Posted on Leave a comment

Nikmat Rasa

Jika kita sakit karena infeksi bakteri atau virus, tidak harus Covid-19, apalagi jika itu Covid, salah satu gejala yang dapat muncul adalah demam, melemahnya indra pengecap, dan sebagian juga lemahnya indra penciuman. Jadi kita tidak bisa mengecap rasa makanan.

Gejala yang saya alami adalah demam dan melemahnya indra pengecap. Saya tidak bisa merasakan bumbu masakan. Sampai-sampai saya meminta istri untuk membuatkan makanan yang kami nanti sepekan sekali. Mi instan goreng.

Biasanya begitu nikmat menyantap itu. Namun beberapa hari lalu, mi instan (dengan kekuatan bumbunya) terasa begitu hambar. Tanpa rasa. Qadarullah,sedikit nikmat dari Allah sedang dicabut.

Setelah di rawat lebih dari seminggu, saya menguji indra pengecap saya. Nampaknya sudah mulai pulih, Alhamdulillah. Saya minta kirim mi instan cup. Untuk mengetahui sejauh mana pengecap saya pulih. Saya sudah bisa merasakan nikmatnya mi instan. Berarti sudah mulai pulih, insyaAllah.

Gejala bisa saja berbeda. Salah satu pasien tidak bisa mencium bau.

Alangkah besarnya nikmat Rasa yang diberikan Allah kepada kita. Dikurangi atau dilemahkan sedikit saja, menjadi tidak karuan.

Lalu, Nikmat Tuhan manakah yang hendak kita dustakan?

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Sedikit tapi Berarti

Pandemi dan Pemasaran

Ada tiga kaidah epidemi. Pertama, Hukum tentang Yang sedikit (Law of Few), Kedua, Faktor kelekatan (Stickiness Factor), dan Kekuatan Konteks (Power of Context). Kaidah ini saya ambil dari The Tipping Point karya Malcolm Gladwell.

Kaidah hukum yang sedikit, memberikan penjelasan bagi kita tentang bagaimana sebagian kecil orang atau perilaku mampu memberikan pengaruh luar biasa kepada kelompok masyarakat, baik dalam penyebaran informasi, pengaruh, maupun penyakit.

Pada kasus epidemi atau pandemi, ada orang-orang yang baik sadar atau tidak menjadi perantara penyebaran atau penularan penyakit lebih banyak dibanding yang dilakukan orang lain. Perbedaan penularan ini pada rentang yang signifikan. Ia betul-betul luar biasa–dalam penyebaran atau penularan.

Orang dengan tipe ini adalah orang yang supel, pergaulan luas, mungkin orang ini adalah orang yang berkarakter “nggak ada LO, nggak rame“. Mungkin pemimpin komunitas ngopi bisa masuk kelompok yang sedikit ini. Orang dengan Karakter ini, kalau terinfeksi virus tertentu yang menyebar lewat percikan air liur, atau bersin–apalagi jika tanpa gejala, akan menyebarkan ke lebih banyak orang dari pada yang orang lain mampu lakukan.

Gladwell mengelompokkan orang-orang ini dalam satu kelompok yang terdiri dari Para Penghubung, Para Bijak Bestaru dan Para Penjaja. Kelompok orang yang mampu memengaruhi orang lain.

Kaidah di Pemasaran

Di pemasaran, juga ada orang-orang yang bersifat seperti ini. Berjumlah sedikit, tapi mampu memberi pengaruh besar pada keputusan Pembelian orang lain.

Para pemasar selalu berusaha mencari orang-orang semacam ini. Duta merek (brand ambassador) salah satunya. Di era media sosial saat ini, penggunaan oleh orang berpengaruh (influencer) atau endorsement adalah penggunaan kaidah yang sedikit. Kalau di pertanian mungkin penggunaan petani kunci (key farmer) sebagai pemasar lepas adalah contoh yang tepat.

Para penjual seharusnya senantiasa memperbanyak jumlah orang yang sedikit ini, agar virus “brand dan produk” yang dijajakan semakin menyebar.

Sesuai kaidah, bahwa orang-orang semacam ini sedikit. Aktivitas dan perkataan bisa sama, tapi keistimewaan orang yang sedikit ini menjadi pembeda dengan orang lain. Kejelian mencari orang-orang ini akan menentukan kesuksesan getok tular yang diharapkan akan terjadi.

Pemimpin kelompok, ulama, orang yang menguasai banyak informasi lokal, Penghubung orang-orang sekitar, tukang gosip–mungkin, ustadz, petani sukses, pemuka agama dan adat, para Salesman, mungkin termasuk orang yang bisa masuk dalam kaidah hukum tentang yang sedikit.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Dua Kejutan

Bangun tidur siang duduk sebentar menatap jendela. Awal pekan ini, Senin 20 Juli 2020. Sepi. Hanya angin bertiup di luar tanpa suara, karena tidak terdengar, tertutup jendela. Dari kamar 403.

Aha, ada tamu yang menengok saya dari luar jendela. Burung cinta tampaknya. Love bird.

Cukup lama ia bertengger di pinggir kaca jendela. Ia tampaknya mengantuk juga. Tertidur sebentar. Ia Merespon ketika saya mainkan jari di kaca. MasyaAllah, merah, hijau, kuning bulunya begitu indah. Saya sengaja membangunkan tidurnya, karena di sayapnya menempel semut rangrang.

Cukup lama ia di sana. Ingin masuk namun tak bisa. Ada kaca. Sungguh istimewa. Makhluk Allah yang sangat cantik. Itu kejutan pertama.

Panggilan Video Tak Terduga

Kejutan kedua datang. Kali ini dari kepolisian sektor Gresik. Menyatakan bahwa Bapak Kapolres AKBP Arief Fitrianto yang saat itu berada di Polsek Gresik ingin video call. Ah soal apa gerangan?!

Ternyata beliau ingin berbincang tentang pandemi Covid-19. Tepatnya, tentang kondisi saya yang tengah proses penyembuhan dari Covid-19. Dan menawari saya vitamin dari Polda. MasyaAllah kejutan hari ini. Pemimpin Kepolisian Kabupaten Gresik sampai menanyakan kondisi warga masyarakatnya.

Semoga Allah memudahkan tugas Pak Polisi dalam mengawal Covid-19, terutama dalam Penegakan pelaksanaan protokol kesehatan.

(Wiyanto Sudarsono)