Bisa karena biasa. Biasa karena awalnya mungkin dipaksa. Meski, tidak perlu dipaksa sih seharusnya, asal sudah muncul yang namanya kesadaran. Umumnya ini terkait kebiasaan dan pembiasaan sebuah perilaku –yang baik–.
Semalam saya mendengarkan kajian, lupa saya pematerinya siapa. Poinnya begini, saat kita diberi sakit oleh Allah, artinya Allah lagi, masih, dan terus akan sayang. Allah mengingat kita, dan membangunkan kesadaran kita untuk kembali sadar, bersandar, dan mengingat kepada Allah.
Saat sehat, badan fit, mungkin nilai ingatan kita kepada Allah tidak sedahsyat saat sakit dan sedih. Mungkin shalat kita, tilawah kita, tasbih kita, tahmid kita, tahlil kita, semuanya itu saat sehat hanya semacam rutinitas dan gugur kewajiban. Kadar kesadaran dan ingatan kepada Allah masih amat sangat kurang.
Dengan memberi sakit, seolah Allah berkata: “wahai hamba-Ku, kemari, kembalilah kepada-Ku, ingatlah, kembali kepada-Ku, sadarlah dengan kesadaran yang benar, bahwa hidupmu, matimu, shalatmu, Ibadahmu, adalah untuk-Ku“.
Dengan kondisi sakit, kesadaran itu hadir secara penuh, tidak sambil lalu. Tidak bercampur dengan informasi atau gangguan yang lain.
Jika kita sakit, maka syukurilah. Istirahat lah. Introspeksi diri lah. Dst.
Alhamdulillah.
(Wiyanto Sudarsono)