Sebuah dialog Imajiner
Di sebuah tepian taman rumah. Berjejer pohon jambu air, kelengkeng, rambutan, dan mangga. Dua tanaman pertama ditutupi paving pada permukaan tanah di bawahnya.
Siang itu, Matahari bersinar terik. Cukup panas untuk ukuran udara di daerah itu. Di atas paving terlihat banyak buah jambu. Gugur, membusuk.
“Wahai jambu, apakah engkau akan terus berbuah? Padahal tak satupun buahmu dimakan oleh penghuni rumah ini?” Kelengkeng memulai pembicaraan.
“Tentu saja, sudah tugas ku untuk itu.“.
“Lihat, banyak buahmu yang gugur dalam kondisi busuk. Hiiii!“.
“Tidak mengapa, karena busuknya buahku ini, karena aku dimanfaatkan lalat untuk bertelur. Lagian sebenarnya, pemilik kita telah membeli Petro Genol untuk membasmi lalat. Tampaknya ia lupa memasangnya. Atau belum sempat“.
Jambu melanjutkan: “bahkan aku akan terus tumbuh dengan rindang dan berbuahbtentu saja, dengan izin Allah. Lihatlah! di bawah naungan dedaunan kita anak-anak bermain“.
“Selain buah ternyata naungan daun kita bermanfaaat ya“. Sahut kelengkeng setelah berpikir sejenak.
‘Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni).
(Wiyanto Sudarsono)