Posted on Leave a comment

Hari Santri, Putih, dan Persatuan

Toko baju muslim dikunjungi banyak orang. Ibu dan anaknyi. Ayah dengan anaknya. Ayah dan ibu bersama putra dan atau putrinya. Malam tadi. Misinya sama. Mencari dan membeli baju putih. Baju muslim atau muslimah. Koko atau baju takwa. Atau gaun panjang.

“Besok hari santri.” kata salah satu ibu di sebuah toko baju muslim. “Ada instruksi Ibu gubernur.” katanyi. “Harus putih. Anak sekolah, guru, dan ASN.” Penjaga toko menjelaskan. “Bahkan ada imbauan mengheningkan cipta. Selama 1 menit.” imbuhnyi. Pada pukul 08.00 WIB. Mengheningkan cipta selama semenit. Sesuai Surat edaran Gubernur Jatim. Setelah saya mencari di internet.

Foto : Santri berangkat mengenakan seragam koko putih (istimewa).

Hari santri, 22 Oktober. Memperingati hari difatwakannya resolusi jihad oleh Hadratusy Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari. Yang mengatakan bahwa mempertahankan kemerdekaan bangsa adalah fardhu ‘ain, kewajiban setiap individu muslim.

Santri. Orang yang mendalami agama islam. Demikian makna dalam KBBI. Berarti, seharusnya, setiap individu muslim adalah santri. Bukankah mendalami, belajar, mempelajari ilmu agama wajib bagi setiap Muslim? Wajib sampai meninggal dunia.

Putih. Warna dasar yang serupa dengan warna kapas. Murni, suci, tidak ternoda. Demikian makna putih. Menunjukan kemurnian cita-cita tulus ikhlas.

Foto : Santri tiba di lokasi belajar (Istimewa)

Hari Santri, berseragam baju putih. Seragam, sama. Diharapkan, kaum muslimin ikhlas (putih) , satu visi dan bersatu (sama). Tidak hanya fisik. Tidak hanya seragam. Apapun warna kulit dan bentuk rambutnya. Bersatu dalam keragaman.

Satu visi di hati, pikiran, dan amal perbuatan. Visi memerdekakan diri, dalam tauhid. Merdeka dan bersatu dengan tauhid. Dalam ibadah, hanya kepada dan hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak dijajah pula oleh harta, oleh jabatan, atau oleh dunia. Seperti beberapa ingatan saya terhadap kajian subuh pagi ini. Mencoba mengingat materi kajian tafsir Ba’da subuh. Mendengarkan sembar bertarung dengan rasa kantuk. Semoga bisa merdeka. Merdeka dari kantuk saat belajar ilmu. Bismillah.

Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita dan semoga kita termasuk orang-orang yang mempelajari dan mengamalkan ilmu.

(Wiyanto Sudarsono).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *