Posted on 2 Comments

Hujan dan Jadah

Oleh Wiyanto Sudarsono

Alhamdulillah, hujan senantiasa turun. Di pagi, siang, sore atau malam hari. Seperti, Senin petang kemarin.

Dan dengan hujan itu selalu ada inspirasi. Apa lagi Di tengah situasi seperti ini. Meski inspirasi tidak selalu bisa langsung dieksekusi. Terkadang butuh sejak waktu untuk menggerakkan pikir dan hati. Juga jari. Untuk mengetik.

Hujan yang dingin selalu memberi rasa. Tak semata dengan dinginnya. Kali ini tentang nostalgia.

Begitu juga dengan perjalanan kami Sabtu lalu. Ada nostalgia tersendiri.

Selepas istirahat sejenak di area istirahat. Kami menikmati kudapan yang saat ini sudah jarang ditemukan. Apalagi dimakan.

Jadah. Atau tetel. Demikian kami menyebutnya.

Kudapan dari ketan, bercampur parutan kelapa. Digoreng. Alangkah nikmatnya.

Anak-anak kami sudah tidak mampu merasakan nikmatnya. Kalah dengan penyedap rasa di kudapan atau minuman dalam kemasan. Yang biasa mereka nikmati.

Menatap hujan. Di pinggir tangga darurat. Pikiran melayang, berandai tengah menikmati jadah atau tetel goreng. Nikmat.

Syukur kita ucapkan. Bukan karena khayalan yang melintas angan. Tapi karena masih sempurnanya nikmat indra yang Allah berikan.

Nikmat Tuhan mana yang kita hendak kita dustakan? Allah, jadikan kami hamba-Mu yang bersyukur. Aamiin.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Asem Tenan

Catatan Jumat Pagi

Oleh Wiyanto Sudarsono

Salah satu pohon yang istimewa. Saya yakin itu. Meski keyakinan itu hanya didapat dari pengamatan. Melihat. Tanpa didukung dalil syariat. Paling tidak saya belum menjumpai disebutkannya pohon asam (pohon asem) di dalam Al-Qur’an atau As-Sunnah.

Bagi kita yang hidup di Indonesia tentu tidak asing dengan pohon asam ini. Asem atau asam, asam jawa atau tamarin. Tamarindus indica L.

Keistimewaan ini terindikasi dari banyaknya pohon asam di tanam di pinggiran jalan di Jawa, sebagian Sumatera, jalur tengah Sulawesi Selatan (Parepare – Palopo), dan sebagian Pulau Flores. Ini yang sudah pernah saya lihat. Dan saya ingat. Konon di tanam di masa kolonialisme Belanda.

Tentang Pepohonan
Asam adalah salah satu pohon yang memiliki akar tunggang atau tunjang. Akar yang dari batang menghunjam lurus ke bawah. Ke dalam tanah. Sedalam mungkin. Sesuai dengan kehendak Allah, Yang Menghidupkan pohon.

Batangnya. Bisa lurus tinggi menjulang. Dahan, ranting beserta daunnya bisa membentang luas. Rindang.

Di bawah pohon asam jugalah, dulu arena bermain kami di waktu kecil. Di desa. Engklek, egrang, patok lele/bentik, gobak sodor, lompat tali, betengan, dan lain sebagainya. Pernah terselenggara di bawah pohon asam. Yang begitu besar.

Umpama Pohon

“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.
(QS Ibrahim [14] : 24-25).

Kalimat yang baik, dan kebaikan itu sendiri, umpama pohon. Kuat akarnya, tinggi batangnya, rindang pohonnya, berbuah setiap musimnya. Keberadaannya membawa manfaat dan kesejukan.

Ada banyak tanaman, pohon, buah, dan lainnya dari kingdom plantae yang disebutkan di dalam Al-Qur’an. Begitu yang saya dapat setelah bertanya di mesin pencari.

Pohon Asam Asli
Gambar di atas adalah pohon asam asli. Asem tenan. Ditanam di Pot. Tepatnya dipindah di pot. Ditanam oleh Bapak Mertua saya rahimahullah.

Seingat saya, bijinya dari sisa asam yang dibuang saat membuat sayur atau cuko pempek.

Cuko pempek yang enak harus dari gula area asli. Asamnya, asam jawa yang tumbuh di Sumatera“. Demikian tetangga saya dulu di Bogor. Saat membanggakan cuko pempeknya.

Pohon asam yang saya gambarkan di atas, adalah yang tumbuh bebas di bumi Allah. Tanpa dikekang. Di pot, di polybag. Atau bahkan dibonsai. Dikerdilkan.

Pohon asam yang ditanam di pot, kurang bagus. Di musim hujan sekalipun. Karena daunnya yang rindang, ketika hujan, air tidak jatuh dan mengalir di pot. Sehingga akar di pot tidak dapat air. Itu mengapa masih perlu disiram.

Agar benih kebaikan itu bisa tumbuh dengan baik, harus tumbuh di tempat yang baik, dirawat dengan cara yang baik dan benar. Itu mungkin perlunya hati yang ikhlas, bersih, untuk diletakkannya kebaikan.

Semoga Allah menjadikan hati kita hati yang ikhlas. Hati yang diberi petunjuk. Hati yang ditetapkan di atas agama-Nya. Aamiin…

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Administrasi itu Sesuatu

Oleh Wiyanto Sudarsono

Ada banyak makna Administrasi. Ada lima. Dalam KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

ad.mi.nis.tra.si
1. usaha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan pembinaan organisasi.
2. usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kebijakan untuk mencapai tujuan.
3. kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan.
4. kegiatan kantor dan tata usaha.
5. pemerintah atau lembaga pemerintah.

Maknanya ternyata tidak seperti dugaan saya. Mungkin juga tidak seperti dugaan kita umumnya. Ada kegiatan pencatatan, penghitungan. Berkutat dengan angka dan kata.

Mungkin makna keempat yang lebih dekat dengan pemahaman kita selama ini. Yakni, kegiatan kantor dan tata usaha.

Tapi, ternyata luas sekali administrasi itu. Jika menggabungkan semua makna itu, nampaknya administrasi masuk disemua lini dan jenjang manajerial. Mulai paling dasar sampai puncak.

Administrasi Versi Kami

Kami, di pekerjaan kami, memaknai administrasi dengan makna yang agak sedikit berbeda.

ad.mi.nis.tra.si. kegiatan mencatat, melaporkan, mengumpulkan, memverifikasi, menyusun ulang, data atau laporan menurut urutan dan pola tertentu, sehingga menjadi sebuah susunan data dan informasi yang mudah dipahami dan dilakukan pemeriksaan dan perhitungan lanjutan untuk pengambilan keputusan atau hal lainnya.

Definisi itu nampaknya cukup. Sudah cukup terlalu panjang. Pusing bacanya.

Prinsip Administrasi

Kami bersama Kepala Bagian Administrasi Subsidi yang asli – – yang pertama– yaitu Bapak Pambudi, mengembangkan prinsip administrasi sebagai berikut :

1. Ada
Administrasi itu harus ada. Untuk menggambarkan pelaksanaan operasionalnya. Administrasikan apa yang kita kerjakan. Tentu menurut tata laksana dan ketentuan tertentu.

Administrasi akan membuat sebuah pekerjaan dapat dinilai. Benar atau tidak. Tepat atau menyimpang. Karena penilai tidak melihat dalam 24/7 pelaksanaan kegiatan. Bahkan penilaipun, harus melaksanakan administrasi juga.

Jika Administrasi tidak ada, kita tidak perlu bicara benar atau salah dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Karena penilaian pasti akan memvonis salah.

2. Benar
Jika administrasi sudah ada. Selanjutnya, Administrasi harus benar. Harus Benar dalam merekam kegiatan.

Benar dalam pelaksanaan administrasi. Menggunakan ketentuan dan format yang sesuai.

3. Lengkap
Lengkap dalam arti harus ada sejumlah yang dibutuhkan. Sesuai periode pencatatan. Dan lengkap dari sisi atribut pencatatan. Para pihak yang harus memvalidasi kegiatan administrasi dimaksud.

4. Mampu Telusur
Administrasi yang baik harus mampu ditelusuri baik dari hilir atau muara kegiatan. Ataupun hulu atau sumber kegiatan atau data awal.

5. Diamini
Prinsip ini mengharuskan kita, melakukan proses administrasi yang jujur. Sehingga, Administrasi mampu di periksa silang (Cross Check) dengan kegiatan administrasi lain yang berkaitan.

Sehingga administrasi kita, dapat dikonfirmasi, dapat setujui, atau diamini pihak lain.

Jika lima prinsip di atas dilakukan, Administrasi telah tepat. Dan telah siap – – percaya diri– untuk dilakukan audit. Siapapun auditornya.

Sekarang Gampang, tapi…

Pelaksanaan administrasi sekarang ini gampang. Lebih mudah dibanding masa-masa sebelumnya. Dengan bantuan teknologi informasi. Semua bisa didesain sedemikian rupa.

Lebih mudah sih, tapi mahal. Tidak selalu. Tergantung kekomplekan sistem administrasinya.

Tapi.. Semua kembali kepada manusianya. Kepada tujuan yang ingin dicapai. Mungkin itu mengapa ada seruan untuk berakhlak mulia, berintegritas, dan loyalitas (pada kebenaran).

Sebaik-baik sistem yang dibuat. Manusia tetap sebagai aktornya – – atau aktrisnya. Dan sangat bisa memanipulasinya. Tergantung niatnya.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on 1 Comment

Kompetisi Sepatu

Oleh Wiyanto Sudarsono

Melihat ke bawah saat berdesakan di lift, terlintas sesuatu di pikiran. Melihat sepatu berjejer di pinggiran tempat Wudhu, juga sama.

Ini bukan soal penularan bahaya yang lagi heboh. Bukan juga soal sepatu mana yang lebih bagus. Atau lebih baik, lebih laris.

Namun, pikiran ini melayang pada kompetensi diri. Kompetensi dalam melakukan pekerjaan.

Analogi

Diri kita ini, ibarat sepatu. Dalam sebuah sistem kebutuhan fesyen seseorang. Kompetensi, seperti kualitas sepatu. Kulitnya, solnya, modelnya, dan lain sebagainya.

Renungan ini sebenarnya, melayang pada ingatan tentang curhat dan diskusi seorang senior. Dulu sekali.

Tentang penghargaan (menurut versinya). Mungkin bisa promosi, kenaikan jabatan, atau hal lainnya. Seperti manusia – – karyawan– pada umumnya.

Ia menasihatkan, mengutip nasihat atasannya juga. Bahwa promosi, itu seperti memilih sepatu. Bagi manajemen.

Bisa jadi, kualitas sama baiknya. Harga sama mahalnya – – atau murahnya. Merek sama terkenalnya. Atau malah mungkin mereknya sama. Tapi satu hal yang bisa jadi tidak sama, UKURANNYA.

Mungkin manajemen saat hendak melakukan promosi – – memberi penghargaan atau mengisi kebutuhan manajerial– ukuran sepatunya di 40. Kita ini sepatu berukuran 42 atau 43. Tidak mungkin ia memakai sepatu kebesaran bukan? . Atau sebaliknya kita mungkin di ukuran 39, atau 38.

Tidak perlu berkecil hati. Tidak perlu merasa rendah diri. Jika tidak menjadi sepatu yang dipakai.

Kualitas sama atau bisa menyamai. Tapi ukuran sepatu – – eh kaki–, sudah merupakan pemberian dari Sang Pencipta. Kita tidak bisa mengubahnya.

Bahkan, mungkin saja akan dipilih sepatu dengan kualitas lebih rendah. Karena ukuran yang pas, ya yang itu. Dan satu sepatu, tidak bisa menyesuaikan ukuran, all size begitu.

Makanya, ini bukan soal kompetisi sepatu. Atau kompetisi memperebutkan sesuatu. Ini tentang diri sendiri dan kesesuaian.

Upaya, boleh. Sangat boleh, bahkan harus malah. Yakni dengan menjadikan kita sepatu yang berkualitas baik. Dengan meningkatkan kompetensi kita. Meningkatkan kemampuan kita.

Tetap bekerja dengan baik. Sebaik-baiknya. Sebagai syukur atas rezeki yang diterima. Sehingga saat tiba waktu yang pas, ukurannya pas, kita menjadi yang terpilih. Dan kualitas tidak mengecewakan.

Saat yang pas itu, mungkin bisa disebut Tipping Point. Paling tidak dalam kehidupan pribadi kita masing-masing.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Jangan Berhenti di Sini

Seri Penutup, Serial Catatan Seorang Penjual

Oleh Wiyanto Sudarsono

Sebagaimana pernah saya ungkapkan di berbagai kesempatan :
Konsep tanpa praktik itu bullshit, tapi praktik tanpa konsep itu stupid“.

Karena itu saya berharap kita tidak hanya berhenti di sini. Hanya di tataran konsep. Tapi mari sedikit demi sedikit dipakai praktik.

Juga, kita yang sudah sehari-hari praktik penjualan. Jangan lupa, untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang penjualan. Dan pemasaran.

Sepanjang 22 seri atau 25 Seri jika memasukan pengantar, mukadimah, dan penutup ini,  kita telah berdiskusi tentang penjualan. Utamanya proses dan siklus penjualan.

Penjualan, tidak hanya dimulai ketika mendekati pelanggan, dan terus sampai kita sukses closing. Bahkan permulaan adalah mencari calon pelanggan dan pengelolaan pelanggan.

Pencarian calon pelanggan, bisa dengan referensi dan non-referensi. Diberi oleh pelanggan kita atau dari data sumber lainnya yang kita peroleh. Bahkan membongkar data pelanggan atau mantan calon pelanggan akan sangat berguna.

Pendekatan harus dilakukan dengan tepat. Perhatikan momen yang pas. Media atau alat untuk mendekati yang sesuai. Dan mood atau kondisi hati calon pelanggan. Pahami unit pembuat keputusan pembelian dari pelanggan, jika pelanggan adalah perusahaan.

Pastikan kelengkapan dan kesiapan diri dan alat kita untuk pejajagan dan presentasi. Untuk pupuk, misalnya, kita harus mampu mempresentasikan tingkat kelarutan pupuk. Khusus pupuk Organik, kita harus mampu menunjukkan perbedaan tanah yang dipupuk organik dan tidak dipupuk organik.

Penolakan sangat mungkin terjadi. Karena itu, negosiasi dan penanganan penolakan harus dikuasai dengan baik.

Lakukan closing di saat yang tepat. Jangan lupa tujuan kita. Untuk berjualan. Meski hubungan kemanusiaan dan persahabatan tetap harus terus terjalin.

Pengelolaan hubungan pelanggan hendaknya dilakukan dengan baik. Hasilnya, repeat order, referensi pelanggan baru, penjualan produk baru, dan banyak lagi.

Semoga, serial ini bermanfaat. Silakan kunjungi blog saya di wiyantosudarsono.id untuk membuka kembali serial ini dan tulisan saya lainnya. Terima kasih.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Pertaruhan Mutu

Hari yang ditunggu tiba. Pengukuhan dan penunjukan Distributor Utama. Berikut penandatanganan surat perjanjian jual beli. Setelah dilakukan asesmen dan serangkaian penilaian.

“Mereka (Distributor Utama) adalah pertaruhan kinerja kita tahun ini”. Bisik salah satu staf penjualan di kursi belakang.

Distributor Utama yang diundang telah diasesmen, dinilai, dengan berbagai pertimbangan. Untuk menjamin mutu [baca, (ingin) jamin Mutu].

Distributor Utama, ini telah berpengalaman di dunia perpupukan. Dan sebagiannya berpengalaman di bisnis sarana produksi pertanian lainnya.

“Pupuk Bersubsidi adalah masa lalu dan masa kini. Sedangkan pupuk nonsubsidi adalah masa kini, menuju masa depan.” Demikian yang disampaikan Direktur Pemasaran. Yang disepakati juga oleh Direktur Utama.

Pupuk yang dijual melalui Distributor Utama adalah pupuk NPK berkualitas. Pupuk premium. Pupuk yang bermutu (berkualitas). Demikian makna premium di KBBI.

Masa depan perusahaan juga bisa ikut ditentukan melalui Distributor Utama ini.

Dengan ditunjuk dan dipilihnya Distributor Utama, perusahaan dan unit penjualan bertaruh. Meski pilihan yang lain juga merupakan pertaruhan.

Bertaruh mutu pengambilan keputusan strategis. Di bidang penjualan. Bab saluran penjualan.

Bertaruh mutu entitas mitra yang dipilih.

Bertaruh dalam kinerja penjualan.

Semoga kita menenangkan pertaruhan ini.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Siklus Penjualan

Seri ke-22,  Serial Catatan Seorang Penjual

Penjual adalah sebuah proses. Dimulai dari prospecting. Tapi, tidak diakhiri dengan closing. Proses ini bukan proses tunggal. Tapi proses yang berkesinambungan. Membentuk siklus.

Mulai dari prospecting, sampai mengelola hubungan dengan pelanggan, dengan upaya up selling, cross selling, meminta referensi pelanggan baru, menjaga hubungan pelanggan lama, adalah siklus. Dan selalu begitu untuk pelanggannya yang sama.

Apalagi untuk produk yang memiliki masa pakai tertentu. Dan akan membutuhkan lagi diwaktu mendatang. Seperti, pupuk, benih, dan Pestisida.

Tidak menarik bukan, jika siklus Penjualan terus sama. Dari waktu ke waktu. Perlu ada pertumbuhan untuk kelompok pelanggan kita.

Ada beberapa hal dasar yang perlu kita kuasai, agar pertumbuhan di siklus penjualan kita menarik. Baik melalui up selling maupun cross selling.

Pengetahuan Produk
Kita harus memahami produk kita dan value propotition. Value proposition adalah alasan mengapa pelanggan harusnya memilih kita dibandingkan yang lain.

Keunggulan masing-masing produk kita harus dikuasai. Sehingga dengan mudah kita dapat memilih yang pas untuk pelanggan

Pengetahuan layanan (service knowledge)
Kita harus memahami kebutuhan pelanggan. Kebutuhan yang senantiasa berubah. Dan memahami bagaimana cara melayani dengan maksimal. Dengan produk dan layanan kita.

Pengetahuan Pelanggan
Pahami Pelanggan Kita. Target dan segmentasi pasar kita. Perilaku pembelian dan profil pelanggan. Sehingga setiap pelanggan, setiap target, bisa dengan pas dilayani dengan produk yang sesuai.

Jangan memberikan bakso kepada pelanggan yang senantiasa meminta mi ayam. Kecuali kita mampu meyakinkannya bahwa mi ayam tidak kalah nikmatnya dengan bakso. Atau mi ayam bakso bisa jadi solusinya.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Pernikahan Desa

Foto : Pengantin Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera)

Hari ini hari yang berbahagia. 01 Maret 2020. Hari kedua. Setelah hari pertama. Dua pekan lalu. 16 Februari 2020. Terutama untuk dua keluarga dari dua desa berbeda di kampung halaman saya. Tulang Bawang Barat, Lampung.

Walimah al-Ursy (pesta pernikahan) pertama di selenggarakan di rumah pengantin wanita.  Kedua, dilaksanakan di rumah pengantin pria. Ngunduh mantu, demikian istilah di adat Jawa. Ya karena pengantin adalah Pujakesuma. Putra/Putri Jawa Kelahiran Sumatera.

Pernikahan, satu dari tiga fase kehidupan yang – – setahu saya— hampir semua masyarakat dan suku bangsa, dan agama punya ritual khusus untuknya. Kelahiran, pernikahan, dan kematian. Sunatan atau khitanan, tidak semua adat memilikinya.

Pernikahan tidak hanya menyatukan dua orang, menjadi pasangan. Tapi dua keluarga. Juga, bisa dua desa. Atau dua kelompok masyarakat.

Dengan pernikahan, dan rangkaian acaranya, harusnya dua kelompok masyarakat bisa lebih saling mengenal dan menyapa. Sehingga tercipta kerukunan. Dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan pernikahan dilengkapi setengah agama seseorang. Demikian nasihat dari hadis Rasulullah.

Dengan pernikahan, dilengkapi separuh jiwa atau nyawa seseorang. Itu mengapa istri atau suami adalah garwo (sigarane nyowo) dalam istilah Jawa. Separuh jiwa bagi suami atau istri yang merupakan pasangannya.

Selamat kepada sepupu kami. Siska Yunita dan Adi Suseno. Barakallahu lakumaa wa baraka ‘alaikumaa Wa jama’ a baina kumaa fii khair.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Tiwul Desa

Sarapan pagi ini istimewa. Luar biasa. Menu yang tidak biasa. Tiwul.

Makanan olahan dari singkong. Singkong dikupas. Direndam. Dijemur. Sedemikian rupa sehingga kandungan racun (yang dapat menyebabkan pusing) dalam singkong hilang. Setelah itu ditumbuk menjadi singkong kering yang lebih halus. Itulah tiwul mentah.

Untuk memasaknya, tiwul di rendam beberapa saat. Kemudian di kukus. Jadilah tiwul yang telah matang atau masak.

Penyajiannya, macam-macam. Ada yang dicampur parutan kelapa. Ada yang dinikmati bersama gula putih halus.

Di keluarga kami, biasanya digunakan sebagai pengganti nasi putih. Makanya kami sebut nasi tiwul. Saat mengukus dicampur beras. Sehingga nasi yang didapat adalah campuran nasi putih dan tiwul.

Disajikan dengan berbagai sayur dan lauk khas pedesaan. Sangat nikmat.

Bisa oseng daun singkong. Kadang dicampur kacang. Bisa Lodeh. Sayur santan. Kali ini edisi santan rebung. Dengan lauk ikan asin.

Jika masih ada sisa di esok pagi, bisa dibuat nasi tiwul goreng. Dengan cabai hijau.

MasyaAllah, nikmatnya.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on 1 Comment

(Ingin) Jamin mutu

Dua pekan ini, keliling. Dari perusahaan satu ke perusahaan lain. Calon Distributor Utama. Untuk beberapa produk perusahaan kami.

Asesmen atau penilaian. Dengan pembuktian dan penyaksian (menyaksikan sendiri). Kantor, Gudang, Tenaga Kerja, dan sarana transportasinya.

Agar tidak salah pilih. Atau agar pilihan memiliki dasar pertimbangan. Tidak hanya semata-mata “arahan”, atau hanya pilihan atas dasar kesukaan.

Pilihan dengan hitungan. Paling tidak bisa dilakukan penghitungan.

Saya mendapatkan tugas di dua zona, dari 34 zona kedistributoran. Satu Provinsi bisa 1 atau lebih dari 1 zona. Sesuai potensi pasar.

Asesmen digunakan untuk memberikan jaminan mutu. Bahwa yang terpilih atau yang dipilih ada merupakan pilihan yang terbaik. Dari calon yang ada. Itu paling tidak keinginan kami. Dan mudah-mudahan begitu.

Jika pilihan Distributor Utama sudah tepat. Program diharapkan dapat berjalan dengan cepat. Pencapaian target diharapkan juga akan selamat.

Ada beberapa hal yang kami asesmen. Sesuai dengan parameter dan indikator penilaian yang telah ditetapkan oleh tim.

Dalam waktu dekat akan ada sidang isbat. Sidang penetapan Distributor Utama sesuai zona masing-masing.

Meteran digital vs manual

Ada satu hal yang menarik. Untuk mengukur (kata dasar “ukur” bukan “kukur”) gudang, awalnya saya bawa meteran manual. Itu asesmen pekan pertama. Saya digoda oleh teman-teman penjual yang lain. Katanya, “wah masih jadul ini. Harusnya, pakai digital”. Kata salah satu senior. Yang diamini yang lain. Di grup WA.

Benar, saya langsung lihat di toko online. Ketemu. Beli. Dan pekan kedua, saya sudah pakai meteran digital.

Semuanya untuk menjamin mutu. Mutu mitra. Distributor. Inginnya begitu. Semoga saja terwujud.

(Wiyanto Sudarsono)