Posted on Leave a comment

AHAD INI

Ilustrasi: Moda Angkutan Udara

Kondisi perasaan yang begitu berbeda. Aktivitas yang tak lagi sama. Orang sekitar yang berbeda pula. Paling tidak demikian bandingan beberapa hari ini dengan esok pagi. Demikian silih berganti menghiasi hari.

Ahad dini hari ini kami berpamitan. Kepada Bapak, Mamak, Mbah Buyut, dan Adik-Adik. Eh ketinggalan satu, keponakan.

Setelah 23 hari bersama dalam bingkai keluarga. Paling tidak bagi istri dan anak-anak. Karena saya datang, kemudian pergi. Tiga kali. Bagi saya 23 hari kemarin bukan liburan, tapi berbakti pada orang tua sekaligus bekerja.

Ada sedikit insiden. Seperti biasa karena tabiat lama saya yang masih sulit diubah: marah. Sumbu emosi saya cukup pendek. Sulit memang, tapi perlu mencoba, terus mencoba, sabar jangan menyerah.

Ganti Moda

Sebelumnya kami berencana kembali menggunakan kendaraan pribadi, darat. Sejauh ehm….. 1.169 KM, kurang lebih. Tol Trans Sumatera sambung tol Trans Jawa. Tulang Bawang Barat, Lampung ke Gresik, Jawa Timur. Istri dan anak anak sudah mencoba, saat berangkat. Saya malah belum.

Karena ada sesuatu hal yang mesti kami semua prioritaskan, kami putuskan ganti modal: pesawat terbang. Mumpung harga agak miring.

Rapid test antigen untuk 3 penumpang dewasa, dan rapid test antibody untuk 1 anak dan 1 bayi, kami lakukan di faskes Bandara. Sehari sebelumnya.

Mbarep saya harus rapid test antibody di klinik dekat rumah orang tua. Karena ia kami tinggal, agar puas bermain dengan sepupunya.

Kami pikir anak dibawah 12 tahun tidak perlu hasil rapid. Tapi ternyata wajib rapid juga, meski cukup antibody. Sibuk lah, wira-wiri sabtu lalu. Alhamdulillah negatif semua.

Ahad pagi ini terbang dari TKG ke CGK sambung ke SUB. Alhamdulillah. Perjalanan lancar. Anak-anak begitu antusias dengan pesawat. Sampai rumah dengan selamat.

Alhamdulillah, telah diberi kesempatan menghabiskan 2020 sampai awal 2021 bersama orang tua dan keluarga.

Terima kasih ya telah membantuku berbakti kepada orang tua“. Demikian, bisikku kepada istri ketika kami sampai di rumah.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

KENANGAN SEMANGAT

Berkeliling di daerah pertanian lagi, saya bernostalgia. Wilayahnya hampir mirip. Dalam hal perlunya sentuhan. Agar teknologi pertanian khususnya pemupukan dapat diadopsi oleh petani.

Teknologi pemupukan tidak bisa lepas dari pemahaman tentang produk. Sebelum produk pupuk, ada yang lebih mendasar. Pengetahuan dan pemahaman terkait unsur hara: macam, fungsi, dan sumbernya.

Semangat Teknis

Sebelum memahamkan petani, bagi kami yang berada di dunia penjualan, tentu lebih dahulu “memahamkan” saluran distribusi kami. Lebih utama lagi, ujung saluran: pengecer / kios.

Sebagai contoh hal mendasar adalah unsur hara ini ada di pupuk apa, produknya apa, mereknya apa, keunggulannya apa. Untuk komoditas atau tanaman pertanian ini kombinasi pupuknya apa saja, berapa jumlahnya masing-masing, diberikannya kapan.

Juga, mengapa lebih baik pakai ini, tidak itu. Jika penggunaan begini (misal dilarutkan) akan lebih efektif pupuk ini dibanding itu. Saya pikir hal demikian yang seharusnya dilakukan oleh sebuah brand sarana produksi pertanian: pupuk.

Semangat Administrasi

Selain pengetahuan dan pemahaman teknis, penting bagi pengecer untuk sedikit mengetahui tentang administrasi niaga. Paling tidak demikian yang diajarkan oleh buku Fertilizer Retailing Guide yang diterbitkan oleh IFA dan FAO.

Hal yang sama kami lakukan dalam mengelola pupuk bersubsidi. Itu yang mendorong kami menyusun Panduan Pengecer Pupuk Bersubsidi pada awal 2018. Dalam pupuk bersubsidi, administrasi sama pentingnya dengan pengetahuan produk dan operasional penyaluran.

Semangat Perubahan

Perubahan mutlak dan pasti terjadi. Karena menginginkan yang lebih atau karena dipaksa kondisi.

Seperti saat ini, pupuk bersubsidi sedang mengalami perubahan besar. Harga berubah. Jenis pupuk bertambah. Bahkan dimungkinkan formulanya juga tidak sama.

Perubahan di bagian political-legal (konsep 4C Diamond) pupuk bersubsidi, akan mengubah peta bisnis pupuk tunggal, NPK, dan Organik Cair. 2021 ini akan seru.

Memelihara Semangat

Dalam bisnis, termasuk pupuk bersubsidi, pembinaan kepada mitra kerja dan pelanggan diperlukan. Mungkin istilah “pembinaan” terkesan membedakan level antara kita dan pelanggan. Mungkin lebih tepatnya adalah perlunya manajemen, pengelolaan.

Pengetahuan, hubungan, operasional dan administrasi, membutuhkan pengetahuan dan pengelolaan. Karena itu dilakukan pertemuan, dan kunjungan. Untuk menilai apa yang telah kita lakukan.

Kunjungan yang tidak untuk menyalahkan. Tapi untuk melakukan perbaikan. Dalam layanan, komunikasi, komitmen serta kepatuhan terhadap ketentuan.

Semua hal mulai dari belajar, memahami, mengelola, memahamkan, memerlukan semangat. Saya menyebutnya “Semangat Bisa!!”. Untuk belajar, kita yakin kita bisa mempelajari dan memahami. Untuk mengelola hubungan, kita juga harus yakin bisa menjalin hubungan dengan baik.

Juga memerlukan Semangat Muda. Berapapun usia kita. Semangat kita harus muda. Seperti masa dulu.

Juga semangat objektif, integritas, dan idealisme. Kita pernah memiliki itu. Semoga masih ada. Saya yakin masih terjaga.

Kenangan akan semangat itu harus senantiasa dikenang, dilirik sesekali. Seperti kaca spion. Untuk kehati-hatian dan mungkin memotivasi. Dulu BISA, sekarang LEBIH BISA. wong sudah 2021.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Baru Mau

Telah berlalu tahun dua puluh dua puluh (2020). Berganti menjadi dua puluh dua satu (2021). Menurut perhitungan pergantian hari yang kita kenal dalam penanggalan masehi. Tepatnya pada pukul 24.00 (atau 00.00?) semalam.

Saya lebih sepakat dengan pergantian hari pada saat pergantian siang menjadi malam. Awal malam sebagai hari yang baru. Tanpa alat bernama jam pun, kita sudah tahu bahwa hari telah berganti. Dengan mudah. Paling tidak di sebagain besar wilayah dunia. Ups ngelantur pembahasannya.

Tahun lalu tentu banyak tantangan. Covid-19 tentu telah menjadi pelajaran berharga. Memberi ketakutan, tantangan, kendala dan sedikit kesulitan. Sedikit jika dibandingkan dengan kemudahan dan kelapangan yang telah Allah berikan.

Selain itu, sebagian menemukan keberanian -atau kenekatan-, peluang, dan kesempatan. Di waktu biasa belum tentu didapatkan. Kita termasuk yang mendapat ujian atau peluang? Mari kita renungkan.

Resolusi Menjadi Aksi

Berbagai hal dilakukan di penghujung tahun. Termasuk mempersiapkan tahun berikutnya.

Ada yang masih harus berjibaku menutup kekurangan kinerja tahun 2020. Harus 101%,  103%, 105 atau bahkan 106%. Jika menghendaki balasan yang memadai atas kinerja yang dicapai. 100% saja belum cukup.

Ada yang sudah menuliskan resolusi. Resolusi pribadi: pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan kepada diri sendiri tentang suatu hal. Untuk dilakukan atau diraih di tahun 2021.

Harus turun berat badan, menjadi sekian kilogram, jamak dituliskan. Terlalu banyakan dari kita yang merasa kegemukkan.

Pertumbuhan usaha sekian persen. Atau mungkin sekarang, mencukupkan diri dengan lepas dari krisis keuangan akibat dampak pandemi.

Mungkin sudah ada yang menuliskan: vaksinasi COVID-19. Sebagai upaya agar dapat kembali beraktivitas, paling tidak lebih leluasa.

Apapun resolusi kita, 2021 adalah saatnya aksi. Apalagi sekarang sudah 1 Januari 2021. Resolusi harus sudah menjadi rencana aksi dan mulai aksi nyata.

Baru Mau

Resolusi merupakan tulisan yang “baru mau” akan dilakukan. Lumayan sudah ada kemauan. Dari pada blas.

Yang masih “baru mau”, harus berubah menjadi “mau melakukan”, dan melakukannya. Jangan hanya menuliskan: “baru tahun ini nggak bisa liburan akhir tahun keluar negeri karena covid, biasanya karena nggak punya duit”. Sebagaimana banyak meme beredar.

Misal, tahun lalu “baru mau” ke luar negeri, yang alhamdulillah tidak jadi. Tahun ini masih mau ke luar negeri, benar-benar mau. Keluar negerinya ke Saudi Arabia, ke Makkah. Maka maunya diubah jadi niat, dan kebulatan tekad untuk bertindak.

Sisihkan sebagian penghasilan. Atau meningkatkan jumlah dan jenis sumber pemasukkan. Yang halal tentunya.

Yang ingin menerbitkan buku (lagi) mulailah menggerakkan tangan. Mulailah dengan satu huruf, kata dan kalimat. Jadikan paragraf dan catatan singkat. Kumpulkan, rapikan dan terbitkan.

Mari kita semua berdoa untuk kebaikan di waktu yang akan datang. Mari juga kita memohon ampun atas kesalahan yang telah dilakukan. Mari bersyukur atas waktu ini yang masih kita dapati.

Sebuah catatan pengingat untuk diri.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Kembali Jalan

Akhir tahun ini kami melakukan kegiatan yang tertunda. Karena pandemi yang belum juga berhenti. Judul kegiatannya adalah supervisi.

Su.per.vi.si/pengawasan utama; pengontrolan tertinggi; penyeliaan. Menyelia artinya melihat atau mengawasi. Itu yang kami lakukan. Kami melihat tata laksana administrasi. Penjualan oleh pengecer produk-produk kami.

Mengunjungi satu satu pengecer. Jika ada yang kurang pas, kami ingatkan untuk diperbaiki. Tidak semua sih.

Kegiatan ini kami programkan di tahun 2020 untuk dilaksanakan setiap bulan. Mulai Maret atau April. Tapi qadarullah harus terhenti.

Masalah dan Ide

Banyak sekali ide dan inspirasi di lapangan. Saya sering menyebut kunjungan lapang dan supervisi ini sebagai belanja ide. Termasuk membangun mimpi. Semoga mimpi kami tidak ada yang memidanakan. Mimpi untuk kemajuan perusahaan.

Niatnya panen ide, tapi tumbuh juga masalah, atau potensi masalah. Yang tentu butuh penyelesaian. Alhamdulillah, kunjungan lapang jadi ketahuan masalah itu. Minimal membuka diskusi untuk penyelesaian.

Potensi kurangnya persyaratan penjualan di tahun depan. Potensi penjualan akan turun, bahkan di beberapa titik tidak bisa melakukan penjualan. Kami menghitung ulang persediaan akhir tahun di berbagai lini.

      “Perhatikanlah, instruksi saya ketika saya kelapangan, lebih banyak daripada ketika saya duduk di kantor“. Celetuk saya ke staf selepas kunjungg kios pertama.
Iya Pak“, jawabnya sambil nyengir.
       “Itu karena di lapangan terdapat banyak sekali ide, banyak inspirasi. Dan saya butuh orang yang  merekam itu“. Jelas saya sok keren sambil tertawa.

Kembali jalan (-jalan) membuat jiwa ini menjadi bersemangat. Meski bukan dalam rangka rekreasi atau liburan. Dalam rangka kerja. Sambil mengkreasikan pikiran dengan ide, inspirasi, dan teladan dari pesaing.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Pembaharuan Baru

(Freepik)

Setiap pribadi, organisasi, ataupun pemikiran, butuh pembaharuan: proses, cara, perbuatan membarui; memperbaiki supaya menjadi baru; menganti dengan yang baru. Jika di dalam kepemimpinan mungkin dapat disebut suksesi.

Pembaruan di bidang penjualan ada banyak hal. Kepemimpinan organisasi penjualan, konsep penjualan, strategi penjualan, kompetensi penjualan, dan lain sebagainya.

Karena dunia penjualan bergerak sedemikian cepat, secepat perubahan dunia itu sendiri. Orang penjualan tentu harus beradaptasi, diperbaharui. Agar tidak seperti dinosaurus. Mati.

Yang pertama harus diperbaharui adalah kompetensi. Yang tadinya gaptek (gagap teknologi) harus mulai melek, berubah, belajar, mengikuti. Yang tadinya tidak pernah mempelajari kompetensi, saat ini belajar lagi. Bahkan ambil sertifikasi.

Konsep, Cara dan strategi penjualan juga harus bervariasi. Transaksional, menjadi lebih ke konsultansi. Offline ditambah online. Dari PGPS menjadi basis kinerja.

Organisasi dimungkinkan berubah. Tunggal menjadi multi. Sentralisasi menjadi desentralisasi, atau sebaliknya. Atau mbingungi, sentralisasi tapi desentralisasi. Tapi pembaruan adalah sebuah kebutuhan.

Pembaruan juga dari sisi kepemimpinan organisasi penjualan. Yang diharapkan memperbaharui pemikiran dan semangat. Tidak lantas pemimpin sebelumnya 56 tahun, diganti dengan dua orang 28 tahunan. Usia bukan jaminan.

Pembaharuan pemimpin organisasi penjualan seperti memperbaharui ban mobil. Bannya baru, semuanya, empat-empatnya. Jika pengemudinya tidak berani injak gas, atau membiarkan roda berputar “sak karepe dewe“, tentu organisasi tidak bisa melaju dengan baik. Baru atau muda di sana tiada guna.

Perubahan, pergantian, pembaharuan adalah sunatullah. Karena kita tidak hidup selamanya. Baik sebagai manusia, sebagai pekerja, sebagai penjual, maupun sebagai pemimpin.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

….. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), …..
QS.Āli ‘Imrān [3]:140

Sebuah renungan, dalam penantian akan perubahan dan pembaharuan.

(Wiyanto Sudarsono)

Sumber gambar: <a href=”https://www.freepik.com/vectors/design”>Design vector created by freepik – www.freepik.com</a>

Posted on Leave a comment

Penjual Awuran

Saya turut bahagia. Beberapa rekan-rekan penjual beserta Distributor yang saya kenal berhasil mencapai target kinerja tahun ini. Bahkan sebelum tahun ini berakhir.

Ada yang mencapai lebih dari 110%, bahkan ada yang 140%. Saya tentu tidak berani berseloroh seperti kepada mereka yang mampu mencapai 100% di pertengahan tahun: targetnya yang salah. Tidak berani saya. Arahnya sudah tampak benar. Perbaikan jelas tetap diperlukan.

Penghargaan bagi tenaga penjual juga diberika . Munculnya Supervisor Penjualan dan Penjual terbaik juga diumumkan. Tidak hanya diumumkan, diberi apresiasi berupa hadiah yang bermanfaat.

Konsep Penjualan

Saya berharap, semua capaian ini, merupakan buah dari berbagai konsep yang pernah disampaikan beberapa waktu lalu. Juga merupakan hasil dari strategi yang dibangun. Tentu semua tidak bisa lepas dari karunia Tuhan.

Saya masih dalam keyakinan saya bahwa konsep itu perlu. Sangat perlu. Bahkan tanpa kita sadari, mungkin kita merupakan bagian dari suatu konsep besar yang sedang dijalankan.

Perlunya konsep ini adalah untuk dipraktikan. Tidak perlu njlimet tapi harus jalan. Demikian beberapa hasil obrolan saya dengan salah satu Supervisor Penjualan terbaik dan Distributor terbaik tahun ini.

Saya tidak tahu siapa Penjual saya yang terbaik. Karena semuanya pernah menjadi Sales of The Month. Ben Bosse sing mutusi“. Demikian kelakar salah satu Spv. Penjualan terbaik itu.

Bisnis itu risiko. Berjualan itu berisiko. Kalau tidak mau berisiko jalan berbisnis, jangan berjualan. Harga bukan segalanya, demikian bukan konsep dari Pak Wi?“. Goda Distributor peraih kinerja 111% pada pertengahan Desember ini. Ia mengutip salah satu subbab dalam buku MANTAP.

Nah, dengan tahu konsep, memahami risiko, kita akan tahu jalan keluar dan taktik penjualan yang tepat. Bahkan ilmu “awuran” kadang perlu dijalankan. Terutama di awal-awal produk dimunculkan. Demikian pendapat sebagian penjual.

Ngawur Kadang Perlu Pak Wi“. Kata sang Penjual terbaik ini.
Tapi jangan kayak Angkot. Srobot sana, srobot sini. Berhenti sana, gas sini, nek itu ngawur tapi ajur“. Timpal kawan obrolan kami.
Ngawur tapi Njalur seperti kereta api“. Terapkan jalurnya, rutenya, koridornya, cara mainnya, untuk kemudian dihajar penjualannya. Awuren selama berada di jalur itu.

Apa ini yang disebut penjualan cara Bonek”. Batin saya. Bagaimanapun, penjual dan Distributor membuktikan dengan angka penjualan. Tidak mengecewakan.

Saya pun turut berbahagia. Untuk mereka saya berbahagia. Untuk capaian yang dihasilkan. Ada strategi yang membekas, yang diwariskan dari program kala itu.

Selamat bagi para penjual atas capaian kinerja tahun ini. MasyaAllah laa quwwata illa billah.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Mengular Sabar

“Rute BANDAR LAMPUNG-JAKARTA TGL 21 DEC JAM 07.10 DIALIHKAN KE  JAM 10.00. Info hub callcenter. Terimakasih.”.

Di atas adalah potongan pesan singkat (SMS) dari maskapai yang hendak saya tumpangi hari ini. Ternyata masih ada layanan SMS itu.

Penerbangan digeser tiga jam lebih lambat. Saya tidak tahu, apakah itu terkait dengan kejadian tergelincirnya pesawat di Bandara Radin Inten II kemarin.

Saya tunda keberangkatan saya dari rumah. Semula jam 4.00 menjadi jam 7.00 WIB. Terasa dekat jarak rumah ke bandara. Karena tol Trans Sumatera.

Sesampai di bandara pukul 08.15. Pintu masuk keberangkatan ditutup. Antrean calon penumpang mengular. Memanjang sampai pintu masuk gedung parkir bandara.

Telat rapat sudah pasti. Agenda dimulai pukul 09.00. Rapat sesi pagi hari ini jelas lewat. Semoga siang nanti masih bisa mengikuti.

Kesabaranmu = Kualitas Layananmu

Tidak ada gunanya marah-marah pada sebuah layanan yang buruk. Hanya memperkeruh suasana hati. Oh, mungkin ada satu manfaat: plong, setelah meluapkan emosi. Haha

Sabar adalah jalan terbaik. Saya sering menghibur diri dan mencoba berempati. Saat mendapati antrean yang panjang hingga tepermanai.

      “Sabar, mereka sudah melakukan yang terbaik, jika mereka bisa melakukan dengan lebih baik dan lebih cepat, tentu mereka akan melakukannya“. Demikian kata saya mencoba bijak saja. Ungkapan yang lbih sering saya sampaikan ke diri saya pribadi.
Nggak lah. Mereka pasti minum kopi santai,  lihat gawai, cekikikan, tanpa memedulikan antrean“. Pikiran negatif bermunculan.
     “Jangan berpikir begitu. Itu mencerminkan kelakuan kita saat memberikan pelayanan kepada orang lain“. Si positif memberikan pandangan.
Heleh, kita tahulah cara kerja dia orang itu kekmana?!”.

Ya, berilah layanan yang terbaik, layanan prima, excellent services. Sehingga kita bisa berpikir bahwa orang lain juga melakukan hal yang sama dalam pelayanan. Jika ada keluhan, atau ketidaktepatan sampaikan dengan caya yang santun dan baik.

Berilah layanan yang hebat, jangan menunggu pelanggan sambat.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Sate Kerja Sama

Makan siang kali ini agak telat. Jam 15.08 kami baru masuk tempat makan. Ada urusan penting yang harus diselesaikan.

Seperti memakan sate, penyelesaian permasalahan harus bergiliran, dari ujung ke pangkal. Hati-hati ada tusukan di bagian depannya. Yang jika tertusuk rasanya sakit.

Alhamdulillah, permasalahan diatasi. Para pihak beriktikad baik menyelesaikan permasalahan.

Agenda itu kami pungkasi dengan makan bersama. Menu kali ini Sate. Tempatnya di Jalan Soekarno Hatta (by pass) Samping SPBU Kalibalok, Bandar Lampung. Sate Luwes dengan moto: Cepat Saji, Hangat & Fresh.

Sate dengan bumbu kecap yang nikmat. Semoga dapat mengakhiri permasalahan untuk kemudian diganti dan dilanjutkan dengan keberkahan.

Sehingga sate bisa menjadi simbol rangkaian keragaman dan kenikmatan dalam bekerja.

Tusuk sate yang lurus, menjadi punggung kerja sama. Kelurusan niat, kesamaan visi. Merangkai setiap pihak dalam satu tujuan yang sama. Tusuk ini harus ada, meski tidak dinikmati. Tapi ia merangkai dan menyatukan.

Daging, ati, dan lemak merupakan para pihak yang bekerja sama. Berbeda, namun menjadikannya nikmat, gurih dan bermanfaat.

Kecap, bawang, tomat, cabai, adalah aksesoris yang membuat nyaman saat bersantap. Seperti senyuman, keramahan, dan kata indah dalam pertemanan.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on 2 Comments

Brainstorming Coffee

Ngopi saat ini jamak menjadi semacam gaya hidup sosial. Banyak yang terjadi di warung kopi. Obrolan positif sesama pria. Sampai yang berlanjut menjadi hal positif lainnya: garis dua. Bahaya.

Itu bedanya kopi dengan ngopi. Kopi adalah sebuah kata benda. Ngopi adalah kata kerja (mengopi: minum kopi). Kerjanya tidak sendiri, harus dengan orang lain agar bisa disebut ngopi.

Jika tidak ada iringan suara apapun saat ngopi, maka mengobrol adalah iringan yang paling menarik. Bukan ghibah –menggunjing– tentunya. Paling tidak itu harapan saya.

Di meja yang sama itu terjadi tukar pikiran. Tukar menukar ide. Atau belanja ide yang belum sempat kita miliki.

Itu yang terjadi pada kami. Rabu lalu. Saya, seorang Salesman Pertanian, Distributor juara, beberapa orang lain bertukar cerita. Bertukar inspirasi.

Saya kembali belajar bagaimana menjual. Bagaimana memanfaatkan jejaring.

Dua tahun ternyata cukup untuk menumpulkan sensitifitas penjualan. Saya benar-benar tercengang dengan diskusi itu. Seolah saya baru pertama kali menerima konsep-konsep itu.

Dan memang belajar dari pengalaman akan menajamkan pengetahuan. Memulihkan dan menambah kepekaan. Apalagi yang praktik penjualan saya sudah agak terpendam.

Ngopilah, ngobrol lah, berceritalah. Karena di sana banyak yang akan didapatkan. Hati-hati!! Tetap positifkan tujuan, agar ngopi membawa kemanfaatan.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Ledakan Rasa

Oleh Wiyanto Sudarsono

Dada ini rasanya sesak
Kaki ini susah diajak beranjak
Penat, buntu, bosan!
Ku bertanya pada diri: ada apa gerangan?

Apakah karena dia tak ada?
Berjarak tuk sementara
Hanya bisa berkirim warta suara
Sering kali gambar hidup melalui kamera

Ternyata itu tak cukup
Untuk hati yang merindu
Bertambah saat panggilan ditutup
Ternyata bukan obat rindu
Tapi candu….

Saat hendak bertemu
Ada dorongan ke dalam dada
Sebuah ledakan rasa
Berbeda…Bahkan dengan yang pertemuan pertama dulu

Ku berharap rindu ini bertahan
Menjadi bagian dari fithrah Tuhan
Sebagai hamba yang saling mencinta
Sebagai ibadah dan syukur kepada-Nya

(Wiyanto Sudarsono)