Jangan alergi dengan evaluasi. Jangan takut dievaluasi. Jangan pula sewot jika manajemen menerapkan atau memperbaiki program evaluasi.
Jangan pula merasa tak dipercaya. Kalau bisa dipercaya tidak masalah programnya apa saja.
Sejak “coer” bayi merah, kita senantiasa dievaluasi. Berat badan, panjang badan, suhu, keaktivan. Bahkan jerit tangisan. Nanti pun, setalah kematian kita bersiap mengahadapi evaluasi: hisab.
Evaluasi Penjualan
Penjualan adalah yang paling dievaluasi dari sebuah bisnis. Karena itu sumber energi perusahaan. Pasti ditanyakan. Mengapa begini mengapa begitu. Angka yang bicara. Tidak perlu banyak cerita.
Saya sering berkelakar, apapun yang penjual lakukan, mau jumpalitan, kalau penjualan tidak tercapai, omong kosong. Sebaliknya, jika tidak ngapa-ngapain, penjualan berhasil, maka evaluasinya akan baik. Meski keberadaan dan kontribusi kita patut dipertanyakan. Mungkin karena kita pernah berjuang. Dulu.
Tenaga Penjual dievaluasi oleh manajemen. Distributor di evaluasi oleh penjual. Pengecer dievaluasi oleh Distributor.
Tidak lama akan diterapkan program evaluasi kinerja Distributor. Tidak mudah menentukan parameternya. Agar keberadilan. Menurut kami.
Juga program pengelolaan tenaga penjual. Agar penjual lebih optimal dan lebih maksimal. Lebih efektif dalam melaksanakan fungsinya. Dan alasan lainnya yang sudah umum dalam dunia salesman.
Bagi penjual, tidak sepatutnya curiga. Atau jangan sampai kecewa, merasa tak dipercaya.
Tapi, saya lebih senang kita bersama berharap. Siapa tahu ada sesuatu yang tidak disangka-sangka. Semacam hadiah atau apapun namanya. Jika hasilnya baik.
-WS-