Posted on Leave a comment

Hampir Seperti Ulama

Orang yang ahli dalam dalam hal atau dalam pengetahuan agama Islam. Itulah makna ulama berdasarkan KBBI.

Ulama pada zaman dahulu, dan zaman sekarang pun, tentu memiliki dan menguasai perbendaharaan ilmu yang luar biasa. Al-Quran yang jumlah ayatnya 6.236 tentu telah dihafalkan. Beserta dengan penguasaan makna, hukum, hikmah, dan pengamalannya.

Hadis-hadis Rasulullah pun juga demikian. Bahkan, saya pernah baca seorang ulama hafal puluhan ribu, atau ratusan ribu hadis. Beserta jalur riwayatnya. Termasuk Hukum-hukum yang dapat diambil dari hadis-hadis tersebut.

Ulama tentu tidak sekadar hafal atau tahu ilmu tersebut. Tapi juga beramal, berbuat sesuai dengan ilmu yang dikuasainya tadi. Sesuai Al-Quran dan hadis. Itulah ulama rabbani.

Karena ilmu dan amal yang banyak, setiap persoalan akan ada ilmunya dari Al-Quran dan hadis, atau dari makna yang terkandung di dalamnya. Jika muncul suatu permasalahan, seolah-olah akan tergambar dihadapan mereka (para ulama) firman Allah atau sabda Rasulullah. Sebagai solusi dari permasalahan itu. Dengan mudah mereka bersikap sesuai dengan tuntunan. Alangkah indahnya.

Dunia Saat Ini

Bagi kita, atau khususnya saya, saat ini fasilitas kita dapat membuat kita “seperti ulama”. Betapa tidak, setiap waktu, ada ilmu baik dari Al-Quran, Hadis Rasulullah, atau perkataan Sahabat-Sahabat Rasulullah, maupun perkataan dan pendapat ulama terdahulu berseliweran di mata kita.

Jika ada permasalahan muncul sudah ada jawabannya. Jika ada hari tertentu atau waktu tertentu, muncul pengingatnya. Bahkan, kadang tanpa diminta. Muncul begitu saja, mengingatkan yang terlupa. Memberitahu yang tidak tahu. Membangunkan jiwa dan pikiran yang tertidur.

Itu untuk permasalahan umum. Syaratnya, hanya mengikuti grup-grup media sosial keislaman. Untuk permasalahan pribadi, kita tinggal ketik di mesin pencari. Bahkan ada mesin pencari khusus keislaman. Masya Allah.

Kita bisa-bisa hampir seperti ulama, dalam hal munculnya ilmu dan peringatan. Mereka – para ulama- mempelajari ilmu bertahun lamanya. Sehingga Ilmu menjaga mereka. Berbeda dengan harta, Kota yang menjaga harta. Kita cukup memiliki gawai dan sedikit kemauan untuk bergabung di grup media sosial keislaman.

Ini adalah nikmat bagi kita di zaman ini. Sekaligus peringatan, agar kita tidak mengatakan, “Tidak ada yang datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan.”

Sungguh, telah datang kepada kita pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Berbentuk orang, tim, admin, yang senantiasa membagikan peringatan dan pengingat itu melalui gawai kita.

Semoga kita termasuk yang mau mendengarkan peringatan, perintah, dan larangan. Dan semoga Allah memberi kita hidayah mengikuti agama-Nya yang lurus.

(Wiyanto Sudarsono)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *