Posted on Leave a comment

Secangkir Teh

Rabu, 15 Juli 2020, Waktu matahari terbit

Oleh Dian Lusiyanti

Teh Lemon. DL/istimewa

Ngobrol yuk” sambil menyodorkan secangkir teh. Bukan sekedar iklan, tapi memang fakta membuktikan. Bagi saya dan suami, kami mengawali ngobrol malam dengan secangkir teh. Cangkir jumbo untuk berdua. Dijodohkan pula dengan cemilan ringan. Waktu malam, selepas anak-anak tidur.

Ngobrol yang ringan-ringan saja. Tentang bagaimana harimu ini, bagaimana kantor, bagaimana anak-anak. Atau ngobrol dewasa. Ehm, masalah masa depan anak dan masa depan kita. Rencana masa depan. Proyek akhirat, bisa juga.

Beberapa orang mengilustrasikan teh dengan interpretasinya sendiri. Tergantung perasaan si penikmat teh. Selera orang beda, begitulah katanya. Rasa teh menggambarkan siapa dirimu saat itu. Sebegitunya ya.

Seperti teh poci, yang cara menikmatinya adalah tidak boleh diaduk setelah gula dimasukkan ke dalam teh. Kenapa? Supaya rasa pahit dan alami teh perlahan dapat dinikmati lalu berakhir dengan manis bersama bercampurnya gula. Happy ending, ceritanya.

Sebagian yang lain menikmati teh dengan campuran rempah. Jahe, sereh, dan daun pandan dicampur bersama rebusan teh. Lalu dinikmati. Aroma teh bersanding dengan hangatnya jahe, sedapnya sereh, dan harumnya daun pandan. Cocok di sripit kala udara dingin. Resep ini saya peroleh dari senior saya, tetangga terbaik saya. Alhamdulillah lidah saya menerimanya dengan baik.

Kreasi lain yaitu teh dijodohkan dengan lemon. Jadilah lemon tea. Rasa ini sudah lama kita kenal. Bahkan ada brand teh celup ternama yang menyajikan model begini. Kalau dinikmati di resto, kita tukar dengan uang 30 ribu per cangkirnya.

Teh, telah menjadi primadona sejak ratusan tahun yang lalu. Beragam rasa, beragam penyajian, bahkan telah ada upacara minum teh. Teh menyatukan kita. Mulai dari ujung daun hijaunya yang langsung bisa diseduh, atau melalui beberapa tahap pengolahan untuk menghasilkan cita rasa teh sesuai selera.

Namun yang saya suka dari teh bukan hanya rasanya yang menenangkan, tapi yang lebih utama adalah momen dimana teh dinikmati bersama siapa. Iya kamu, bersamamu, yang hampir 9 tahun ini bersamaku.

(Dian Lusiyanti Puspitasari)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *