Posted on 2 Comments

Brainstorming Coffee

Ngopi saat ini jamak menjadi semacam gaya hidup sosial. Banyak yang terjadi di warung kopi. Obrolan positif sesama pria. Sampai yang berlanjut menjadi hal positif lainnya: garis dua. Bahaya.

Itu bedanya kopi dengan ngopi. Kopi adalah sebuah kata benda. Ngopi adalah kata kerja (mengopi: minum kopi). Kerjanya tidak sendiri, harus dengan orang lain agar bisa disebut ngopi.

Jika tidak ada iringan suara apapun saat ngopi, maka mengobrol adalah iringan yang paling menarik. Bukan ghibah –menggunjing– tentunya. Paling tidak itu harapan saya.

Di meja yang sama itu terjadi tukar pikiran. Tukar menukar ide. Atau belanja ide yang belum sempat kita miliki.

Itu yang terjadi pada kami. Rabu lalu. Saya, seorang Salesman Pertanian, Distributor juara, beberapa orang lain bertukar cerita. Bertukar inspirasi.

Saya kembali belajar bagaimana menjual. Bagaimana memanfaatkan jejaring.

Dua tahun ternyata cukup untuk menumpulkan sensitifitas penjualan. Saya benar-benar tercengang dengan diskusi itu. Seolah saya baru pertama kali menerima konsep-konsep itu.

Dan memang belajar dari pengalaman akan menajamkan pengetahuan. Memulihkan dan menambah kepekaan. Apalagi yang praktik penjualan saya sudah agak terpendam.

Ngopilah, ngobrol lah, berceritalah. Karena di sana banyak yang akan didapatkan. Hati-hati!! Tetap positifkan tujuan, agar ngopi membawa kemanfaatan.

(Wiyanto Sudarsono)

2 thoughts on “Brainstorming Coffee

  1. Ngopi sendiri juga bisa pak,

    1. Selamat menikmati kopi Uda Rega. Sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *