PG sebagai produsen pupuk besar dan lengkap tentu tidak disangsikan lagi terkait kemampuan produksinya. Pupuk tunggal maupun majemuk mampu diproduksinya.
Kualitasnya pun diakui pasar internasional. Meskipun masih sebagai sebagai international supplier. Namun patut sedikit berbangga.
Salah satu produk PG yang cukup menguasai pasokan pasar India adalah NPS. Pupuk majemuk dengan kandungan Nitrogen, Fosfor dan Sulfur. Bahkan dengan kadar yang menarik 20-20-0+13S. Produk impor yang masuk Indonesia ada yang “hanya” memiliki kandungan 16-20-0+12S.
Tren ekspor PG dari tahun ke tahun juga menunjukkan pertumbuhan yang positif. Jumlah 57.500 ton di tahun 2016 telah tumbuh menjadi 285.910 ton di tahun 2020.
Meskipun angka tersebut berbentuk komoditas (ekpor nonbrand) kepada pembeli yang akan memberi merek, paling tidak itu menunjukkan pengakuan akan kualitas produksi PG.
Harapan di Pasar Ritel
Produk NPS sebenarnya memiliki peluang di Pasar domestik. Silakan berkunjung ke Sumatera Utara. Pupuk Putih begitu diminati. Pupuk putih adalah Ammonium Phonsphate yang tidak lain adalah NPS.
PG sebenarnya telah berangan untuk mewarnai Pasar NPS domestik. Dulu sekali, pernah ada sayembara merek untuk NPS dan NPK 16-16-8. Terpilihlah Fertigress untuk NPS dan PetroFert untuk NPK-nya.
Pola produksinya adalah menambah dan mengalokasikan paling tidak 2.000 ton untuk pasar ritel saat ada permintaan ekpor. Agar efisien, harga bersaing.
Peluncuran dan penjualan Fertigress tak kunjung menjadi kenyataan. Tersusul produk impian dan harapan baru: Phonska Plus.
Setelah Phonska Plus, baru terpikir kembali terkait NPS ini. Menjelma lah PetroNIPHOS. Bersamaan dengan NPK Nitrat biru (karena belum puas dengan Phonska Plus, atau gagal paham kenapa tidak biru dan tidak 16-16-16), dan rebranding NPK 12.11.20 menjadi Ningrat.
Petro NIPHOS, merek baru, Fertigress terlupakan. Namun belum juga jadi kenyataan. Semoga segera, tidak lama lagi.
NPS PG punya keunggulan dari sisi kualitas. Diakui pasar Bollywood, ups India sebagai tujuan terbesar ekspor. Jadi, secara produk bagus. Sisa pengelolaan pemasaran penjualannya. Berhasil ekspor, jangan sampai di domestik jadi pengekor.
Terkait “NIAT” mengelola produk, kita patut mencontoh cara kita mengelola Phonska Plus. Semua memiliki fokus untuk keberhasilan produk dan brand dimaksud. Semuanya, semua unit kerjanya.
Selanjutnya, saya memberi tantangan ke kawan kami yang menangani ekpor NPK saat ini. Harus mampu ekpor dengan brand sendiri. Jadi international brand, bukan sekadar international suplier.
Bandara Fatmawati Bengkulu, 19 Feb 2020.
(Wiyanto Sudarsono)