
“Jika engkau hendak mempekerjakan orang pilihlah Ia. Kuat lagi amanah”. Usul seorang putri kepada Bapaknya. Bukan tanpa alasan.
Alasan pertama karena ia telah membantu membuka sumur yang tertutup batu (kuat).
Kedua, karena ia menjaga kehormatan wanita yang bersama dengannya (amanah).
Ya, di atas adalah seperti potongan kisah tentang Nabi Musa, untuknya salam kebaikan. Kisahnya dalam berinteraksi dengan penduduk Madyan. Dan kedua putri adalah anak Nabi Syu’aib, menurut sebagian pendapat.
Apakah ada yang bisa kita ambil pelajaran? Sebagai pekerja, pegawai, karyawan hendaknya kita kuat. Kuat dalam menjalankan tugas. Tidak harus otot.
Kekuatan sesuai dengan pekerjaan. Baik itu semakna dengan fisik, pikiran, analisis, atau lainnya. Inilah tafsiran dari kompetensi. Jadilah karyawan yang kuat, kompeten.
Kemudian, pagawai atau bahkan semua orang harus amanah. Dapat dipercayai, berintegritas, bertanggung jawab, menjaga kehormatan, komitmen, jujur, disiplin dan lain sebagainya menunjukkan makna-makna dari amanah.
Dan keduanya harus ada. Amanah tanpa kompetensi, tidak dapat bekerja dengan baik. Sulit. Menyulitkan diri, rekan kerja dan tim. Target tidak tercapai.
Kompetensi tanpa amanah akan membahayakan diri, dunia akhirat. Membahayakan tim dan perusahaan.
Jadi jika kita memutuskan sebagai pegawai, harus kuat, kompeten dan AMANAH. Tidak bisa ditawar.
(Wiyanto Sudarsono)