“Seseorang akan diuji karena atau dengan keimanan yang dimiliki, atau harta yang dikuasai, atau ilmu yang diperoleh dan telah dipelajari, atau anak-anak dan istri yang dicintai, atau kedudukan, jabatan, yang diperjuangkan. Baik dengan keberadaan atau dengan ketiadaannya. Diuji, apakah akan bersyukur atau bersabar”.
Para penghuni goa (ashabul kahfi) diuji Allah karena keimanannya.
(mantan) Penyihir firaun diuji karena keimanannya. Pemuda, rahib, orang dekat raja, penduduk kota, ibu dan bayi dalam kisah pembuat parit (ashabul ukhdud) diuji karena keimanannya.
Nabi Nuh diuji dengan anaknya. Nabi Zakariya diuji dengan (terlambat mendapatkan) anak.
Nabi Luth diuji dengan istrinya. Nabi Ayyub diuji dengan (hilangnya) anak-anak dan hartanya.
Pemilik dua kebun diuji Allah dengan anak-anak dan hartanya.
Qarun diuji dengan hartanya. Haman (menteri firaun) diuji dengan ilmunya.
Dzulqarnain diuji Allah dengan kedudukan dan ilmunya.
Nabi Sulaiman diuji dengan ilmu, kekuasaan dan hartanya.
Semoga kita mampu menjadi hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa bersyukur dan mampu bersabar.
(Wiyanto Sudarsono)