Posted on Leave a comment

Cinta, Tak Pilih-Pilih

Semoga kita hadir dengan Cinta

Jika cintamu tak beralasan selain ia yang kau cinta
Maka ia nyata, tak kan lenyap selamanya
Jika cintamu digerakkan oleh suatu alasan
Maka ia akan hilang bersama hilangnya alasan
(Ibnu Hazm)

Ada sepuluh cinta! Suatu saat selepas maghrib Bapak saya merinci macam-macam cinta yang harus kami miliki. “Cintai itu jika ingin bahagia”. Cinta Pekerjaan, Bapak menyebut salah satunya.

Saya menilai hal itu benar adanya. Mencintai pekerjaan akan membuat kita all out dalam bekerja, bekerja dengan hati bahagia. Bekerja dengan menghadirkan hati. Meski tidak mencintai pekerjaan, bukan berarti harus membencinya, sebagaimana dinyatakan oleh Tsuneko Nakamura tentang pekerjaan yang dijalaninya selama 70 tahun.

Pilihlah pekerjaan di bidang yang kita cintai, kalau bisa! Kalau tidak bisa, berusahalah untuk mencintainya. Demikian sebagian pepatah bijak yang saya ingat. Karena memang tidak banyak hal di dunia ini yang sesuai dengan keinginan dan pilihan kita. Sebagian besar hal yang terjadi dalam hidup kita, bukan atas pilihan kita. Kelahiran di dunia saja, kita tak bisa memilih orang tua dan nama kita. Haha

Sebagai penjual (yang bekerja di sebuah perusahaan), pun demikian. Penjual tidak bisa memilih produk yang kita jual. Produk yang diproduksi perusahaan sendiri, produk yang dibeli atau diimpor, ataupun pasar sasaran. Penjual sudah diarahkan dan sudah diberi target. Upayanya semata-mata adalah menggunakan segenap daya, upaya, dan doa, untuk tercapai target tersebut.

Pada industri pupuk misalnya. Ada Subsidi, Korporasi (B2B) dan Ritel (B2C). Tidak ada pilihan bagi pemasar dan penjualnya. Harus mencapai semua targetnya. Prioritas mungkin ada. Tapi tidak ada pilihan dan tidak ada rencana untuk tidak mencapai target.

Di era kolaborasi, tentu akan sangat elok jika seluruh unit kerja berjalan ke tujuan yang sama, saling bantu dan saling dukung dalam mencapai tujuan. Misalnya, ketika ada tim penjualan korporasi yang meminta bantuan data/informasi calon customer atau diajak bersama visit kebun customer, dengan sigap tim PSO/Ritel mendukung. Sebagaimana pernah saya lihat di wilayah Kalimantan. Tidak pilih-pilih tugas, dan siap dimanapun. Bahkan tidak jarang tim penjualan satu memberi prospect kepada tim lain, sesuai dengan segmen/target pasar. Bagi saya, kolaborasi adalah tanda cinta. Hanya kasih tak sampai yang sendirian.

Hadirnya cinta pada pekerjaan akan membuat kita memiliki energi lebih. Energi untuk memikir, energi untuk bertindak, energi untuk berkontribusi. Semoga kita hadir jam 08.30 dengan hati dan cinta. Karena kalau sudah cinta tidak bisa pilih pilih. Yen wes tresno paite kopi rasane legi…

“Bersyukurlah bahwa kita diberi dua telinga. Saya menggunakan satu untuk mendengarkan karyawan (dan mungkin pelanggan) dan telinga lainnya untuk mendengarkan manajemen. Dan di tengah-tengah ada HATI, yang akan memberikan pertimbangan yang bijaksana.” (Josef Bataona)

Pangapunten. Semoga bermanfaat.

(WS)

Posted on Leave a comment

Suarakan, Meski Seolah Tak Ada yang Dengarkan

Kereta jalur 1//tujuan tanah abang segera diberangkatkan//kereta berikutnya rawa buntu//Jalur 2 tersedia kereta tujuan Rangkas Bitung//kereta berikutnya Jurang Mangu//

Bagi Roker (rombongan kereta) atau Anker (anak kereta) suara itu tidak asing. Dan sudah bisa menebak di Stasiun mana announcement tersebut disuarakan.

Saya memikirkan sesuatu, apakah para penumpang kereta profesional masih mendengarkan suara itu? Masih membutuhkan suara itu? Mereka sudah terbiasa dengan jadwal keretanya. Bahkan titik mana yang nyaman, mereka sudah tahu. Bahkan tidak sedikit yang menyumpal lubang telinga dengan earphone atau headphone. Kepala mereka banyak tertunduk khusyuk, menatap layar gawai. Meski manfaat announcement itu jelas terasa saat tiga menit sebelum keberangkatan, banyak yang lari mengejar kereta  yang diam menunggu diberangkatkan.

Saya juga membayangkan, seandainya pengumuman itu hilang, stasiun sunyi dari announcement, seperti apa ya? Saya kira akan terjadi kebingungan, untuk beberapa saat atau beberapa hari. Bahkan akan ada yang menanyakan  ke petugas, mengapa tidak ada pengumuman lagi. Sebelum kemudian akan menyesuaikan dengan metode announcement yang baru.

Itu jika materi dan metode pengumuman di monopoli oleh satu pihak. Bagaimana jika banyak substitusi atau pesaing baik materi ataupun cara komunikasinya?

Ini akan menjadi PR bagi tim pemasaran. Untuk membuat story, memilih saluran storytellingnya, agar menarik minat pendengar. Semangat “nekat” dan “berani” harus terus dimiliki para pemasar, untuk senantiasa “menyuarakan” meski seolah tak ada yang mendengarkan. Tanpa mengesampingkan evaluasi efektivitas saluran.

Pangapunten. Semoga bermanfaat.
(WS)

Posted on Leave a comment

Prosedur Bukan Penjara, Belajar dari Announcement KAI Commuter

Membawa barang dalam kereta
Meletakkannya di rak bagasi
Hati-hati barang bawaan Anda
Jangan sampai ditukar atau diambil pencuri

Hampir sebulan ini saya begitu lekat dengan KRL alias KAI Commuter. Hampir setiap hari kerja, saya dan ribuan penumpang lainnya merasakan layanan KAI Commuter. Sudah menemukan ritme dan enaknya: saya sudah mulai bisa mengetik via gawai, sambil berdiri.

Ada hal menarik menggelitik telinga saya: Pantun. Paling tidak sudah dua kali saya sadar akan hal itu. “Ternyata tidak hanya Citilink”. Batin saya. Pantun di atas adalah satu bait contohnya. Ada satu lagi tapi saya lupa. Memang tidak sepanjang Citilink di penerbangan malam, saat penumpang lelah dan butuh hiburan.

Bagi announcer, tentu sudah ada prosedur dan panduan kata-kata yang harus diucapkan. Setahu saya ini ketat. Namun, hal itu tidak menghalangi mereka untuk berkreasi dan melaksanakan pekerjaan mereka dengan menyenangkan.

Pelajaran bagi saya, jika ada prosedur, atau petunjuk teknis, atau cara kita mengambil keputusan, yang membuat kita berhenti berkreasi, membuat tim berhenti “Ngide”, dengan kata lain menjadi terpenjara, maka ada yang perlu kita perbaiki. Prosedurnya, juknisnya, tafsir atas keduanya, atau cara kita memikir dan mengambil keputusan.

Pergi ke kantor naik kereta
Kereta padat bersabar saja
Prosedur itu bukan penjara
Tetaplah kreatif dalam bekerja

Pangapunten. Semoga bermanfaat.

(WS)