Posted on Leave a comment

Kacang Pupuk

Oleh: Wiyanto Sudarsono

Kacang Pupuk

Meyakinkan itu tak mudah. Namun selama yakin, sesuai ilmu, dan teguh pendirian InsyaAllah akan mampu meyakinkan yang semula meragukan.

Tanah itu tidak luas. Untuk ukuran sebuah usaha tani di luar Jawa. Bukan lahan pertanian sesungguhnya. Sekadar memanfaatkan pekarangan kosong.

Kacang tanah menjadi komoditas pilihan yang ditanam musim kali ini. Setelah sebelumnya ditanam terong ungu dan sedikit terong hijau

Sedikit sengketa soal perlakuan dalam usaha tani terjadi. Anak – Orang tua saling sindir. Soal keputusan: apakah kacang tanah perlu dipupuk?

Dari dulu, Mamak menanam kacang tanah itu tidak pernah dipupuk. Toh nyatanya panen“. Argumentasi orang tua menggunakan pengamatan empirisnya.
Nggak gitu Mak, coba dulu lah setiap tanaman butuh makanan. Makanannya tanaman ya unsur hara dalam pupuk itu“. Jelas si anak mencoba meyankinkn.

Hasilnya, kacang tanah itu dipupuk. Dengan segala perjuangan dan kedongkolan -yang tampaknya muncul- dari kedua pihak.

Kacang kok di pupuk toh Mbak?” Protes tetangga yang lewat saat pemupukan berlangsung. Mungkin ada 5 pertanyaan senada terdengar oleh Mamak dan Anak selama proses pemupukan di area pertanaman.
Ya nggak papa, anakku punya sisa pupuk banyak. Nggak ke pakai“. Sergah Mamak dengan nada ketus. Menyindir si anak. Seolah berkata: “sudah saya bilang kan?! Kacang tanah TIDAK perlu dipupuk.”

Sang anak melipir pulang. Tidak tahan telinganya –juga perasaanya– mendengar protes tetangga. Sebelum 10 tetangga memprotes, lebih baik ia tidak mendengar. Pulang pilihannya. Pemupukan tetap erjalan.

Tiga bulan berlalu. Sebagian kacang tanah sudah di panen. Luasan 7,3m x 35m menjadi ubin/petak pertama panen. Hasilnya kurang lebih 103  kg kacang tanah kulit.

Relatif cukup lebih tinggi dari ekspektasi Mamak. Bahkan bisa jadi sampai tingkat WOW. Terkejut dengan hasil panennya.

Sehingga, di lahan yang lain, Bapak dan Mamak melakukan pemupukan dengan jenis pupuk yang sama dengan jenis pupuk sebelumnya. Berubah karena fakta.

(Wiyanto Sudarsono)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *