Mungkin kita mengenal ungkapan Beauty is Pain. Cantik itu sakit, atau menyakitkan. Ungkapan yang populer di kalangan wanita.
Sakit dalam artian sebenarnya. Saat perawatan/tindakan dokter. Repot saat merawat sendiri, krim ini dan itu. Belum kalau yang harus memakai korset, sepatu berhak tinggi dan lain sebagainya.
Ternyata tidak hanya bagi para gadis dan wanita. Kalangan pria pun sama. Handsome is pain too.
Hal ini di akui tiga orang yang saya kenal. Mereka melakukan yang salah seorang menyebutnya: Increasing the Level of Sales Person Appearance. Istilah penjualan untuk perawagan diri (grooming). Peningkatan level penampilan agar merepresentasikan posisi dan fungsi personal. Terlebih Bagi insan penjualan. Saya telah membahas pentingnya berpenampilan baik bagi seorang Penjual di Buku MANTAP halaman 255 s.d. 258.
Tiga orang yang saya kenal tadi melakukan perawatan wajah. Agar terlihat lebih baik. Lebih enak dipandang. Rapi. Dan tidak kumuh.
Mereka melakukan perawatan di salah klinik perawatan kulit terkenal di kota mereka. Mulai dari pengangkatan komedo (facial), laser, dan pembelian produk perawatan lainnya.
Setelah tindakan dokter, dua di antara mereka menyatakan bahwa itu sakit. Sakit sekali malahan. Yang satunya: agak sakit. Dan mereka juga membeli produk perawatan untuk pagi dan malam hari.
Selain perbaikan penampilan di lingkungan professional mereka, mungkin ada niat untuk berpenampilan menarik di hadapan pasangan/istri mereka. Istri diminta tampil cantik. Suami juga harus seimbang.
Tapi itu tadi, handsome is pain too. Like beauty is Pain. Pain di wajah. Pain di dompet juga, bisa jadi.
Itu mungkin yang terbayang di benak para bujangan ketika mendekati atau di dekati wanita yang glowing. Berapa beauty cost-nya? Karena mereka tahu skin care tidak ditanggung asuransi yang sediakan perusahaan apalagi BPJS.
(WS)