Posted on Leave a comment

C. I. U. M. A. N.

Ada Cinta di Rumah

Oleh: Wiyanto Sudarsono

Bah, bibir dan pipiku kok rasanya kering ya?” Kabarnya pada suatu waktu.

Udaranya lagi rendah kelembabannya Bun“.

Bukan, kurang vitamin C, kayaknya.”
Sambil nyengir saya menghampirinyi. Saya paham apa maksud vitamin C itu.

Salah satu ungkapan cinta, selain dengan kata-kata dan hadiah, adalah dengan sentuhan. Sentuhan yang paling teristimewa ada ciuman.

Ciuman banyak ragamnya, berdasarkan posisi dan orang yang dicium. Ada di kening, di ubun-ubun, di pipi, di mata, dan khusus di bibir untuk suami istri tentu saja.

Ciuman juga merupakan ungkapan cinta yang dicontohkan. Diriwayatkan bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah mencium sebagian istrinya lalu beliau pergi shalat dan tidak wudu lagi.” (HR. Ahmad)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mencium Al Hasan bin Ali sedangkan di samping beliau ada Al Aqra’ bin Habis At Tamimi sedang duduk, lalu Aqra’ berkata: “Sesungguhnya aku memiliki sepuluh orang anak, namun aku tidak pernah mencium mereka sekali pun”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memandangnya dan bersabda: “Barangsiapa tidak mengasihi maka ia tidak akan dikasihi.” (HR Bukhari).

Jelaslah sudah, bahwa ciuman (tentu sesuai dengan objek atau pihak yang dicium) adalah salah satu bentuk kasih sayang. Tidak pernah mencium orang yang dicintai (istri atau anak-anak) adalah sebuah kekurangan.

Juga, tidak ada salahnya jika kita mengingatkan pasangan untuk mencium kita. Karena kurang Vitamin C bisa sariawan.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Hadiah dan Sajak Indah

Ada Cinta di Rumah

Oleh Wiyanto Sudarsono

Saya dibuat menangis oleh orang yang saya cinta. Bukan karena sedih atau marah, tapi karena haru. Haru sekali, bahkan sampai saya tidak bisa mengontrol emosi. Tak terasa menetes air mata di pipi.

Lho kok dua!!” Katanya berseru ketika melihat paket kiriman yang saya terima sebelumnya. Waktu itu saya duduk di teras depan rumah.
Mungkin penjualnya lagi baik, memberi bonus tambahan“.

Nih, coba Abah buka yang satu“. Dia menyodorkan satu paketan yang lebih besar ke saya.
Saya pun membukanya.

Bagaimana?” Tanyanyi sambil nyengir menggoda.

Ternyata, sepotong jubah putih panjang, dengan sedikit warna abu-abu. Indah, bagus. Dari jenama baju yang beberapa kali dibelinya. Berarti ini istimewa.

Tak terasa saya meneteskan air mata. Saya sudah lama dimintanyi membeli jubah baru. Saya bergeming. Sampai akhirnya dia membelikan itu. Dan Pas. Ukuran XL. Tanpa perlu memotong atau memermak sedikitpun.

Nih coba baca dengan keras“. Dia menyodorkan kertas bertulisan tangan. Beberapa bait sajak.

Keharuan saja makin menjadi. Saya memeluknya, saya tidak sadar kalau kami di depan rumah, dan di depan anak-anak. Alhamdulillah, jalanan sepi.

Seperti apakah sajak yang membuat saya haru, emosional, dan lupa? Berikut salinannya:

Satu dua Lepis asli
PeDe nian, mecing sana sini
Gamis satu tak pernah ganti
Duh kasihan di anak tiri

Satu dua Lepis baru
Dipakaia kerja Kamis Jumat
Satu aja gamis dariku
Biar mata tak penat

Siji loro telu papat
Iwak lele lompat lompat
Krono aku duwe duit papat
Tak tukokno anyar ojo didebat

Ijo-ijo godhong jambu
Ceplok abang kembang sepatu
Aku tresno karo sliramu
Rongokno “Ai Lop Yu”

Kecut seger jangan asem
Iwak gerih sambel terasi
Cowok ganteng mesam-mesem
Mari ngene nyium pipi
–DL

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Kartu Tani untuk Petani

Catatan Seorang Anak Petani

Oleh: Wiyanto Sudarsono

Awal bulan September 2020 ini begitu ramai.  Hal itu karena adanya rencana pembelian pupuk bersubsidi  wajib menggunakan kartu tani.

Heboh!! Kehebohan yang hanya bisa dipahami oleh orang yang peduli dengan pertanian. Khawatir!! Petani yang belum mendapat kartu mengkhawatirkan tanamannya yang sudah mulai membutuhkan pupuk.

Kartu tani merupakan kartu (debit) yang dikeluarkan oleh perbankan kepada petani yang digunakan dalam transaksi (pembelian) pupuk bersubsidi melalui mesin EDC (Electronic Data Capture) di pengecer resmi. EDC sendiri adalah sebuah mesin yang berfungsi sebagai sarana transaksi pembelian pupuk bersubsidi dengan memasukkan atau menggesekkan kartun tani di pengecer resmi.

Untuk lebih memantapkan program kartu tani, KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan) dan Kementerian Pertanian, hari ini (8/9), mengadakan Webinar Nasional bertajuk KARTU TANI. Pembicaranya lengkap. Dari KTNA Nasional, Kemenko Perekonomian, Kementerian Pertanian, Perbankan (BRI), dan Pupuk Indonesia. Semoga setelah ini, pelaksanaan kartu tani ini bisa lancar, tanpa ada kehebohan.

Pandangan Anak Petani

Bagi saya momen kartu tani ini adalah saat tepat untuk memperbaiki data pertanian dan petani kita. Yang paling penting, jangan sampai seperti hebohnya e-KTP.

Pertama, digitalisasi data petani yang membutuhkan skema subsidi atau bantuan lainnya. Subsidi pupuk, benih, modal usaha tani, asuransi pertania , dan program lainnya.
Kunci suksesnya ada pada pengumpulan data lapangan dan mendigitalkannya.

Kunci digitalisasi ada pada ketepatan dan kecermatan data petani. Kejujuran pengungkapan informasi yang sesungguhnya oleh petani dan pendampingnya (PPL). Tentu saja, alat untuk mendigitalkan, dan mungkin insentif bagi pengumpul datanya.

Kedua, perbaikan kriteria petani penerima kartu tani. Petani pemilik, penggarap, penyewa, atau butuh tani. Bagi saya, penerima yang tepat adalah petani penggarap, yaitu petani yang melaksanakan aktifitas pengelolaan usaha tani (on farm), baik di lahan milik, sewa, ataupun kerjasama.

Perbaikan juga dilakukan untuk luasan areal. Luasan lahan yang diusahakan oleh petani penerima kartu tani. Tidak harus sama antar subsektor. Misal, untuk subsekor tanaman pangan paling luas 2 ha, perkebunan 3 ha, perikanan 1 ha, holtikultura 2 ha. Per subsektor pun bisa dibedakan kembali.

Acuan pembedaannya adalah NTP (Nilai Tukar Petani). Jika NTP suatu komoditas relatif rendah berarti petani tersebut relatif lebih membutuhkan bantuan. Untuk luasan yang sama (misal padi dan karet) dampaknya ke kesejahteraan petani akan berbeda.

Ketiga, perbaikan layanan publik untuk sektor pertanian rakyat. Dengan perbaikan kriteria petani penerima, yang berikutnya adalah kemudahan mekanisme mendapatkan kartu tani bagi petani yang memenuhi kriteria. Tentu tidak dapat dikatakan mudah jika kartu tani dicetak terpusat, dan petani harus menunggu kiriman kartu dari Jakarta.

Selanjutnya, dengan berbagai kemudahan itu, dan dengan memiliki kartu tani, petani dapat lebih mudah mengakses layanan publik bidang pertanian. Saya berharap begitu.

Mungkin itu sedikit catatan saya, sebagaimana anak petani. Saya ingin menutup dengan jawaban dari pertanyaan: “siapa yang paling membutuhkan kartu tani?”.
Jawaban pembicara Webinar dari BRI saya nilai tepat: ” Kartu tani sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi petani”. Demikian kira-kira jawaban beliau.

(Wiyanto Sudarsono)

Terbit pertama kali di opini gemahripah.co dengan judul “Peluncuran Kartu Tani, Momen untuk Membenahi Data Pertanian dan Petani”.