Posted on Leave a comment

Jualan Solusi

Seri Ke-11, Serial Catatan Seorang Penjual

Gambar awal dari marketing.co.id dengan penyesuaian

Ada cerita, seorang Penjual benih. Menawarkan benih terong dan cabai, kepada mantan petani – – pekebun karet.

Petani calon pelanggan ini baru menebang pohon karetnya, dengan maksud tidak diremajakan lagi. Tidak ditanam karet lagi. Mau ganti komoditas yang ditanam. Yang lebih menguntungkan tentunya.

Sang penjual mengobrol ngalor-ngidul (ke utara ke selatan) – – kesana kemari– dengan beberapa ex-petani karet. Memberikan penjelasan tentang nilai tambah bertani hortikultura. Dan risikonya. Termasuk pendampingannya.

Singkat cerita, petani tertarik. Tapi tidak langsung transaksi. Ada tahapannya.

Penjual ini, mengajak petani “baru” ini untuk studi banding. Ke petani binaan Sang Penjual di kabupaten lain.

Jadilah, petani baru ini beralih menjadi petani cabai dan terong. Bahkan petani yang sebelumnya dikunjungi, akhirnya mengunjungi balik. Petani mendampingi petani. Penjual mendapat penjualan dan pelanggan setia.

Penjual di atas menghadapi pelanggan (mantan petani karet) dengan respon tipe kedua. Yaitu Tipe – Problem. Sedang bermasalah dan membutuhkan bantuan segera. Disimbolkan dengan warna hijau.

Calon pelanggan akan membeli produk yang menjadi kesatuan dari penyelesaian masalah. Bukan hanya difitur yang unggul. Tapi lebih menekankan pada solusi.

Penjual harus mampu fokus pada pemecahan masalah. Bukan pada fitur produk atau menonjolkan harga yang murah. Tapi pada SOLUSI.

Jualah SOLUSI, bukan sekadar produk itu sendiri.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on 3 Comments

Ping-Pong

Wacan Sore

Suatu kesempatan, salah seorang atasan saya pernah berkata : “keluarga itu seperti bola kaca. Sekali jatuh pecah. Bisa sih disatukan lagi, tapi sulit. Dan tidak bisa seperti semula. Sedangkan, pekerjaan, karir, jabatan, harta, itu seperti bola karet. Jatuh bisa kembali lagi”.

Mungkin seperti bola ping pong, tenis meja. Yang bisa memantul. Atau bola golf. Bisa memantul dan tidak mudah pecah.

Saya sepakat dengan keluarga adalah bola kaca. Harus hati-hati. Kepada anak dan Istri. Seperti sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam.

Hindari main-main (dalam arti ceroboh) dalam mengelola bola kaca, eh keluarga. Harus betul-betul tepat. Dilihat, diamati, dibersihkan, tapi jangan sampai gores. Apalagi jatuh.

Gelas kaca itu tidak sama antara satu dengan yang lain. Punya karakter sendiri-sendiri. Ada yang transparan. Ada yang gelap, pekat. Tapi satu, jika jatuh pecah. Maka hati-hati.

Jika bola karet, bola ping-pong, golf, memang untuk di main-mainkan. Untuk dipukul, untuk di tendang, agar mendapatkan hasil. Hasilnya untuk merawat bola kaca tadi.

Hasil bola karet, ping-pong, golf, dapat dengan mudah dilihat. Ada skornya. Menang atau kalah. Dalam permainannya.

Bola kaca, sulit menilainya. Tidak ada standarnya. Perawatannya sampai akhir hayat. Pertanggungjawabannya sampai di akhirat.

Nasihat bagi diri dan pembaca. Semoga bermanfaat.

(Wiyanto Sudarsono)