Posted on Leave a comment

Tatu Ati

(Freepik)

Tatu ki artine opo?” Tanya seorang anggota tim saya di kantor. (“Tatu” itu artinya apa?).
Tatu itu ketika kita merasa sakit karena diejek, diremehkan, dikecewakan, dikhianati. Ini soal hati dan perasaan“. Jawab seseorang. “Tatu” pada diskusi waktu itu lebih pada luka pada hati secara maknawi. Tatu ini bisa membekas lama, tak tentu obatnya.

Seorang wanita bercerita tentang “tatu” ini. Sebuah kisah haru.

Pernah suatu waktu dia menjalin hubungan dengan kawan masa kecil. Cinta remaja, yang terbawa hingga dewasa.

Orang tua sang pria tidak setuju. Alasannya karena tidak sederajat. Dan yang lebih menyakitkan, karena dia anak seorang janda. Dan itu terungkapkan. Dibumbui keyakinan khurafat.

Sakit, nyesek, dan menjadikan hatinyi TATU. Sampai saat ini. Setelah 13 tahun berlalu. Bahkan dia hampir menangis saat menceritakan kembali.

Tapi, saya pikir dia akan bisa bangkit dari TATUnya. Tidak mudah, tapi bisa.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.
QS.Al-A‘rāf [7]:199

(Wiyanto Sudarsono)

Sumber Gambar: Background photo created by rawpixel.com – www.freepik.com

Posted on Leave a comment

Kawan dan Teladan

Gadis itu menjadi seorang prajurit, prajurit menjadi seorang pemimpin. Dan pemimpin menjadi legenda”
– Mulan (2020)

Ini bukan tentang seorang gadis atau film Mulan dalam kutipan di atas. Ini tentang keteladanan.

Pak Wi ini, masa Pak Direksi disuruh nyetir?!”. Protes seorang Senior saya saat kami jalan bertiga. Saya, ia, dan satu lagi: Sang Direksi.
Biasanya Direksi itu disetirin, sekali-kali lah kita disetirin Direksi“. Timpal saya menggoda Sang Direksi.
Dan memang karena kemokongan saya, saya  duduk di baris tengah sebelah kiri. Persislah pengendara seperti sopir pribadi.

Kedua sahabat sekaligus senior saya ini, adalah contoh keteladanan yang baik. Dalam kesederhanaan, dalam etos dalam pekerjaan, dan banyak lagi.

Seorang telah menjadi Direksi, tapi dengan suka hati menyetiri kami menjalankan sebuah misi kecil. Betul-betul bersahaja.

Mereka telah menjadi prajurit yang hebat. Saat ini menjadi pemimpin. Saya berharap mereka dapat menjadi legenda yang dikenang akan kebaikan. Sehingga menjadi contoh kebaikan bagai kami dan generasi mendatang.


Dari Abu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” [HR. Muslim]

Bukan memberi beban, bukan! Sekedar harapan untuk dapat meneladani sebuah kebersahajaan, jauh dari keangkuhan dan kesombongan. Baik dalam rasa di dada, dalam nada di kata, ataupun sikap yang tak terungkap dari keduanya.
Barakallahu fiikum.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Menjadi Legenda?

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” -Muhammad Rasulullah

Kita ingin tampak seperti apa pada akhir usia kita? Atau kita ingin diketahui seperti apa setelah kitab tiada?

Itu kira-kira pertanyaan pembuka salah satu kelas menulis yang saya ikuti: “Bapak-Bapak Punya Karya”. Kelas yang dibawakan oleh Mentor kami tercinta, Pak Cahyadi Takariawan, penulis serial Wonderful Family. Beliau juga telah menulis lebih dari 55 judul buku. Tampaknya satu tahun usia diwakili oleh satu buku.

Beliau lantas melanjutkan, bagi kita tentu tidak hanya sampai akhir usia atau setelah tiada. Namun, bagaimana akhirat kita nantinya? Beliau pun memotivasi untuk menulis sesuatu yang positif untuk bekal akhirat. Sebagai amal jariah, yang tidak putus kebaikannya setelah wafatnya raga.

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631).

Nah, menulis adalah cara menyebarkan ilmu yang dimanfaatkan. Apalagi seperti Beliau (Pak Cah), buku tentang keluarga. Pelajaran mengasuh anak agar menjadi anak saleh, pasti ada di dalamnya. Selain ilmu yang bermanfaat bagi pembaca, juga doa anak yang saleh kepada pembaca. MasyaAllah, berlipat kebaikan yang dapat diberikan.

Tidak peduli berapapun usia kita saat ini. Tidak terlambat untuk memulai beramal jariah dengan cara ini: menulis yang positif, menulis yang bermanfaat.

Meski tidak perlu menjadi legenda, tapi cukup dengan bermanfaat bagi orang lain. Bermanfaat hingga akhir hayat. Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad). Bukankah yang terpenting adalah bagaimana kita mengakhirinya (dengan kebaikan). Bahkan setelah itupun masih ada aliran kebaikan.

Ya betul, cukuplah kiranya kita bermanfaat, dan bukan sumber mudarat. Meski tidak menjadi legenda seperi ayam jago dalam mangkuk bakso, tidaklah mengapa.

(Wiyanto Sudarsono)