Posted on Leave a comment

Cinta Pekerjaan

Seri-13, Layanan

Foto: pixabay (pexels.com)

Mengapa uring-uringan?” Tanya Bapak saya pada suatu waktu. Dalam bahasa Jawa. Kepada adik saya. Ketika kami masih sekolah.
Itu lho Pak, pelajaran di sekolah, aku nggak paham-paham!”. Keluhnyi, karena sulit memahami salah satu pelajaran matematika. Sebel aku. Aku nggak suka matematika.
Kita tidak akan sukses, kecuali kita mencintai pelajaran tersebut. Demikian pula dengan masalah yang lain. Pekerjaan, lingkungan, keluarga“. Nasihatnya begitu membekas.

Kami (saya dan adik) sempat berbincang tentang berbagai cinta yang pernah diungkapkan Bapak kami. Cinta kepada Allah, Cinta kepada Rasulullah, Cinta Kepada Orang Tua, Cinta Kepada Keluarga, Cinta Kepada Ilmu dan Pelajaran, Cinta Kepada Pekerjaan, Cinta Kepada Lingkungan/Masyarakat, Cinta kepada Tempat kita hidup dan Bekerja. Ya, ada delapan cinta yang pernah kami dengar darinya. Delapan cinta untuk hidup bahagia, demikian kami menyebutnya.

Dalam bekerja, kaitannya interaksi dengan orang lain, pekerjaan kita adalah melayani orang lain. Kolega, atasan, tim, pelanggan, adalah pelanggan kita. Pelanggan internal maupun eksternal. Bahkan kepada keluarga kita sendiri. Pelayanan tidak dapat sepenuh hati, jika tidak ada cinta.

Jika kita saat ini sedang berada pada titik “tidak suka” dan “tidak cinta” pada pekerjaan kita, mungkin tips berikut akan sedikit membantu.

Flash Back. Ingatlah momen menyenangkan di hari ini, di minggu ini, atau dimasa lalu tentang pekerjaan kita. Jangan-jangan kita mudah melupakannya. Lupa cara berbahagia dalam hal yang kita kerjakan.

Bangun hubungan. Jalin dan perbaiki hubungan dengan kolega kita. Jika pernah salah, atau paling tidak ada peluang dimana kita mungkin bisa salah, minta maaf adalah solusi terindah.

Respek. Hargai dan nikmati pendapatan kita saat ini. Ketika bekerja tentu mendapatkan pendapatan, upah, gaji, laba dan sebutan lainnya. Bukan soal besar atau kecilnya. Jika sudah lumayan, tentu sebuah alasan bagus untuk lebih mencintai Pekerjaan. Namun, poin pentingnya, sudahkah kita mengapresiasi dan bersyukur atas terhadap gaji/pendapatan yang diterima?
(WS)

Posted on Leave a comment

Memaknai Pekerjaan

Seri-12, Layanan

Beberapa seri sebelumnya kita banyak berdiskusi tentang profesional dari sisi fisik. Dapat dilihat. Dapat disentuh. Dan Dapat dinilai orang lain.

Pada seri ini, saya ingin mendiskusikan mengenai pekerjaan dan sikap diri terhadap pekerjaan. Ini lebih ke arah dalam. Ke arah diri kita sendiri.

Mengapa diskusi ini penting? Karena kita tidak dapat memberikan layanan yang baik dalam pekerjaan kita -lebih-lebih sebagai penjual-, tanpa adanya pemaknaan dalam pekerjaan kita.

Apakah kita bahagia dengan pekerjaan kita saat ini? Pertanyaan ini terlepas berapa penghasilan yang diterima dari pekerjaan. Tidak semua orang mampu berbahagia dengan pekerjaannya. Padahal sebagian kita menghabiskan waktu dan energi -sembilan, sepuluh, bahkan sampai 16 jam- untuk bekerja. Belum perjalanan dari dan ke tempat kerja.

Pertanyaan berikutnya, sudahkah kita mengetahui apa sesungguhnya hakikat pekerjaan kita? Apa makna pekerjaan ini bagi kita?

Anugerah. Saya teringat kata-kata yang bertebaran di beranda media sosial “pekerjaan yang kita keluhkan, adalah impian bagi pengangguran dan pelamar kerja”. Jika kita memiliki pekerjaan, kita patut bersyukur. Berarti kita termasuk yang mendapat anugerah dari Tuhan. Ketika mampu bersyukur, maka gairah bekerja akan datang.

Ibadah. Saya berkeyakinan bahwa bekerja adalah kewajiban. Menjalankan kewajiban adalah ibadah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya):
Apabila salat (Jumat) telah dilaksanakan, bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.
(Al-Jumuā€˜ah [62]:10).

Dalam bekerja kita harus niatkan melaksanakan kewajiban dan sebagai pelaksanaan perintah Tuhan. Tidak syak lagi, bahwa bekerja adalah ibadah.

Kehormatan. Sebagai penjual -ujung tombak sistem-, sekuriti, manajer, staf atau apapun itu, memiliki peran penting. Bagi diri, keluarga dan tempat kerja. Karena itu, kita perlu menghormati pekerjaan kita. Menghormati pekerjaan kita, berarti menghormati diri kita sendiri.

Pelayanan. Hasil pekerjaan kita, langsung ataupun tidak akan digunakan orang lain. Di level manapun kita bekerja. Karena itu, bekerja berarti memberi pelayanan kepada orang lain dalam sistem. Memenuhi kebutuhan, memberi kenyamanan, memberi pertolongan, memberi kebahagiaan, kepada aorang lain, merupakan salah satu arti dari bekerja.

(WS)