Dan 10% untuk shock, serta jasa diskon 50%”.

Lumayan itu. “Baiklah, ganti oli dan shocknya sekalian”. Jawab saya. 3 mekanik langsung beraksi.

Setiap Orang adalah Penjual, Katanya…

Demikian seharusnya pandangan setiap orang di dalam organisasi bisnis. Perusahaan. Setiap orang siap menjadi penjual, ketika bertemu pelanggan. Atau calon pelanggan. Yang terkadang kita tidak ketahui potensi pembeliannya.

Saya pikir, itu mengapa salah satu kompetensi utama (Hard Competence) yang harus dimiliki oleh setiap karyawan adalah pengetahuan produk. Dimanapun karyawan itu ditugaskan. Tidak hanya karyawan di lingkup pemasaran.

Sehingga setiap karyawan mampu menceritakan produk perusahaan dimana ia bekerja. Saat ngobrol-ngobrol dengan kawan atau jaringannya yang lain. Siapa tahu, kawannya tadi punya kawan yang membutuhkan produknya.

Mekanik tadi,  jelas benar-benar menguasai teknik otomotif. Saya yakin itu. Paling tidak untuk bengkel yang berada di bawah naungan Astra Otopart.

Tapi mereka juga melaksanakan beberapa teknik penjualan. Dan pelayanan. Karena mereka menjual produk dan jasa sekaligus.

Sebaliknya, penjual, yang jelas-jelas aktivitasnya menjual tentu harus memahami teknik penggunaan produk yang dia jual.

Penjual pupuk, harus paham bagaimana penggunaan pupuk di sebanyak mungkin tanaman. Paling tidak di komoditas-komoditas di wilayah penjualannya.

Itu.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Masjid Kita

Dulu, kemarin, kita setiap hari, lima kali mendengar seruan adzan. Terkadang kita lalai untuk memenuhi panggilan itu. Shalat jamaah di Masjid.

Alhamdulillah, sekarang panggilan itu masih berseru. Namun, kita tidak dapat memenuhi panggilan itu, dengan hadir ke sumber suara. Karena wabah. Sudah memerah. Di banyak daerah.

Demikian, mungkin makna status sebagian sahabat kami. Di media sosial. Yang rindu jamaah di masjid.

Itu juga yang terjadi di Masjid kami. Masjid Nurul Jannah. Adzan masih berkumandang. Namun karena kami taat dengan Pemerintah, dan mendukung program memutus rantai wabah, kita bersabar untuk tetap shalat di rumah.

Masjid kami berkapasitas jamaah shalat lebih dari 3.000 jamaah shalat. Dengan 7 pintu masuk yang besar.

Didukung dengan 31 kran wudhu pria, 11 di bangunan sisi selatan, 9 di area parkir Selatan, dan 11 di bangunan sisi utara. 20 (9 di selatan, dan 11 di utara)  kran wudhu wanita. Dilengkapi dengan 12 (8 di selatan dan 4 di utara) kamar kecil pria plus ruang toilet khusus dengan 4 urinoir di sisi utara. Dan 10 (4 di selatan dan 6 di utara) kamar kecil wanita.

Fasilitas parkir kendaraan roda empat yang luas. Dua lokasi parkir kendaraan roda dua yang teduh dan lapang.

Dihiasi dengan taman yang indah, asri dan warna warni. Sejuk, bagai oase di tengah panasnya Gresik.

Didukung dengan koridor di sisi timur dan selatan. Halaman penghubung yang lapang. Sebagai cadangan saat idul fitri datang. Dan saat jumatan.

Kotak infak yang memudahkan orang berderma dengan harta. Menyebar di berbagai lokasi dan arah. Ada juga tautan jika hendak berinfak dan bersedekah lewat media daring, online.

Berbagai kegiatan diselenggarakan untuk memakmurkan masjid. Pengajian, pendidikan dan dakwah. Taman pendidikan Al-Qur’an, diselenggarakan setiap sore. Kelompok bimbingan ibadah haji bagi yang hendak ibadah haji. Aula dan perpustakaan di sisi selatan. Untuk mendukung aktivitas keilmuan. Sekretariat untuk mendukung dan mengelola operasional dan administrasi masjid.

Yaa Allah, segera angkat wabah dan penyakit ini dari negeri kami. Dan lapangkanlah hati kami, sehatkanlah raga kami, untuk kami mampu, bisa dan mau untuk kembali memenuhi panggilan muadzin di Masjid kami.

Aamiin

(Wiyanto Sudarsono)

Catatan tambahan : Tulisan ini, adalah catatan singkat yang sekaligus sebagai langkah awal kami dalam menyusun Profil Masjid Nurul Jannah. Menyempurnakan profil yang pernah disusun sebelumnya.

Posted on Leave a comment

Kejar Target Bulanan

Dulu, di akhir 2015 saya pernah menulis artikel tentang tips penjualan di akhir tahun. Khususnya tiga bulan terakhir. Dan aplikasinya di empat produk utama yang kami jual.

Hari ini saya senang. Bercampur gemas. Juga sedih. Setelah mengamati sebagian data penjualan.

Data Itu…..


Bulan ini kami menerapkan ketentuan dalam kontrak jual beli. Bahwa SO (Sales Order) – – dokumen yang menyatakan Distributor telah membayar dan bisa ambil barang– yang berumur atau belum diambil sampai lebih dari 15 hari setelah tanggal terbit, akan dikenakan denda sewa gudang.

Berikut data itu. Data SO-SO yang kena denda. Ternyataaaaaa….

53 persen terbit pada dan setelah tanggal 20 tiap-tiap bulannya. Atau 706 SO dari 1.324 SO yang belum diambil itu, terbit di dasarian ketiga. 10 hari terakhir.

28 persennya, 377 SO dari 1.324 terbit setelah tanggal 25. Atau 5 hari terakhir setiap bulannya.

Hanya sisanya, atau 18% terbit di dasarian pertama dan kedua.

Ah Itu kan jumlah dokumen. Secara volume penjualan, ups SO ding – – karena belum jadi penjualan atau omzet jika belum diambil atau di GI (Good Issue)–, bisa jadi berbeda datanya.

Ternyataaaaaaaaaa…..
61 persen volume SO tersebut, terbit pada dan setelah tanggal 20 tiap-tiap bulannya. Atau 24.205 dari volume total 39.638.

Sedangkan, 36 persennya 14.278 terbit di 5 hari terakhir setiap bulannya.

Sisanya hanya 3% dari volume SO yang belum diambil, terbit di awal dan pertengahan bulan.

Arti yang Bisa Muncul

Entah karena menerapkan tips dalam artikel yang pernah saya tulis atau tidak. Ternyata banyak penjual yang berpola kejar target. Di akhir. Sayangnya tidak di akhir tahun. Tapi di akhir bulan. Setiap akhir bulan berkejar target. Paling tidak itu pengamatan dan perkiraan kami.

Setelah ketahuan di tanggal belasan. Target kok masih jauh, di tanggal 16, 17, 18, atau 19, para penjual kita gupuh, panik. Termasuk yang di head quarters. Markas besar.

Penjual kita, mungkin bergerak setelah dikontak markas besar. Baru penjual kita melakukan approaching, probing, negotiating, dan closing. Mungkin disertai pushing. Agar tidak pusing dan pening.

Itu mungkin yang tergambar dari data yang ada. Bahwa penjual kita, bergerak agresif di akhir bulan. Itu yang terlihat dari data SO yang belum diambil sampai dengan 17 Maret 2020.

Perencanaan

Sekali lagi saya mengingatkan ini. Perencanaan. Bagi Penjual, jelas rencana jual.

Berapa target bulanannya, dibagi ke pelanggan mana saja. Dilayani dari gudang mana. Berapa stok yang ada, berapa tambahan yang diperlukan. Bagaimana dukungan dari unit logistik dan pergudangan.

Terus, harus kemana bulan ini. Pelanggan mana yang perlu dikunjungi. Permasalahan apa yang perlu diatasi. Dan seterusnya, sesuai aktivitas penjualan seharusnya.

Bisa Berbeda

Data sisa SO yang kami amati, mungkin saja berbeda. Dengan data penjualan secara total. Namun, data yang ada, SO yang tidak terambil sampai 17 Maret didominasi oleh SO akhir bulan.

Lha awal bulan kemana? Ngapain aja? Saya tidak tahu. Kondisinya mungkin begitu berbeda, saat ini. Administrasi? mungkin. Rapat? mungkin. Kok sampai 20 hari. Saya tidak tahu persisnya.

Semoga saya salah mengira.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Epidemi Pemasaran

Grafik Eksponensial, menukik tajam.

Penyakit menular yang menjangkit dengan cepat di daerah yang luas dan menimbulkan banyak korban/penyitas, misalnya penyakit yang tidak secara tetap berjangkit di daerah itu; wabah. Itu definisi epidemi di KBBI. Jika daerahnya luas sekali bahkan global, disebut pandemi.

Salah satu prinsip epidemi adalah bahwa perubahan kecil, entah bagaimana dapat berdampak besar. Dua prinsip lainnya adalah bersifat menular, dan perubahannya tidak bertahap tapi dramatis.

Contohnya Flu. Saya tidak ingin mencontohkan yang sedang berlangsung sekarang.

Galur virus flu memiliki laju infeksi 2%. Artinya, satu dari 50 orang yang mengalami kontak dengan para virus tersebut akan tertular. Dengan izin Allah, tentu saja.

Jika ada 100 pembawa virus flu, misal 1 orang kontak dengan 50 orang dalam sehari, entah di bus, pesawat, di Masjid, di tempat ibadah lain, di toilet umum, dll, maka 100 akan menularkan virus flu ke 100 orang baru. Yang tertular 100 orang pertama tadi, besoknya akan menularkan masing-masing ke 100 orang baru.

Pada kasus Flu, 100 orang yang pertama dimungkinkan akan sembuh. Sehingga laju penularan dan kesembuhan akan sama. Ajek. Dalam keseimbangan yang sempurna. Pada musim panas dan gugur.

Namun, jika pada musim dingin, pertemuan perorangan bertambah 5 saja, Artinya jika satu orang berubah menjadi bertemu 55 orang per hari. Hasilnya akan berbuah. Perkembangannya bisa eksponensial. Meroket tajam.

Perubahan kecil (penambahan 5 orang) itulah momen-momen dengan kepekaan sangat tinggi dan memberikan hasil/dampak luar biasa.

Epidemi Para Penjual

Prinsip epidemi – – perubahan kecil, entah bagaimana dapat berdampak besar– ternyata ini juga yang dicari dan dilakukan pemasar dan penjual.

Tugas pemasar dan penjual adalah mengepidemikan merek atau produk. Tugas utamanya adalah mengubah kurva kepedulian. Membuat jumlah pelanggan yang peduli terhadap merek dan produk menjadi eksponensial. Menukik tajam ke atas.

Salah satunya adalah melalui orang-orang yang bertemu banyak orang. Agar menularkan value, nilai produk kita ke orang lain. Dengan jumlah yang banyak. Dramatis.

Kebanyakan penjual di produk pertanian mencoba mencari “penular virus”  di lingkungan petani. Yang sukses. Yang jadi panutan. “Key Farmer“.

Key farmer ini, terus diinfeksi dengan virus produk yang dijual. Dengan harapan, petani ini bertemu dengan petani lain. Menularkan virus nilai produk di komunitasnya.

Tapi ada juga penjual yang menularkan sendiri. Menjadi penghubung, pembawa virus nilai produk ke banyak orang. Dengan menemui banyak orang.

Berapa perbedaan jumlah orang yang ditemui agar grafiknya eksponensial? Saya belum punya pengetahuan tentangnya. Bisa jadi, semakin banyak yang ditemui makin baik, dengan cara yang tepat.

Tapi saat ini, dengan adanya epidemi yang sebenarnya dilingkungan kita, batasi pertemuan dengan orang. Lakukan Physical Distancing dan tingkatkan social solidarity. Mengutip status teman FB saya.

#TetapSehat. #JagaJarak. #TetapPeduli

(Wiyanto Sudarsono)

Catatan : Kutipan dan bahasan tentang Prinsip Epidemi dan Flu diambil dari “Tipping Point” karya Malcolm Gladwell Hal. xvii dan 305 edisi Bahasa Indonesia.

Posted on

Jangan Mepet

Stop Stop Mbak
Stop Stop Mas
Ojo ngono tho Mbak
Jaga pandangan Mas
Jaga pandangan Mbak
Dari pandangan mata bisa jadi kerasukan
Kerasukan apa saja bisa jadi terlarang

Jangan Mepet-Mepet!
Jangan Mepet-Mepet!
Jangan Mepet-Mepet!
Jangan Mepet-Mepet!

Itu lirik atau syair yang mengajak untuk jangan dekat-dekat. Terutama antara Mbak dan Mas. Agar jangan mepet-mepet.

Dengan merebaknya gejala saat ini. Kampanye jangan mepet-mepet menjadi populer. Jaga jarak terhadap orang lain.

Sampai di salah satu hotel tempat saya menginap semalam, ada penanda. Dari lakban hitam (tidak permanen). Di lantai liftnya. Tanda tempat berdiri dan harus menghadap kemana. Mungkin agar tidak kena cipratan saat ada yang bersin. Demikian dugaan kami.

Ada hikmah dibalik setiap kejadian atau musibah. Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu memahami hikmah adanya musibah ini.

Semoga kita termasuk hamba yang bersabar dan bersyukur. Semoga Allah menghindarkan kita dari musibah ini.
Aamiin…

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Mertuamu Sekalipun

Catatan tentang Saluran Penjualan

Saluran atau media dibutuhkan dalam hampir banyak hal. Komunikasi, fluida/cairan, termasuk air PDAM membutuhkan media. Untuk berpindah, untuk sampai ke tujuan yang di harapkan.

Produk (barang atau jasa) juga demikian, membutuhkan saluran. Untuk bergerak dari produsen sampai kepada penggunanya. Pelanggan.

Saluran penjualan banyak pilihannya. Ada beberapa. Ada yang panjang ada yang pendek. Ada yang besar ada yang kecil. Persis seperti pipa air PDAM.

Ini yang disebut dengan Sales Channel atau Distribution Channel. Saluran yang menghubungkan agar barang atau jasa sampai ke pelanggan.

Saluran ini juga berkaitan aliran barang, pembayaran, dan manajemen (promosi, serah terima order pembelian/penjualan, dll).

Saluran penjualan ini berlaku untuk berbagai jenis penjualan. Business to Business (B2B), Business to Customer (retail) dan variannya. Tentu saja beda jenis penjualan, bisa beda pula saluran yang digunakan.

Saluran Penjualan Ritel

Ada beberapa juga pola saluran penjualan retail. Kalau dijabarkan bisa panjang. Dan lebar. Ringkasnya begini.

Saluran Konvensional

Penjualan ritel konvensional atau tradisional melibatkan Distributor dan Pengecer atau retailer.

Barang dari produsen atau manufacturer atau lebih kerennya dari principle dijual kepada distributor (umumnya dalam jumlah besar), dari Distributor dijual ke Pengecer (dalam jumlah agak besar), dari Pengecer di jual kepada pengguna akhir dalam bentuk eceran.

Dari Distributor ke Pengecer, bisa jadi ada pemain tengahnya. Ia adalah Pedagang besar, wholesaler.  Atau R1. Pedagang besar ini menjual ke Pengecer dan bisa juga ke pengguna akhir, tentu dengan harga yang berbeda. Biasanya karena perbedaan volume penjualan.

Ada juga dari produsen ke wholesaler, pedagang besar. Biasanya tidak ada kontrak dan program tertentu. Tentu dengan harga yang berbeda dengan harga ke Distributor. Jika lewat Distributor terdapat kontrak dan program tertentu.

Distributor, Wholesaler, Pengecer, melakukan kegiatan yang relatif sama. Membeli, menyimpan, dan menjual. Itu istimewanya saluran konvensional. Ada aktivitas menyimpan barang. Tentunya ada risiko di sana.

Saluran Modern

Saluran ini memungkinkan penjualan dari produsen kepada Pengecer, tanpa lewat saluran Distributor atau pedagang besar. Pengecer menjual kepada pengguna akhir. Ini retailer atau pengecer modern. Alf**art atau Ind***ret adalah contoh pasnya. Supermarket juga termasuk jenis ini.

Saluran pengecer modern ini juga ada aktivitas menyimpan barang yang dibeli dari produsen.

Adalagi, dari produsen langsung ke pengguna akhir. Perorangan. Bukan ke Industri. Kalau ke Industri, badan usaha, namanya B2B, bukan ritel.

Penjualan dari produsen langsung ke pengguna akhir, umumnya menggunakan media terkini. Online, daring. Web atau aplikasi. Melalui telepon atau sosial media juga bisa. Atau via saluran market place.

Penyedia layanan market place tidak melakukan aktivitas menyimpan. Hanya menghubungkan, pembeli dan penjual. Mirip makelar. Blantik.

Titik Amatan

Saluran mana saja yang digunakan produsen untuk menjualnya produknya? Itu menjadi strategi perusahaan.

Strategi, menetapkan atau memilih  pilihan tertentu dari serangkaian pilihan yang ada. Sudah ada pilihan, tinggal memilih. Strategi, atau kebijakan juga boleh.

Tapi, saya mengamati ada tiga hal yang perlu diperhatikan :

1. Pengetahuan atas pembeli atau salurannya.
Know Your Customers. Kenali pelanggan Anda. Ini kunci dari penjualan ritel. Paling tidak untuk salurannya. Distributor dan Pengecer. Pada saluran konvensional dan Pengecer modern.

Artinya, produsen bertransaksi dengan pihak yang diketahui. Bahkan mungkin berkontrak. Mengatur beberapa hal dalam jual belinya, misal harga, jumlah yang diperjualbelikan, harga jual pembeli ke saluran berikutnya, beserta hak dan kewajiban para pihak.

Penjualan dengan saluran yang langsung ke pengguna akhir, hendaknya juga diketahui. Pembelinya. Ini bisa dilakukan dengan saluran online/daring bisa. Ada datanya.

2. Harga
Jika produsen menggunakan lebih dari banyak saluran, harga tentu berbeda, untuk tingkat saluran satu dengan yang lain. Harga jual ke Distributor, tentu berbeda dengan Harga jual produsen ke pengguna akhir secara langsung.

Harga produsen ke pedagang besar/ wholesaler tanpa kontrak, tentu berbeda dengan harga ke Distributor dengan kontrak.

Jika harga sama, akan hancur harga di pasar. Price, dalam bauran pemasaran bisa kacau balau.

3. Prasarana/sistem pendukung
Untuk melaksanakan fungsi saluran penjualan, tentu produsen perlu memiliki sistem. Sesuai dengan saluran penjualan yang dipilih.

Misal, sebuah perusahaan dengan kapasitas produksi dan sasaran pelanggan yang menjangkau seluruh Indonesia. Jumlah target pelanggan/pengguna akhir 46 juta orang. Ingin melayani penjualan langsung ke pengguna akhir, tentu beda sistemnya, dengan apabila perusahaan menggunakan Distributor yang jumlahnya mungkin hanya 5. Atau Distributor yang Jumlahnya 34.

Tentu, dengan jangkauan pasar yang luas, jumlah pengguna akhir yang banyak, kita tidak bisa menggunakan jurus mabuk dalam penjualan Retail. Siapapun yang beli langsung kita layani. “Bahkan mertuanya yang beli kita layani”. Padahal kita tidak tahu mertuanya siapa? Atau mertuanya ada berapa? Seolah tanpa ada strategi dalam saluran penjualan. Atau itu juga strategi ding, strategi sembarang boleh.

Apalagi dengan harga yang sama siapapun yang beli ke kita. Harga sama berapapun volume pembeliannya. Apalagi tanpa sistem yang memadai. Untuk melayani jumlah transaksi yang banyak.

Bisa “Gendeng mangan salep”, kalau senior kita dulu bilang.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on 2 Comments

Hujan dan Jadah

Oleh Wiyanto Sudarsono

Alhamdulillah, hujan senantiasa turun. Di pagi, siang, sore atau malam hari. Seperti, Senin petang kemarin.

Dan dengan hujan itu selalu ada inspirasi. Apa lagi Di tengah situasi seperti ini. Meski inspirasi tidak selalu bisa langsung dieksekusi. Terkadang butuh sejak waktu untuk menggerakkan pikir dan hati. Juga jari. Untuk mengetik.

Hujan yang dingin selalu memberi rasa. Tak semata dengan dinginnya. Kali ini tentang nostalgia.

Begitu juga dengan perjalanan kami Sabtu lalu. Ada nostalgia tersendiri.

Selepas istirahat sejenak di area istirahat. Kami menikmati kudapan yang saat ini sudah jarang ditemukan. Apalagi dimakan.

Jadah. Atau tetel. Demikian kami menyebutnya.

Kudapan dari ketan, bercampur parutan kelapa. Digoreng. Alangkah nikmatnya.

Anak-anak kami sudah tidak mampu merasakan nikmatnya. Kalah dengan penyedap rasa di kudapan atau minuman dalam kemasan. Yang biasa mereka nikmati.

Menatap hujan. Di pinggir tangga darurat. Pikiran melayang, berandai tengah menikmati jadah atau tetel goreng. Nikmat.

Syukur kita ucapkan. Bukan karena khayalan yang melintas angan. Tapi karena masih sempurnanya nikmat indra yang Allah berikan.

Nikmat Tuhan mana yang kita hendak kita dustakan? Allah, jadikan kami hamba-Mu yang bersyukur. Aamiin.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Asem Tenan

Catatan Jumat Pagi

Oleh Wiyanto Sudarsono

Salah satu pohon yang istimewa. Saya yakin itu. Meski keyakinan itu hanya didapat dari pengamatan. Melihat. Tanpa didukung dalil syariat. Paling tidak saya belum menjumpai disebutkannya pohon asam (pohon asem) di dalam Al-Qur’an atau As-Sunnah.

Bagi kita yang hidup di Indonesia tentu tidak asing dengan pohon asam ini. Asem atau asam, asam jawa atau tamarin. Tamarindus indica L.

Keistimewaan ini terindikasi dari banyaknya pohon asam di tanam di pinggiran jalan di Jawa, sebagian Sumatera, jalur tengah Sulawesi Selatan (Parepare – Palopo), dan sebagian Pulau Flores. Ini yang sudah pernah saya lihat. Dan saya ingat. Konon di tanam di masa kolonialisme Belanda.

Tentang Pepohonan
Asam adalah salah satu pohon yang memiliki akar tunggang atau tunjang. Akar yang dari batang menghunjam lurus ke bawah. Ke dalam tanah. Sedalam mungkin. Sesuai dengan kehendak Allah, Yang Menghidupkan pohon.

Batangnya. Bisa lurus tinggi menjulang. Dahan, ranting beserta daunnya bisa membentang luas. Rindang.

Di bawah pohon asam jugalah, dulu arena bermain kami di waktu kecil. Di desa. Engklek, egrang, patok lele/bentik, gobak sodor, lompat tali, betengan, dan lain sebagainya. Pernah terselenggara di bawah pohon asam. Yang begitu besar.

Umpama Pohon

“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.
(QS Ibrahim [14] : 24-25).

Kalimat yang baik, dan kebaikan itu sendiri, umpama pohon. Kuat akarnya, tinggi batangnya, rindang pohonnya, berbuah setiap musimnya. Keberadaannya membawa manfaat dan kesejukan.

Ada banyak tanaman, pohon, buah, dan lainnya dari kingdom plantae yang disebutkan di dalam Al-Qur’an. Begitu yang saya dapat setelah bertanya di mesin pencari.

Pohon Asam Asli
Gambar di atas adalah pohon asam asli. Asem tenan. Ditanam di Pot. Tepatnya dipindah di pot. Ditanam oleh Bapak Mertua saya rahimahullah.

Seingat saya, bijinya dari sisa asam yang dibuang saat membuat sayur atau cuko pempek.

Cuko pempek yang enak harus dari gula area asli. Asamnya, asam jawa yang tumbuh di Sumatera“. Demikian tetangga saya dulu di Bogor. Saat membanggakan cuko pempeknya.

Pohon asam yang saya gambarkan di atas, adalah yang tumbuh bebas di bumi Allah. Tanpa dikekang. Di pot, di polybag. Atau bahkan dibonsai. Dikerdilkan.

Pohon asam yang ditanam di pot, kurang bagus. Di musim hujan sekalipun. Karena daunnya yang rindang, ketika hujan, air tidak jatuh dan mengalir di pot. Sehingga akar di pot tidak dapat air. Itu mengapa masih perlu disiram.

Agar benih kebaikan itu bisa tumbuh dengan baik, harus tumbuh di tempat yang baik, dirawat dengan cara yang baik dan benar. Itu mungkin perlunya hati yang ikhlas, bersih, untuk diletakkannya kebaikan.

Semoga Allah menjadikan hati kita hati yang ikhlas. Hati yang diberi petunjuk. Hati yang ditetapkan di atas agama-Nya. Aamiin…

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Administrasi itu Sesuatu

Oleh Wiyanto Sudarsono

Ada banyak makna Administrasi. Ada lima. Dalam KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

ad.mi.nis.tra.si
1. usaha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan pembinaan organisasi.
2. usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kebijakan untuk mencapai tujuan.
3. kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan.
4. kegiatan kantor dan tata usaha.
5. pemerintah atau lembaga pemerintah.

Maknanya ternyata tidak seperti dugaan saya. Mungkin juga tidak seperti dugaan kita umumnya. Ada kegiatan pencatatan, penghitungan. Berkutat dengan angka dan kata.

Mungkin makna keempat yang lebih dekat dengan pemahaman kita selama ini. Yakni, kegiatan kantor dan tata usaha.

Tapi, ternyata luas sekali administrasi itu. Jika menggabungkan semua makna itu, nampaknya administrasi masuk disemua lini dan jenjang manajerial. Mulai paling dasar sampai puncak.

Administrasi Versi Kami

Kami, di pekerjaan kami, memaknai administrasi dengan makna yang agak sedikit berbeda.

ad.mi.nis.tra.si. kegiatan mencatat, melaporkan, mengumpulkan, memverifikasi, menyusun ulang, data atau laporan menurut urutan dan pola tertentu, sehingga menjadi sebuah susunan data dan informasi yang mudah dipahami dan dilakukan pemeriksaan dan perhitungan lanjutan untuk pengambilan keputusan atau hal lainnya.

Definisi itu nampaknya cukup. Sudah cukup terlalu panjang. Pusing bacanya.

Prinsip Administrasi

Kami bersama Kepala Bagian Administrasi Subsidi yang asli – – yang pertama– yaitu Bapak Pambudi, mengembangkan prinsip administrasi sebagai berikut :

1. Ada
Administrasi itu harus ada. Untuk menggambarkan pelaksanaan operasionalnya. Administrasikan apa yang kita kerjakan. Tentu menurut tata laksana dan ketentuan tertentu.

Administrasi akan membuat sebuah pekerjaan dapat dinilai. Benar atau tidak. Tepat atau menyimpang. Karena penilai tidak melihat dalam 24/7 pelaksanaan kegiatan. Bahkan penilaipun, harus melaksanakan administrasi juga.

Jika Administrasi tidak ada, kita tidak perlu bicara benar atau salah dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Karena penilaian pasti akan memvonis salah.

2. Benar
Jika administrasi sudah ada. Selanjutnya, Administrasi harus benar. Harus Benar dalam merekam kegiatan.

Benar dalam pelaksanaan administrasi. Menggunakan ketentuan dan format yang sesuai.

3. Lengkap
Lengkap dalam arti harus ada sejumlah yang dibutuhkan. Sesuai periode pencatatan. Dan lengkap dari sisi atribut pencatatan. Para pihak yang harus memvalidasi kegiatan administrasi dimaksud.

4. Mampu Telusur
Administrasi yang baik harus mampu ditelusuri baik dari hilir atau muara kegiatan. Ataupun hulu atau sumber kegiatan atau data awal.

5. Diamini
Prinsip ini mengharuskan kita, melakukan proses administrasi yang jujur. Sehingga, Administrasi mampu di periksa silang (Cross Check) dengan kegiatan administrasi lain yang berkaitan.

Sehingga administrasi kita, dapat dikonfirmasi, dapat setujui, atau diamini pihak lain.

Jika lima prinsip di atas dilakukan, Administrasi telah tepat. Dan telah siap – – percaya diri– untuk dilakukan audit. Siapapun auditornya.

Sekarang Gampang, tapi…

Pelaksanaan administrasi sekarang ini gampang. Lebih mudah dibanding masa-masa sebelumnya. Dengan bantuan teknologi informasi. Semua bisa didesain sedemikian rupa.

Lebih mudah sih, tapi mahal. Tidak selalu. Tergantung kekomplekan sistem administrasinya.

Tapi.. Semua kembali kepada manusianya. Kepada tujuan yang ingin dicapai. Mungkin itu mengapa ada seruan untuk berakhlak mulia, berintegritas, dan loyalitas (pada kebenaran).

Sebaik-baik sistem yang dibuat. Manusia tetap sebagai aktornya – – atau aktrisnya. Dan sangat bisa memanipulasinya. Tergantung niatnya.

(Wiyanto Sudarsono)