Tidak semua petani dapat menjadi pelanggan kita. Bukan pesimis, tapi realistis. Fakta juga demikian.
Selain karena keterbatasan, persaingan, bahkan ketika tanpa pesaing sekalipun, kota memang akan sulit memuaskan semua orang. Meski produk yang kita tawarkan lengkap. Tunggal, majemuk, makro, mikro, berbagai formula, bisa custom, dan seterusnya…. Ada saja kurangnya. Karena itu kita harus punya target.
Ukuran itu Penting
Misal kita akan berjualan pupuk di sentra komoditas bawang putih di NTB. Mikir juga cari contoh komoditas. Karena mau padu, gengsi. Masak padi terus, jagung terus.
Kita perlu melihat. Apakah sentra disini potensi pasarnya masih luas? Apakah masih Menguntungkan? Tidak hanya saat ini, apakah kedepannya masih bagus? Kebutuhan pupuk nya, pas, kelebihan atau kurang?
Jika masih kecil, mungkin kita harus menunggu momen di target kita. Seperti beberapa waktu lalu, pupuk Impor kosong!! Celakanya, impor kosong pabrik kita MATI!!
Masih tumbuhkah?
Kita juga perlu mengukur pertumbuhan penjualan kita. Apalagi di awal-awal. Rendah tidak apa-apa yang penting tumbuh. Akan ada momen pertumbuhan itu meroket!
Jangan sampai habis-habisan, namun pertumbuhan berhenti atau negatif. Sudah sampai puncak kurva. Saatnya cari segmen dan target baru.
Data Saing
Pastikan kita mengetahui, memahami, dan mampu menyampaikan keunggulan produk dan brand kita. Zn itu apa kelebihannya jika ada din pupuk, dibanding pupuk tanpa Zn.
Termasuk, apakah keunggulan kita itu direspon baik di pasar sasaran kita. Misal NPK dengan Zn di komoditas sawit. Unggulan kah kita? Jika tidak, maka saatnya produk kota lain di pasar itu. Atau cari pasar untuk produk Zn kita.
Kemudian, kompetisi. Jika pasar banyak kompetitor maka artinya pasar itu menarik. Tapi belum tentu menguntungkan. Termasuk kita masuki semua pengecer dengan barang kita juga belum tentu menguntungkan. Sebab menciptakan persaingan tidak sehat di pasar.
Intinya, target tidak diam, tidak permanen. Apalagi itu itu saja. Target pasar kita harus tumbuh, berubah, berganti, dan bertambah. Tanda bahaya jika kita sudah tidak punya target baru. Atau tidak punya momen dengan target saat ini.
(Wiyanto Sudarsono)