Posted on Leave a comment

Rayuan Kelembutan

Ada Cinta di Rumah

Oleh: Wiyanto Sudarsono

Abaaaaah, Abaaaaah“. Suara mereka ketika memanggil ayahnya, mendayu. Ketiganya mengalami fase memanggil dengan mendayu. Sehingga pernah seseorang yang mendengar berkomentar “Duuuh mesranya!”

Awalnya bermaksud menggunakan kata “Ayah”. Tapi lidah mungil mereka berucap “Abah”. Sehingga saat ini jadilah panggilan “Abah”.

Saya kadang tidak segera menjawab panggilan itu. Karena ingin mendengar dua atau tiga kali panggilan mesra mereka. Meski semakin besar dan fasih bicara, semakin memudar cara bicara yang mendayu mereka.

Dayuan kata tersebut bahkan kadang terdengar dari putra yang paling besar, saat merayu. Saat menyatakan maksud yang ia ragu, ditolak atau setuju.

Karenanya saya gubah sebuah sajak:
Jika didengar rayuan Cinta
Kan dilakukan apa saja untuk sampai maksud ke sana
Hingga mengubah kata menjadi paling indah
Maksud hati sampailah sudah

Saya harus memiliki ketrampilan bersajak nampaknya. Terutama ketika buku referensi yang saya punya tidak menyediakan sajak ,syair, atau puisi yang saya kehendaki.

Kejadian di atas hanya sesekali. Ya, keluarga dan rumah kami adalah rumah yang ramai. Atmosfer hingga individunya. Rayuan suara adalah hal yang istimewa.

Kami belajar kembali. Memperbaiki perangai. Meski ramai tapi tetap lembut. Belum bisa, masih berusaha. Kami sadar sepenuhnya bahwa:
Sesungguhnya sikap lemah-lembut itu tidak menetap dalam sesuatu perkara, melainkan ia makin memperindah hiasan baginya dan tidak dicabut dari sesuatu perkara, melainkan membuat cela padanya.” (Riwayat Muslim).

Ya Allah, Yang Maha Lemah Lembut, jadikanlah hati dan perangai kami lemah lembut dalam segala perkara, jadikan kami hamba-Mu yang sabar dan perlahan dalam tindakan.

(Wiyanto Sudarsono)

Ref. Riyadhus Shalihin. Imam An-Nawawi. Pdf. www.islamhouse.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *