Posted on Leave a comment

Sekadar Jumlah

Sekarang sebagian kita kembali mengikuti orang terdahulu. Berbangga dengan kuantitas. Jumlah yang banyak. Atau mungkin umat manusia tidak pernah beranjak dari hal itu.

Kebanggan atas capaian diri atau ketakjuban atas capaian orang lain yang disuka. Ukuran saat ini ukurannya lebih nyata (real time) dalam hitungan statistika.

Bangga atau takjub dengan pelanggan (subscriber), penonton (viewer), tanda suka/jempol (like) atau super, dan pengikut (follower) . Hati berbunga jika postingan banyak yang me-like. Takjub dengan banyaknya subscriber orang tertentu. Senang dengan jumlah viewer video yang diunggah. Membanggakan kenaikan jumlah followers. Dan sedih, kecewa, tidak semangat jika yang terjadi sebaliknya.

Penjual berbangga dengan jumlah pelanggan. Termasuk pembelian berulangnya. Juga pelanggan barunya yang selalu ada.

Calon kepala daerah, DPR/D, gembira dengan banyaknya massa kampanye. Atau dengan hasil survei yang menyatakan pemilihnya lebih banyak. Apapun dan siapapun lembaga survei dan metodenya. Pokoknya menang jumlah!!

Tak lupa petani, bungah (gembira) dengan banyaknya hasil panen. Terkadang hanya karena menilai tepat dalam memilih benih/ bibit. Cermat dalam mengatur jenis dan dosis pupuk. Hebat dalam mengendalikan  organisme pengganggu tanaman.

Padahal kita telah diberi contoh. Sosok jiwa yang membanggakan jumlah. Pelajaran dari pemilik dua kebun dalam surat Al-Kahf: 32-44. Ia (pemilik kebun) memiliki kekayaan besar, maka dia berkata kepada kawannya ketika bercakap-cakap dengannya, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat”.

Begitu bangganya dengan jumlah. Padahal jumlah itu bukanlah karena usahanya. Melainkan karunia dari Tuhan. Dan sangat mudah semua itu diambilnya kembali atau sangat mudah musnah dan hangus jika Allah menghendaki.

Keberkahan adalah Kunci

Jumlah bukanlah soal utama. Hal yang paling utama adalah keberkahan.

Ustadz kami (Ahmad Sabiq, Lc) menyatakan, saat menceritakan doa keberkahan Rasulullah terhadap makanan para prajurit pada Perang Tabuk: “Sedikit kalau berkah akan cukup, banyak kalau berkah akan manfaat, apapun itu, waktu, harta, jabatan”.

Semoga Allah menjadikan kita hamba yang bersyukur atas karunia-Nya. Semoga Allah memberkahi setiap karunia-Nya berapapun jumlah dan apapun jenisnya.

Nasihat untuk diri dan pembaca yang budiman.

(Wiyanto Sudarsono)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *