Posted on Leave a comment

Mendengar atau Mendengarkan?

Seri-2, Mendengar untuk Melayani

Mendengar adalah aktivitas menerima suara atau informasi berupa gelombang bunyi melalui indra pendengaran. Kita, menangkap sebuah pembicaraan menggunakan telinga. Disengaja ataupun tidak. Bahkan termasuk mendengar pembicaraan dari diri kita sendiri.

Mendengarkan lebih dalam dan lebih aktif dibanding mendengar. Melibatkan perhatian serius terhadap perkataan lawan bicara. Melibatkan seluruh anggota tubuh dan pikiran. Serta bukan suatu kepura-puraan atau dibuat-buat.

Mendengarkan, mengesampingkan gangguan yang ada di sekitar. Bahkan gangguan yang disebabkan oleh pikiran dan keinginan diri. Seperti keinginan mendengarkan hanya yang kita sukai. Atau hanya mendengarkan hal yang kita cari celah kesalahannya. Atau pikiran yang bermain karena hasrat untuk segera menanggapi.

Saya lebih sepakat mendekatkan makna mendengar dengan hearing. Sedangkan mendengarkan dengan listening. Itu mengapa ada listening skill, bukan hearing skill. Keduanya terdapat perbedaan dalam keseriusan menangkap informasi.

Pembedaan mendengar (hearing) dengan mendengarkan (listening) memberi pemahaman kepada saya: Mengapa aspirasi rakyat sering dinikai tidak sampai. Mungkin karena biasanya aktivitas yang dilakukan adalah hearing. Bukan listening. Rapat mendengar pendapat. Bukan rapat mendengarkan pendapat.

(WS)

Posted on Leave a comment

Mendengar vs Mendengarkan

Seri-1, Mendengar untuk Melayani

Mendengar atau mendengarkan?

Tampaknya sama. Namun berbeda. Sama-sama menggunakan telinga, namun dengan hasil yang tak sama.

Saya memiliki ilustrasi. Yang mungkin akan membantu kita membedakan kedua aktivitas ini.

Ilustrasi Pertama – Mendengar


Di warung kopi pinggir sawah. Terjadi obrolan singkat antara petani dengan seorang salesman pupuk. Di sela-sela aktivitas panen petani.


Petani: Panen padi kali ini alhamdulillah ‘alaa kulli haal, hanya 5 ton. Di awal musim tanam pupuk tidak ada. Baru ada di umur ……tuuut……… Telat. Air ……..wkwkwkwkwk……..wereng ……tiiiiit……….. hari. Juga ada ………..twitwitwit…… Semoga pupuk di musim tanam besok bisa tersedia.

Salesman: semoga depan selain penyediaan pupuk lebih awal. Saya janji.

Perkataan petani terpotong-potong. Ini di sisi pendengaran dan pikiran Salesman. Karena ia seorang Salesman Pupuk, ia hanya ingin mendengarkan soal pupuk. Setelah mendengar, pikirannya berputar, menyiapkan jawabannya. Salesman di ilustrasi pertama ini hanya MENDENGAR.

Ilustrasi kedua – Mendengarkan

Di warung kopi pinggir sawah. Terjadi obrolan singkat antara petani dengan seorang salesman pupuk. Di sela-sela aktivitas panen petani.

Petani: Panen padi kali ini alhamdulillah ‘alaa kulli haal, hanya 5 ton. Di awal musim tanam pupuk tidak ada. Baru ada di umur 30 HST (hari setelah tanam). Telat. Air juga relatif terbatas. Ada serangan wereng coklat pada umur 55 hari. Juga ada sedikit serangan tikus menjelang panen. Semoga pupuk di musim tanam besok bisa tersedia lebih awal.

Salesman: Alhamdulillah Pak. Saya mohon maaf karena sempat ada kendala distribusi pupuk. Ke depan selain penyediaan pupuk lebih awal, saya akan usahakan mengajak kawan dari pestisida untuk lakukan pemantauan melalui kegiatan Siaga Wereng. Juga gropyokan tikus. Saya mohon dikabari Pak jika kumpulan P3A (Perkumpulan Petani Penggunaan Air) siapa tahu ada program yang bisa kami bantu lewat CSR kami.

Ilustrasi kedua ini menggambarkan aktivitas MENDENGARKAN. Dengan mendengarkan, tanggapan yang diberikan pun lebih baik dan lengkap.

Jika kita masih sering menangkap bagian depan atau belakang pembicaraan, maka kita baru mendengar. Jika kita menangkap utuh isi pembicaraan, kita mungkin sudah mulai bisa MENDENGARKAN.

(WS)