Seri-1, Mendengar untuk Melayani
Tampaknya sama. Namun berbeda. Sama-sama menggunakan telinga, namun dengan hasil yang tak sama.
Saya memiliki ilustrasi. Yang mungkin akan membantu kita membedakan kedua aktivitas ini.
Ilustrasi Pertama – Mendengar
Di warung kopi pinggir sawah. Terjadi obrolan singkat antara petani dengan seorang salesman pupuk. Di sela-sela aktivitas panen petani.
Petani: Panen padi kali ini alhamdulillah ‘alaa kulli haal, hanya 5 ton. Di awal musim tanam pupuk tidak ada. Baru ada di umur ……tuuut……… Telat. Air ……..wkwkwkwkwk……..wereng ……tiiiiit……….. hari. Juga ada ………..twitwitwit…… Semoga pupuk di musim tanam besok bisa tersedia.
Salesman: semoga depan selain penyediaan pupuk lebih awal. Saya janji.
Perkataan petani terpotong-potong. Ini di sisi pendengaran dan pikiran Salesman. Karena ia seorang Salesman Pupuk, ia hanya ingin mendengarkan soal pupuk. Setelah mendengar, pikirannya berputar, menyiapkan jawabannya. Salesman di ilustrasi pertama ini hanya MENDENGAR.
Ilustrasi kedua – Mendengarkan
Di warung kopi pinggir sawah. Terjadi obrolan singkat antara petani dengan seorang salesman pupuk. Di sela-sela aktivitas panen petani.
Petani: Panen padi kali ini alhamdulillah ‘alaa kulli haal, hanya 5 ton. Di awal musim tanam pupuk tidak ada. Baru ada di umur 30 HST (hari setelah tanam). Telat. Air juga relatif terbatas. Ada serangan wereng coklat pada umur 55 hari. Juga ada sedikit serangan tikus menjelang panen. Semoga pupuk di musim tanam besok bisa tersedia lebih awal.
Salesman: Alhamdulillah Pak. Saya mohon maaf karena sempat ada kendala distribusi pupuk. Ke depan selain penyediaan pupuk lebih awal, saya akan usahakan mengajak kawan dari pestisida untuk lakukan pemantauan melalui kegiatan Siaga Wereng. Juga gropyokan tikus. Saya mohon dikabari Pak jika kumpulan P3A (Perkumpulan Petani Penggunaan Air) siapa tahu ada program yang bisa kami bantu lewat CSR kami.
Ilustrasi kedua ini menggambarkan aktivitas MENDENGARKAN. Dengan mendengarkan, tanggapan yang diberikan pun lebih baik dan lengkap.
Jika kita masih sering menangkap bagian depan atau belakang pembicaraan, maka kita baru mendengar. Jika kita menangkap utuh isi pembicaraan, kita mungkin sudah mulai bisa MENDENGARKAN.
(WS)