Posted on Leave a comment

Kompromi Selera

Seseorang itu membawa adat dan kebiasaan, dari keluarga masing-masing“. Katanyi suatu waktu di meja makan.
Juga dalam rasa. Dan mengecap makanan. Dalam suka tidak suka terhadap suatu jenis masakan“. Lanjutnyi.

Saat dua orang (Laki dan perempuan) menikah, maka terjadi penggabungan. Yang membentuk adat, kebiasaan dan selera baru. Yang menjadi kekhasan keluarga tersebut. Buka sepenuhnya dari keluarga asal salah seorang dari keduanya. Tapi nilai baru. Terbentuknya perlahan“. Uraian panjang isteri sebagai pembuka makan malam.

Penyataan itu hanya ditanggapi sang suami dengan senyuman. Tanda membenarkan.

Asimilasi nilai adalah konsekuensi dari cinta keduanya. Kedua orang yang menyatu dalam pernikahan. Dan itu adalah tanda cinta. Mencintai yang dicintai sang kekasih, menyenangi apa yang menyenangkan orang yang dicintai. Demikian dua tanda cinta dari 20 tanda yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah.

Contoh sederhana adalah soal masakan. Semula tak senang soto Lamongan. Biasanya soto bening. Lama kelamaan karena sering diajak, maka jadi suka juga.

Semula tak suka buah nanas. Karena sang suami sering berpesan, akhirnya, mencicip dan jadinya suka juga.

Atau bisa juga kompromi selera. Sang suami soto bening. Sang istri suka soto dengan santan. Setelah beberapa kali masak, jadilah soto tanpa santan yang tidak juga bening. Soto jenis baru. Hasil asimilasi selera soto.

Wahai kekasih hati,
Apa maumu kan berusaha kuturuti,
Sebagai bukti cintaku ini,
Tiada dusta langkah terhadap hati.

(Wiyanto Sudarsono)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *