Posted on Leave a comment

Tentang Hujan

Hujan mengingatkan pada dirimu. Yang dulu pernah ku rindu. Menurut sebagain orang.

Hujan membawa hawa syahdu. Mendalam di dalam kalbu. Pendapat lainnya.

Bagi sebagian lain, hujan atau titik hujan di kaca, mengingatkan pada…….. Emmmm…… mi instan rebus. Yang menggoda. Spesial dengan telur.

Hujan atau tepatnya musim hujan datang agak terlambat di daerah kami. Tahun ini. Sesuai ketetapan Ar – Razaaq.

Ingatan kami mengatakan, biasanya masim hujan sudah mulai di bulan Oktober. Tapi tahun ini, nampaknya sampai pertengahan November. Hujan belum konsisten turun.

Hujan. Kedatangannya begitu di nanti. Bagi kami di industri ini. Pertanian. Begitu menantikan hujan. Untuk memulai pertanaman. Sebelumnya melakukan pengolahan lahan. Melakukan penyemaian. Dan kemudian, tentu saja pemupukan.

Begitu terasa bagi kami. Hujan merupakan karunia yang tidak tergantikan. Airnya beda. Istimewa. Air yang berkah. Respon tanamanpun beda.

Sebuah karunia dari Tuhan. Salah satu dari cara Allah menumbuhkan tanaman, dengan mengirim air dari langit. Hujan. Selain dari bumi, mata air.

Firman-Nya dalam Q.S. 2, Al Baqarah, ayat 22 :

“(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”.

Itulah hakikat hujan. Rahmat dan karunia Tuhan. Dan akan terus begitu. Selama manusia siap menerima hujan sebagai karunia. Dengan tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Manusia menjadi siap menerima hujan sebagai karunia.

Hujan dapat berubah sebagai ujian atau musibah atau adzab. Na’udzu billah. Jika manusia tidak siap menerimanya. Ketidaksiapan nampak dari, hutan yang gundul. Drainase buntu karena sampah. Sungai Penuh sampah. Dan banyak lagi.

Demikian tipe karunia Allah. Semua karunia-Nya, jika tidak siap maka akan berbalik menjadi ujian, musibah atau adzab.

Firman-Nya saat mengisahkan Nabi Sulaiman dalam Q.S 27, An-Naml ayat 40 :

“Ia (Sulaiman) pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia.”

Semua karunia Allah. Hidup, keluarga, anak, ilmu, jabatan, harta, adalah karunia yang diberikan Allah.

Dan kesiapan menerimanya adalah dengan kesyukuran. Menggunakan karunia-Nya untuk ketaatan dan mencari keridhaan-Nya. Serta menjaganya, dengan tidak berbuat kerusakan.

Semoga, Allah memasukkan kita sebagai hambanya yang bersyukur.

(Wiyanto Sudarsono)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *