Posted on Leave a comment

Waktu, Tempat, dan Hadiah Diri

Oleh: Wiyanto Sudarsono

Ternyata saya tidak seproduktif itu. Tidak seproduktif yang saya sangka. Dalam tulis menulis. Tujuh tulisan di bulan Maret ini. Sepuluh di Februari lalu. Tujuh dan 23 catatan di bulan Desember dan Januari. Januari cukup bagus.

Saya sedang kehilangan tempat menulis. Pindahan yang belum selesai cukup mengganggu. Waktu menulis juga jadi kacau. Bukan alasan memang. Saya harus mengubah dan menetapkan ulang ZTM saya: zona tempat menulis.

Saya juga sedikit kurang antusias melanjutkan dan mengembangkan ide dikepala. Terlalu banyak alasan yang dibuat-buat. Untuk menuliskan ini pun saya harus paksakan.

Satu outline buku yang sudah disetujui Sang Mentor masih terbengkalai. Empat proyek yang berdiri dari buku mandiri, dengan istri, dan dengan Saudara Saudari belum tersentuh. Terlalu muluk mungkin. Tapi kadang tidak juga, jika pembandingnya adalah usia diri dan penulis lainnya. Ah sedihnya.

Tapi tak apa. Selalu ada kesempatan untuk memulai lagi, selama napas masih berhembus.

Pertama, saya ingin bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian menghadiahi diri atas sebelas tahun karir. Tentu bukan dengan judul Sebelas Ganjil. Setelah tahun lalu buku pertama saya: Sepuluh Genap hadir sebagai rasa syukur dan hadiah bagi diri atas sepuluh tahun karir.

Saya kira sudah cukup beberapa tulisan terkait pekerjaan untuk dikumpulkan jadi satu buku. Siapa tahu bermanfaat bagi kawan seprofesi. Minimal memotivasi diri untuk berkarya kembali, dan terus menulis. Menyelesaikan proyek yang sudah dicanangkan.

Kedua, bismillah saya tetapkan ZTM saya: di teras rumah, mobil dan teras masjid. ZWM: zona waktu menulis, selepas subuh, selepas zuhur atau asar, dan saat istirahat diperjalanan. SKM: Sarana Khusus Menulis, masih sama: Smartphone.

Bismillah. Kembali aktif menulis.

(Wiyanto Sudarsono)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *