Jangan makan mi instan setiap hari. Paling tidak itu yang diajarkan banyak orang tua ke anaknya. Termasuk kami.
Tapi, rasa enak mi instan itu ehm… seolah tak tergantikan. Kami tidak melarang memakannya, tapi kami mengaturnya. Melalui program “Noodles Day”. Hari Mi.
Kami makan mi instan di salah satu jadwal makan. Bisa untuk sarapan atau makan malam. Boleh mi goreng atau mi kuah.
Harinya adalah hari Jumat. Hari itu seru. Masing-masing anggota keluarga boleh memasak minya sendiri. Untuk anak-anak tentu dengan pengawasan.
Tapi, saya paling suka jika, si Dia memasak mi. Tapi bukan mi instan. Mi goreng atau kuah bukan instan. Gambar di atas contohnya. Masakan itu mungkin yang bisa mengalahkan enaknya mi instan.
Beli mi original (mi telur, kwetiau, atau bihun), direbus, lalu di masak dengan bumbu tertentu. Ah, bisa tidak terkontrol saya.
Puisi sederhana untuk hari mi kami:
Pangan, Sandang, Papan, Tiga kata untuk pokok kebutuhan Memiliki rentang nilai yang luas dan panjang Murah, sederhana, biasa, sampai mahal dan jarang Sekadar mi instan pun bisa membahagiakan
Tidak semua orang berkesempatan menemukan jodoh. Maksud saya disini adalah jodoh sebagai pasangan suami-istri yang sah. Jadi jangan lupa bersyukur jika kita telah memiliki cinta di rumah. Bersyukur karena kita termasuk bagian dari makhluk Allah yang telah menemukan pasangan /jodoh.
“Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” –QS.Yāsīn [36]:36
Siapapun yang telah ditetapkan menjadi jodoh kita, selalu akan bertemu dengan jalan dan cara apapun. Karena itu tenanglah saja.
Saya pernah mendengar atau membaca sebuah ungkapan: “aku tenang karena aku mengetahui apa yang ditakdirkan untukku pasti akan terjadi, apa yang tidak di takdirkan, pasti akan luput dariku“. Atau yang semakna dengan itu.
Ungkapan di atas bukan untuk menjadikan pasrah dan menyerah begitu saja. Ungkapan itu untuk memberi ketenangan dalam berbagai kondisi, setelah berusaha.
Menjaga dan mencintai jodoh atau pasangan yang telah ada di rumah adalah bagian dari kesyukuran.
Mencari Jodoh ala Penjual
Salah satu jalan bertemu jodoh adalah dengan mengupayakannya. Dalam mencari calon jodoh, dapat menggunakan metode para penjual dalam mencari pelanggan.
Pertama, nonreferal. Sebenarnya kita sudah memiliki banyak data calon. Teman sekelas, SD, SMP, SMA, teman satu kantor, teman kuliah, dan kenalan lainnya. Semuanya adalah calon. Bisa jadi salah satunya berjodoh. Banyak cerita demikian bukan?
Saya sering menyarankan untuk melihat orang-orang yang kita kenal tersebut. Mulai dari yang terdekat. Seperti alur obat nyamuk bakar. Melingkar dari dalam (paling dekat), kemudian keluar (yang agak lebih jauh). Jika qadarullah belum ketemu. Maka yang kedua.
Referal. Meminta referensi dari orang yang kita kenal dan kita percaya. Istilah lainnya dikenalkan atau dijodohkan. Jika memang benar berjodoh akan bertemu dan cocok. Usaha yang paling utama.
Saya juga menyarankan untuk membuat positioning statement diri. Kalimat yang menggambarkan diri orang yang sedang mencari jodoh. Berupa karakter umum dan keunikan. Sebagai bagian dari promosi ups, usaha mencari jodoh.
Dalam cinta menuntut adanya usaha Dengan jerih payah sendiri atau bertanya Kutemukan dirinyi karena dikenalkan Dan itu bukanlah kesalahan, melainkan kasih sayang dari Ar-Rahman