Bagian 3 (selesai)
Penjualan, tepatnya pemasaran tak luput dari pengaruh peradaban tontonan. Bahkan mungkin bisa jadi dunia pemasaran/bisnislah yang memulai peradaban tontonan ini. Dengan dalih, menjawab kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Tak perlu contoh sulit. Berapa banyak visualisasi terkait produk yang kita lihat sepanjang jalan raya. Berapa banyak jeda iklan komersial di sela-sela acara TV Nasional.
Peradaban tontonan ini memasuki aktivitas penjualan dan pemasaran. Produk-produk mulai membuat tontonan untuk meningkatkan awareness.
Sebagaimana peradaban ini membuat semacam kedangkalan-kedangkalan dalam masyarakat umum. Hal serupa terjadi di dunia penjualan.
Abainya penjual dengan kompetensi dasar penjualan. Mengandalkan visualisasi pemasaran (iklan) dan presentasi video. Kemiskinan ide dan rendahnya kreativitas promosi penjualan masih dapat terlihat di sana-sini.
Apabila sebuah produk tidak mencapai target penjualan. Tidak sedikit penjual yang menyalahkan upaya pemasaran. Kurangnya iklan, minimnya barang promosi, dan lain sebagainya.
Bukankah, mempresentasikan produk dihadapan pelanggan adalah tugas penjual? Bukankah salah satu proses penjualan adalah presentasi?
Jangan sampai sebagai penjual kita kehilangan karakter penjual. Bukan hanya kehilangan –atau tidak kehilangan, karena belum memiliki– karakter dan kompetensi?
Mari kita instrospeksi diri kita sendiri. Termasuk mengasesmen kompetensi diri.
(Wiyanto Sudarsono)