1441 Hijriah, sebagian bulan dan harinya bertepatan dengan tahun 2020 masehi. Tahun yang istimewa. Mungkin tahun yang berbeda pada selang 75 tahun terakhir.
Itu karena munculnya virus corona baru, SARS-CoV-2. Makhluk Allah yang sangat kecil, yang dengan izin-Nya menjadi penyebab penyakit Covid-19. Penyakit ini menjangkiti orang-orang di banyak negara (atau semua negara), sehingga jadilah pandemi.
Dua shalat id, idul fitri dan idul adha, dilaksanakan di tengah pandemi ini. Namun, khutbah idul adha kali ini hanya menyinggung pandemi ini sekali, dalam doa.
Setelah membaca pembukaan (khutbatul hajah), dan bertakbir, Khatib mengingatkan perintah berkurban melalui surat dengan tiga ayat. Ya, Surat Al-Kautsar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
1. “Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.”
Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).”
2. “Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).”
3. “Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).”
Begitu lancar Sang Khatib membacakan surat di atas, arab dan terjemahannya.
“Pada hari ini amalan yang paling baik adalah mengalirkan darah. Onta, sapi, atau kambing. Berkurban.” Sang Khatib bersuara lantang.
Kalau melihat kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, maka kita bisa mengambil hikmah, bahwa hakikat berkurban yang disembelih adalah kecintaan terhadap dunia. Karena kecintaan yang pertama dan utama seorang hamba hanyalah untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah uji kecintaan Nabi Ibrahim, tatkala tampak begitu cinta Ia kepada putranya. Dan Nabi Ibrahim berhasil.
Khatib mengingatkan, bukan darah, daging, atau kulit kurban yang sampai kepada Allah, tapi takwa.
Saat ini, kita tidak bisa menyembelih sendiri kurban kita, kita hanya bisa menyaksikan penyembelihan secara virtual melalui panggilan video, dan mungkin tidak bisa memakan daging kurban kita, tapi insyaAllah tidak mengurangi kebaikan dihadapan Allah. Dan semoga Allah menerima amal ibadah kita.
Dan yang paling utama dalam ibadah apapun adalah ikhlas. Karena kita tidakkah diperintahkan kecuali beribadah kepada Allah secara ikhlas.
Sang khatib menutup khutbah dengan doa, agar terhindar dari Covid-19, lepra, gila, kusta, dan penyakit-penyakit yang buruk, memberi kesembuhan kepada keluarga yang sakit, keselamatan dunia dan akhirat. Selesai resume khutbah.
Saya dapat ceritakan dengan detail khutbah singkat hari ini. Karena tulisan tangan poin – poin khutbah saya dapat. Dan sudah dua id (idul fitri dan idul adha) tahun ini, saya menjadi iman dan khatib salat id kami, di halaman rumah, dibawah pohon jambu dan kelengkeng. Istimewa bersama keluarga satu rumah saja.
TAQABBALALLHU MINNAA WA MINKUM. Semoga Allah menerima amal ibadah kita. Selamat Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriah.
(Wiyanto Sudarsono)