Inikah cakrawala? Sebuah bagian dunia yang tak terlihat batasnya? Ataukah kita yang tak dapat menjangkau batas itu?
Saya berpikiran bahwa apa yang ada di dunia ini terbatas. Setiap dimensi. Pajang, lebar, tinggi, waktu. Bahkan, pada sebuah gagasan tentang pikiran dan imajinasi kita dibatasi.
Kita mungkin lebih mudah bersepakat pada batasan terhadap dimensi jarak. Mudah sekali pengamatannya. Dimensi waktu, kita juga akan mudah sepakat. Tiap tiap kita dibatasi waktu bukan? Umur, masa pakai, sekian waktu lagi, sekian waktu tersisa. Makin kita tidak tahu persisnya umur kita, namun ada keyakinan dan kepastian bahwa ada batasnya.
Banyak hal juga memerlukan penanda waktu. Mulai maupun berakhirnya. Disitu, batasan tidak selalu berarti selesai waktu. Namun sebaliknya, bermulanya.
Kita, akan berdebat soal pikiran dan imajinasi. Saya pun bukan ahli dalam gagasan tentang imajinasi dan pemikiran. Terbatas atau tidaknya. Akan tetapi, gagasan bahwa imajinasi itu terbatas, mudah saya terima.
Saya berpikiran bahwa Imajinasi dibatasi oleh indra. Indralah yang membatasi imajinasi kita. Apa yang kita lihat (termasuk baca), maupun apa yang kita dengar. Imajinasi hanya berkisar soal itu. Atau gabungan dari itu. Bahkan, sampai mengimajinasikan apa yang seolah berbeda dari yang sudah ada.
Imajinasi akan berakhir dengan berakhirnya pemilik imajinasi. Semua itu sesuai dengan takdir Tuhan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Kemudian, hanya kepada Kami kamu dikembalikan.“
(Al-‘Ankabūt [29]:57)
-WS-