
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” -Muhammad Rasulullah
Kita ingin tampak seperti apa pada akhir usia kita? Atau kita ingin diketahui seperti apa setelah kitab tiada?
Itu kira-kira pertanyaan pembuka salah satu kelas menulis yang saya ikuti: “Bapak-Bapak Punya Karya”. Kelas yang dibawakan oleh Mentor kami tercinta, Pak Cahyadi Takariawan, penulis serial Wonderful Family. Beliau juga telah menulis lebih dari 55 judul buku. Tampaknya satu tahun usia diwakili oleh satu buku.
Beliau lantas melanjutkan, bagi kita tentu tidak hanya sampai akhir usia atau setelah tiada. Namun, bagaimana akhirat kita nantinya? Beliau pun memotivasi untuk menulis sesuatu yang positif untuk bekal akhirat. Sebagai amal jariah, yang tidak putus kebaikannya setelah wafatnya raga.
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631).
Nah, menulis adalah cara menyebarkan ilmu yang dimanfaatkan. Apalagi seperti Beliau (Pak Cah), buku tentang keluarga. Pelajaran mengasuh anak agar menjadi anak saleh, pasti ada di dalamnya. Selain ilmu yang bermanfaat bagi pembaca, juga doa anak yang saleh kepada pembaca. MasyaAllah, berlipat kebaikan yang dapat diberikan.
Tidak peduli berapapun usia kita saat ini. Tidak terlambat untuk memulai beramal jariah dengan cara ini: menulis yang positif, menulis yang bermanfaat.
Meski tidak perlu menjadi legenda, tapi cukup dengan bermanfaat bagi orang lain. Bermanfaat hingga akhir hayat. Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad). Bukankah yang terpenting adalah bagaimana kita mengakhirinya (dengan kebaikan). Bahkan setelah itupun masih ada aliran kebaikan.
Ya betul, cukuplah kiranya kita bermanfaat, dan bukan sumber mudarat. Meski tidak menjadi legenda seperi ayam jago dalam mangkuk bakso, tidaklah mengapa.
(Wiyanto Sudarsono)