Posted on Leave a comment

Kerabat

Sebagian orang menyebutnya Saudara. Yakni orang yang memiliki hubungan darah – keturunan-. KBBI Memaknai kerabat sebagai yang dekat (pertalian keluarga); keluarga atau anak saudara. Saya cek melalui aplikasi KBBI V.

Kerabat, berarti memiliki hubungan yang berkaitan dengan keturunan. Peranakan. Atau kaitannya dengan rahim. Itulah mengapa kita diperintahkan menyambung tali silaturahim. Atau silaturahmi. Dalam Bahasa Indonesia, yang baku adalah silaturahmi.

Menurunkan penjelasan Ustadz kami, Ustadz Ahmad Sabiq, Lc. Sebagian ulama, membatasi kerabat. Yang wajib disambung. Yang Wajib disilaturahmi. Yang dilarang untuk diputuskan tali silaturahminya. Batasannya adalah sampai 4 generasi. Jika masih bersambung 4 layer/generasi dalam silsilah keluarga, itulah kerabat. Jika sepupu (anak paman atau bibi), berarti kerabat dekat.

Kadang dengan kerabat atau bahkan saudara kandung ada perselisihan. Tapi, masing-masing kita harus belajar lapang dada. Padang atine. Jembar pikire. Jangan sempit atau cupet. Jika salah pun, jangan sungkan meminta maaf. Namanya juga saudara.

Kadang, saudara atau kerabat itu, jika tidak ada di cari. Jika ada dicubiti.

Foto : Istimewa

Semoga kita dengan Saudara atau Saudari kita selalu diberi kerukunan. Dengan kerabat kita senantiasa dikokohkan tali silaturahminya. Hanya kepada Yang Membolakbalikan Hati kita bermohon, Allah Subhanahu wa Ta’ala.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Pilar Ketiga, Responsibility – Tanggung Jawab.

Seri Ketujuh, Serial Jualan dengan Karakter

Manusiawi. Setiap manusia memiliki tanggung jawab. Tanggung jawab diri sendiri. Hanya untuk dan berdampak bagi diri sendiri. Baik atau buruknya. Sukses atau gagalnya. Dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut.

Tapi, sebagian tanggung jawab berkaitan dengan orang lain. Terlebih lagi seorang penjual. Kegagalan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab dapat mengganggu kinerja orang lain di dalam sistem. Karena itu ada pembagian tugas dan tanggung jawab. Setiap orang tinggal menjalankan hal tersebut.

Prinsip #7, Ikuti Prosedur, Disiplinkan Diri Kita

Sebelum mengikuti prosedur, sudahkah kita mengetahui prosedur dalam lingkup tugas dan tanggung jawab kita? Atau sudah adakah prosedur dalam kegiatan penjualan kita?

Ada kalanya, sering mungkin. Penjual menganggap prosedur itu hanya pekerjaan tambahan yang menambah beban. Perlu kita pahami bahwa, prosedur dibuat oleh perusahaan untuk mendukung pekerjaan yang dilakukan karyawan.

Misal, prosedur tentang : “apa saja yang harus dibawa oleh penjual saat kunjungan?”. Ini untuk kebaikan penjual. Apa jadinya jika penjual bertemu calon pelanggan dalam kondisi tidak bawa kartu nama, brosur ketinggalan, baterai HP atau gawai habis?

Dalam menjalankan prosedur dan kegiatan penjualan harus disiplin. Harus dipaksa di awal. Agar terbiasa. Perlu kesadaran pribadi. Hal pertama yang harus kita renungkan, adalah melakukan prosedur dan disiplin akan bermanfaat bagi kita, penjual.

Ada tips untuk membentuk sikap disiplin. Yakni menyediakan 1 jam dalam sehari, 5 jam seminggu. untuk satu aktivitas atau rencana penting. Semakin lama dilakukan, aktivitas penting ini jadi rutin. Bukan sekadarnya, jika ada waktu. Yang akhirnya tidak terlaksana.

Misal, 1 jam sehari kita sediakan untuk kontak pelanggan. Hubungi pelanggan lama kita. Mungkin hanya menyapa atau menyampaikan info. Seperti yang dilakukan salah satu Salesman Informa kepada saya. Ia rutin memberi info produk yang dijualnya.

Salesman Informa mengirimkan pesan melalui aplikasi WA. (foto : tangkapan layar – istimewa).

Awalnya mungkin agak memaksa diri. Seiring waktu, akan terbiasa. Lebih mudah sebenarnya di era sekarang. Banyak aplikasi untuk disiplin. Agenda, alarm, pengingat.

Kita sudah merasakan akibat tidak disiplin. Hari ini. Serial ini terbit terlambat. Karena saya tidak disiplin. Harusnya bangun jam 03.50 WIB. Tapi tidak disiplin. HP, alarm nya jauh, tidak terdengar. Kesiangan. Salat, bersiap, dll, terlambat. Menulisnya pun jadi siang. Ketabrak rapat. Makin siang terbitnya. Karena tidak disiplin.

Penjual dituntut bertanggung jawab terhadap tugas dan pekerjaan. Sesuai prosedur. Disiplin terhadap dirinya. Ini untuk kebaikan bersama. Pelanggan, mitra kerja, perusahaan, dan penjual itu sendiri. Saya pun masih terus belajar dalam hal ini.

(Wiyanto Sudarsono)