Merayakan Bulan Bahasa dan Sastra
Iklan besar dari sebuah produk yang digemari sebagian masyarakat Indonesia: Rokok. Jelas tidak ada menampilkan gambar orang sedang merokok.
Kelincahan dalam bermain kata adalah cara yang ditempuh untuk mendapat perhatian. Terutama bagi media berupa papan iklan (billboard) statis. Penulisan naskah iklan (copywriting) menjadi penting di media tersebut.
Berlokasi di pertigaan Jalan Proklamasi Gresik. Sebuah papan iklan besar bertuliskan “YANG KECIL DISIMPAN SAMPE KETEMU TEMPATNYA”.
Pembaca tidak perlu terlalu memikirkan maksud kalimat iklan tersebut. Tujuan naskah iklan itu adalah membuat pembaca bertanya-tanya. Tapi saya tergelitik untuk mengulasnya.
Penulisan imbuhan “di-” sudah tepat. Sebagai imbuhan, “di-” ditulis bersambung dengan kata berikutnya, sedangkan “di” sebagai kata depan dipisah penulisannya.
Kata “sampe”, tidak saya temukan di dalam KBBI. Kata “sampe” sering digunakan dalam percakapan sebagai pelafalan untuk kata “sampai”.
Demikian pula dengan kata “ketemu”. Tidak ada di KBBI. Jika kita mengetik di KBBI daring, maka akan diarahkan kepada makna “temu” yakni sua atau jumpa.
Kata “ketemu” digunakan dalam percakapan untuk makna “bertemu” atau “ditemukan”. Katanya “ketemu” di papan iklan tersebut, tampaknya bermakna “ditemukan”.
Naskah iklan rokok di atas bukan kalimat sempurna. Subjek kalimat tersebut tidak ada, paling tidak subjeknya belum lengkap.
Saya menduga makna atau kalimat yang hendak disampaikan adalah sebuah teka-teki: “Barang apa yang kecil, disimpan, kemudian dicari, sampai ditemukan tempatnya?”. Jawabannya tentu rokok. Karena rokok disimpan di dalam tempat. Rokok yang dimaksud tentu saja adalah yang diiklankan. Bukan main (hebatnya)!
Kita mungkin tidak perhatian atau tidak peduli. Karena itu, mungkin menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam naskah iklan, tidak akan menjadi masalah. Misalnya, khusus bulan Oktober, naskah iklan menggunakan kata baku. Anggap saja sebagai bentuk penghargaan kepada para pemuda dan pemudi yang bersumpah pada 92 tahun lalu.
Mari budayakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar! Meski tidak harus merokok.
#hariandisway
#BulanBahasaDisway
(Wiyanto Sudarsono)