Posted on Leave a comment

Kerja Lagi

Sepi, lift kantor pukul 07.00 WIB/WS

Alhamdulillah, 30 Juli tiba. Hari dimana saya diperbolehkan untuk kembali beraktivitas setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19. Tentu saya WAJIB menerapkan protokol kesehatan dalam berkegiatan.

Saya masuk kantor pada Kamis, 30 Juli lalu. Sebagai hari pertama kembali bekerja. Atau hari kedua saya bekerja di bulan Juli, selain pada tanggal 1 Juli. Pembuka dan penutup bulan, semoga Allah memberkahi rezeki kami di bulan Juli, dan bulan sebelum dan sesudahnya. Hari sisanya, saya gunakan untuk berjuang melawan SARS-Cov-2, isolasi di RS atau di rumah.

Hari kedua saya bekerja pasca-Covid-19, adalah pada Senin 3 Agustus 2020. Suasana kantor masih sepi. Mungkin hanya 50% tingkat okupansi kantor pada hari itu. Lift pada jam 07.00 WIB juga lengang, hanya ada beberapa orang. Biasanya, jam-jam itu adalah jam padat.

Pengetatan protokol kesehatan dalam bekerja masih diberlakukan. Protokol seperti karyawan berusia lebih dari 50 tahun wajib bekerja dari rumah, wajib memakai master, sering cuci tangan, termasuk penjadwalan karyawan yang bekerja di kantor. Pengetatan protokol diperpanjang hingga 14 Agustus.

Saya gunakan kesempatan di awal ini untuk memperbaharui informasi pekerjaan. Aplikasi digital office saya plototi (saya lihat dengan saksama) pada setengah hari pertama.

Kemudian saya juga gunakan awal bekerja kembali ini untuk diskusi dengan pihak-pihak strategis terkait dengan pekerjaan saya. Saya kunjungi pejabat dan unit kerja terkait. Sebelumnya, tentu saya telepon, apakah berkenan menerima saya. Alhamdulilah dua unit yang saya kunjungi menerima dengan baik.

Saya sangat mengapresiasi respons orang-orang dan kolega saat pertama bertemu saya. Mereka tentu menanyakan kabar, kesehatan, dan kabar keluarga. Saya bersyukur, tidak ada yang bertanya lagi, “kok bisa kena Covid-19 bagaimana ceritanya?”.  Kalau ada yang bertanya, saya akan minta merdeka membaca artikel “Aku dan Covid-19”.

Saya memaklumi sikap sebagian orang yang masih enggan salat bareng saya, mungkin mereka juga tidak akan mau jika saya ajak makan di tempat, di salah satu restoran di Icon Mall (mal di Gresik). Saya hanya bercanda: “masih belum mau salat bareng saya ya, aku insyaallah aman, saya bersin paling bangkai virus yang keluar. Lha kalau kalian yang bersin, aku tidak tahu apa yang keluar“.  Dibuat asik dan positif saja. Dan saya berkalakar, mengancam orang saat ini mungkin tidak perlu dengan senjata tajam atau kata-kata kasar, cukup dengan berkata: “kalau tidak, saya bersin di hadapanmu sekarang“.

Tidak perlu berkecil hati, mereka waspada. Itu bagus. Artinya mereka berusaha menghindari dari tertular virus corona jenis baru ini. Semangat pertama, utama, dan terpenting bagi orang yang belum terinfeksi.

Saya juga gunakan kesempatan di awal ini kerja ini untuk berbagi pengalaman. Pengalaman sebagai Covider, pasien yang telah sembuh dari Covid-19. Alhamdulillah.

Saya jelaskan mulai dari gejala, baik umum, maupun yang saya rasakan. Saya gambarkan foto thorax saya dari waktu ke waktunya. Dan intinya, kena Covid-19 itu tidak enak, meski tetap ada yang bisa dinikmati dan disyukuri. Saya juga memberi candaan: “bobot saya turun 5 kg, jadi kalau mau turun berat badan, ya kena Covid-19”. Kata saya sambil tertawa. Semoga tidak ada sahabat, kolega, dan pembaca sekalian yang terkena Covid-19.

Karena itu, pertama, jangan sampai terinfeksi, bagi yang belum terkena. Jaga kondisi dan daya tahan tubuh, jangan terlalu lelah dalam berkegiatan, patuhi protokol, sering cuci tangan, dan berdoa kepada Allah agar terhindar dari penyakit ini.

Jika ada gejala, Jangan terlambat. Pahami gejala Covid-19.  Jika kita merasakan gejala itu, tidak harus semua, dua atau tiga gejala (salah satunya gejala utama), maka segeralah minta swab test. Agar tidak terlambat penanganannya. Terlebih bagi orang yang memiliki komorbiditas (penyakit penyerta lainnya).

Jangan Takut, jika ada yang terkena atau positif Covid, jangan takut. Segera saja mendatangi fasilitas layanan kesehatan untuk mendapatkan perawatan sesuai prosedur Covid-19. Jangan menolak layanan, misal tidak mau diisolasi, dan sekali lagi jangan takut. Untuk meringankan sedikit beban pikiran, berwasiatlah. Kemudian fokus pada membangun optimisme, dan semangat kesembuhan, jangan lupa berdoa kepada Allah.

Semoga Allah menjaga kita semua. Amin…

(Wiyanto Sudarsono)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *