Kondisi perasaan yang begitu berbeda. Aktivitas yang tak lagi sama. Orang sekitar yang berbeda pula. Paling tidak demikian bandingan beberapa hari ini dengan esok pagi. Demikian silih berganti menghiasi hari.
Ahad dini hari ini kami berpamitan. Kepada Bapak, Mamak, Mbah Buyut, dan Adik-Adik. Eh ketinggalan satu, keponakan.
Setelah 23 hari bersama dalam bingkai keluarga. Paling tidak bagi istri dan anak-anak. Karena saya datang, kemudian pergi. Tiga kali. Bagi saya 23 hari kemarin bukan liburan, tapi berbakti pada orang tua sekaligus bekerja.
Ada sedikit insiden. Seperti biasa karena tabiat lama saya yang masih sulit diubah: marah. Sumbu emosi saya cukup pendek. Sulit memang, tapi perlu mencoba, terus mencoba, sabar jangan menyerah.
Ganti Moda
Sebelumnya kami berencana kembali menggunakan kendaraan pribadi, darat. Sejauh ehm….. 1.169 KM, kurang lebih. Tol Trans Sumatera sambung tol Trans Jawa. Tulang Bawang Barat, Lampung ke Gresik, Jawa Timur. Istri dan anak anak sudah mencoba, saat berangkat. Saya malah belum.
Karena ada sesuatu hal yang mesti kami semua prioritaskan, kami putuskan ganti modal: pesawat terbang. Mumpung harga agak miring.
Rapid test antigen untuk 3 penumpang dewasa, dan rapid test antibody untuk 1 anak dan 1 bayi, kami lakukan di faskes Bandara. Sehari sebelumnya.
Mbarep saya harus rapid test antibody di klinik dekat rumah orang tua. Karena ia kami tinggal, agar puas bermain dengan sepupunya.
Kami pikir anak dibawah 12 tahun tidak perlu hasil rapid. Tapi ternyata wajib rapid juga, meski cukup antibody. Sibuk lah, wira-wiri sabtu lalu. Alhamdulillah negatif semua.
Ahad pagi ini terbang dari TKG ke CGK sambung ke SUB. Alhamdulillah. Perjalanan lancar. Anak-anak begitu antusias dengan pesawat. Sampai rumah dengan selamat.
Alhamdulillah, telah diberi kesempatan menghabiskan 2020 sampai awal 2021 bersama orang tua dan keluarga.
“Terima kasih ya telah membantuku berbakti kepada orang tua“. Demikian, bisikku kepada istri ketika kami sampai di rumah.
(Wiyanto Sudarsono)