Posted on Leave a comment

Tantangan Subsidi

Dalam setiap aktivitas pekerjaan hendaknya dilakukan pencatatan. Bahasa keren kami: pengadministrasian.

Terutama untuk kegiatan yang harus dipertanggungjawabkan penyelenggaraannya. Biasanya berkaitan dengan biaya. Meski tidak terbatas pada itu.

Administrasi harus tertib. Tercatat setiap waktu pelaksanaan dan mudah dalam melakukan penelusuran. Dan harus sedekat mungkin dengan pelaksanaan. Kalau bisa seketika: real time. Kalau ada jeda atau berjarak lama akan lupa. Menumpuk, malas, dan rawan kesalahan.

Tujuan administrasi adalah kegiatan terlaksana dan dapat dipertanggungjawabkan. Juga terdapat rekaman terkait suatu kegiatan.

Administrasi harus dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Jangan sampai administrasi menghambat. Ataupun sebaliknya, administrasi tidak dilakukan dengan baik.

Dalam rangka memudahkan pengadministrasian saat ini, banyak dilakukan digitalisasi. Perubahan sistem dari manual kertas, ke digital menggunakan teknologi informasi.

Apakah ketertiban dan digitalisasi ini menarik? Bagi pemeriksa (baca: Auditor) akan disambut gembira. Mudah memeriksa, mudak di lakukan cek silang, dan terstandar.

Bagi pelaksana ada tantangan untuk adopsi teknologinya. Tapi bagaimanapun kita sebagai pelaksana kegiatan dan administrasinya harus menyesuaikan, kalau tidak akan ketinggalan. Atau ditinggalkan.

Jikapun terpaksa masih manual, jangan dipersulit. Prinsipnya adalah kecukupan. Tidak kurang tapi tidak pula berlebihan, sehingga menyulitkan.

-WS-

Posted on Leave a comment

Evaluasi

Jangan alergi dengan evaluasi. Jangan takut dievaluasi. Jangan pula sewot jika manajemen menerapkan atau memperbaiki program evaluasi.

Jangan pula merasa tak dipercaya. Kalau bisa dipercaya tidak masalah programnya apa saja.

Sejak “coer” bayi merah, kita senantiasa dievaluasi. Berat badan, panjang badan, suhu, keaktivan. Bahkan jerit tangisan. Nanti pun, setalah kematian kita bersiap mengahadapi evaluasi: hisab.

Evaluasi Penjualan


Penjualan adalah yang paling dievaluasi dari sebuah bisnis. Karena itu sumber energi perusahaan. Pasti ditanyakan. Mengapa begini mengapa begitu. Angka yang bicara. Tidak perlu banyak cerita.

Saya sering berkelakar, apapun yang penjual lakukan, mau jumpalitan, kalau penjualan tidak tercapai, omong kosong. Sebaliknya, jika tidak ngapa-ngapain, penjualan berhasil, maka evaluasinya akan baik. Meski keberadaan dan kontribusi kita patut dipertanyakan. Mungkin karena kita pernah berjuang. Dulu.

Tenaga Penjual dievaluasi oleh manajemen. Distributor di evaluasi oleh penjual. Pengecer dievaluasi oleh Distributor.

Tidak lama akan diterapkan program evaluasi kinerja Distributor. Tidak mudah menentukan parameternya. Agar keberadilan. Menurut kami.

Juga program pengelolaan tenaga penjual. Agar penjual lebih optimal dan lebih maksimal. Lebih efektif dalam melaksanakan fungsinya. Dan alasan lainnya yang sudah umum dalam dunia salesman.

Bagi penjual, tidak sepatutnya curiga. Atau jangan sampai kecewa, merasa tak dipercaya.
Tapi, saya lebih senang kita bersama  berharap. Siapa tahu ada sesuatu yang tidak disangka-sangka. Semacam hadiah atau apapun namanya. Jika hasilnya baik.
-WS-

Posted on Leave a comment

Kata

“… banyak orang yg merendahkan bahkan menyepelekan orang yg memiliki kemampuan dalam berkata-kata…… Jangan lupa bahwa “KITAB SUCI” pun adalah berisi kata-kata….. Karena itu jangan sepelekan kata-kata”.
Itu potongan kedua tanggapan seorang pembaca di grup WA.

Namanya Agus Nugroho. Sarjana Agama yang menjadi penjual. Bukan menjual agama. Menjual produk pertanian. Potongan pertama tidak perlu saya kutip. Bisa bikin saya terbang ke udara.

Kata memang luar biasa. Dalam konotasi yang bisa ditarik ekstrem kanan, positif, maupun ekstrem kiri, negatif. Baik dalam ragam lisan maupun tulisan. Begitu bermakna kata. Bahkan ada pabriknya, di Bali.

Kita, tanpa kehadiran fisik adalah kata dan angka. Nama, NIK, nomor pegawai, dan identitas. Kita dikenali sebagai kata dan angka. Bahkan angkapun dibunyikan sebagai kata.

Perundungan –bully-, motivasi, refleksi diri juga dalam bentuk kata. Sejarah juga direkam sebagian besar dengan kata. Kemerdekaan NKRI ini diproklamirkan dengan kata-kata oleh Sang Penyambung Lidah Rakyat.

Karena pentingnya kata dan kemampuan berkata-kata, banyak sekali pelajaran dan buku tentang hal ini. Meski saya sering heran sedikitnya peningkatan ketrampilan dan buku tentang “Mendengarkan”. Meski ada, tidak sebanyak ketrampilan berkata-kata.

Sebagai penjual, kata adalah alat utama. Termasuk alat untuk memotivasi jiwa yang sedang gundah gulana.

Ada sebuah kata-kata bagus: “Mari kita kerjakan yang kita bisa, dan serahkan sisanya kepada Tuhan. Keberuntungan tidak meninggalkan mereka yang bekerja keras”. Ini adalah nasihat Letnan Kolonel Anup Kumar Saxena kepada putrinya, Letnan Penerbangan Gunjan Saxena, dari Angkatan Bersenjata Indian.

Kata-kata ayahnyi itu mampu mengubah pandangannyi. Kata itu membangunkan jiwanyi yang putus asa. Saya rekomendasikan para penjual melihat filnya: Gunjan Saxena, The Kargil Girl. Untuk belajar agar tidak menyerah dan putus asa.

Selamat berkata-kata. Yang baik. Yang positif.
-WS-

Posted on Leave a comment

Maaf

Satu Kata: maaf. Satu dari tiga Kata ajaib yang di ajarkan di Taman Kanak Kanak: Tolong, Terima kasih, Maaf. Kata – kata yang tidak semua orang  terbiasa mengucapkannya.

Tolong dan terima kasih, berkaitan dengan kebaikan yang telah diberikan. Atau karena hajat yang hendak dilakukan. Keduanya, bagi saya lebih mudah dilakukan. Berkaitan dengan hal positif atau kenikmatan.

Tolong karena kebutuhan dan kesopanan. Kita akan rela mengucapkannya karena adanya bantuan yang diharapkan. Sedangkan terima kasih karena adanya hal positif yang kita terima.

Beda dengan yang ketiga: “Maaf”. Kata maaf yang dimaksud disini bukan yang maknanya menggantikan kata “permisi”. Tapi, maaf karena telah berbuat kesalahan. Mudahkah kita mengatakannya? Mohon maaf atau minta maaf setelah kita berbuat salah.

Kata ini terkadang diperlukan bahkan ketika kita tidak melakukan kesalahan. Yakni ketika kita tidak yakin bahwa kita telah berlaku benar ataukah tidak.

Maaf saat bersalah adalah bukti keinsyafan dan kebijaksanaan. Dan bagi lawannya, memaafkan adalah bukti kemuliaan.

Keberanian, kemauan, kesadaran dan ketulusan meminta maaf adalah bentuk kerendahan hati (ketawadukan). Memaafkan dengan segala nilai dan maknanya adalah kemuliaan.

Jadilah pemaaf. Janganlah malu memohon maaf kepada orang lain. Kedua kalimat ini adalah perintah bagi diri saya sendiri, dan ajakan kepada pembaca.

Mohon maaf jika materi, diksi, maupun pembahasan yang kurang berkenan di pembaca semua.
-WS-

Posted on Leave a comment

Penjualan

Penjualan adalah ujung tombak sebuah perusahaan. Sebuah institusi yang bertujuan mencari laba: bisnis. Sering diungkapkan oleh orang yang berada di dalam dunia itu.

Penjualan bisa bermakna beberapa hal. Dapat merepresentasikan sebuah aktivitas, proses, perbuatan, dan cara “menjual”. Makna ini membawa “penjualan” sebagai sebuah tujuan mulia dalam sistem bisnis yang ada.

Penjualan juga dapat mewakili sebuah organisasi yang hidup, dinamis. Meski berada dibawah payung besar lain: pemasaran.

Penjualan berarti pula orang atau sekumpulan orang-orang yang melakukan aktivitas menjual. Atau seperti menjual. Dan ini, dapat berkonotasi positif dan negatif. Seperti banyak hal lain.

Apa yang dijual? Produk, berupa barang, jasa atau keduanya. Atau hanya sekadar klaim kepemilikan. Seperti barang digital, uang digital, atau banyak lagi benda tak sentuh lainnya.

Di beberapa kesempatan, saya menyampaikan,  bahwa bagi penjual, yang dijual adalah “diri”nya sendiri. Secara tidak langsung. Menjual diri secara langsung tampaknya sudah tidak ada, atau hampir tidak ada. Diri yang dijual belikan secara langsung adalah budak. Kalau hanya dipakai sementara, atau dipakai sebagiannya, itu lebih pada menjual jasa. Menjual manfaatnya, bukan pokoknya. Sepeti PSK, pekerja seks komersial.

Penjual menjual dirinya, dalam arti konsep dirinya sebagai orang yang dipercaya. Dipercaya terhadap janjinya atas barang atau jasa yang ia jajakan. Jenisnya, bentuknya, manfaatnya, waktunya, dan nilainya bagi pembeli.

Jika kita mengaku sebagai penjual, atau penjualan, sudahkah kita menjadi orang yang dapat dipercaya?!
-WS-