Kami -saya dan keluarga- adalah penikmat teh. Tentu saja tidak selalu artisan tea atau teh dengan jenama (brand/merek) dan harga yang premium. Sekadar teh rumahan sudah cukup.
Kopi? jarang, meski tidak anti-kopi. Jika ada pilihan teh atau kopi, saya memilih teh. Jika harus kopi, saya pilih doppio. Jika ingin yang ringan Latte atau Sanger.
Ada beberapa jenama teh di dapur dan kamtor kami. Saya terlewat menyediakan teh-kopi khas Jamus Ngawi dan wedangan atau tek racikan dari Solo.

Seruputan teh pertama saya adalah di pagi hari, satu seruputan sebelum berangkat salat subuh. Memberikan sensasi hangat di perut. Nyaman. Sisanya saya akan habiskan sepulang salat, dan dilanjutkan saat sarapan. Porsi sanya bukan 1 cangkir kecil ala kafe, tapi satu cangkir lurik besar ala warung wedangan.
Menurut saya teh memiliki beberapa kemewahan:
1. Rasa Ringan
Rasa ringan teh hangat begitu menyegarkan, mudah dikecap dan dirasa oleh berbagai usia.
2. Sepat Unik
Rasa pahit teh, mungkin tepatnya adalah sepat, memberikan sensasi tersendiri saat menyeruput teh.
3. Hangat dingin Sama Nikmatnya
Bisa disajikan panas, hangat, atau dingin.
4. Rangsangan Pecernaan
Teh -berdasarkan pengalaman- juga memberikan rangsangan ke pencernaan untuk ekskresi (membuang sisa metabolisme) baik buang air kecil ataupun BAB.
4. Tawar atau Manis
Jika kopi akan disebut kopi pahit (tanpa gula). Teh tanpa gula, teh tawar. Marak disajikan di warung makan di Jawa Barat sebagai minuman standar. Jika ingin sedikit manis, tambahkan gula atau pemanis secukupnya.
4. Teh Fermentasi
Minumah yang kembali populer di kantor kami. Teh yang saya ingat betul sering dibuat oleh Mbah Kakung saya dulu sekali: Kombucha. Rasa unik yang menyegarkan sekali, terutama disajikan dingin.
Sruuuup, saya seruput Teh saya sekali lagi.











