Posted on Leave a comment

Kunjungan Virtual

Seri Sisipan, Serial Menang Jualan di Sektor Pertanian

Gambar : dribbble.com

Saat ini tidak semua wilayah dapat kita kunjungi. Sentra pertanian sekalipun. Lahan pertaniannya mungkin bisa, tapi lokasi rumah atau toko pelanggan belum tentu bisa. Apalagi daerah yang sudah menerapkan karantina wilayah atau PSBB (Perbatasan Sosial Berskala Besar). Bisa tidak kembali penjual yang memasukinya. Paling tidak untuk 14 hari lamanya.

Pada kondisi normal, situasi yang mirip mungkin terjadi. Wilayah yang terisolir karena adanya longsor atau jembatan runtuh di jalan utama atau jalan satu-satunya.

Sebagai penjual, ini merupakan kendala tersendiri. Namun, bukan berarti tidak ada jalan. Kunjungan masih bisa dan harus tetap jalan. Kunjungan via daring (online). Via panggilan video atau suara.

Saya menyebutnya kunjungan virtual. Penjual pertanian jangan kalah dengan sektor konsumsi harian (rokok misalnya), telekomunikasi, properti, atau konstruksi. Penjual pertanian harus tetap bisa tampil atau hadir dengan menggunakan perangkat lunak komputer, misalnya internet. Jika pelanggan kita menggunakan gawai (HP) versi lama, belum smartphone, maka lakukan panggilan suara.

Minimal kita masih bisa ada peluang penjualan tipis-tipis. Jikapun tidak, ini dapat menjadikan kita penjual yang manusiawi. Penjual yang hadir tidak saat senang saja, tapi selalu hadir bagi konsumen, meski disaat sulit.

Tips Kunjungan Virtual

Lakukan panggilan sesuai jadwal. Jika kita biasanya berkunjung, saat ini kita teleponan.

Kita hendak melakukan panggilan video, buatlah janji terlebih dahulu. Agar pelanggan kita siap. Jika panggilan suara, lakukan di jam dimana pelanggan kita menerima kunjungan kita.

Tersenyumlah. Meski Saat panggilan suara. Tersenyumlah, akan terasa dalam suara kita, apalagi panggilan video. Yang terlihat jelas.

Hindari raut wajah kita yang menunjukan kebosanan. Anggukkan kepala dan condongkan badan jika setuju atau tertarik.

Lihatlah ke kamera, tutup gangguan atau notifikasi dan program lain di komputer atau gawai kita.

Duduk atau berdiri dengan tegap. Atur jarak dengan kamera, idealnya wajah kita kurang dari sepertiga video kita. Hindari gerakan yang berlebihan.

Tanyalah kabar, tanyakan kebutuhan pelanggan selama PSBB. Hanya saat semuanya terkondisi baik, baru lakukan penjualan. Saatnya kita menjadi penjual yang berempati. Berilah bantuan semaksimal mungkin yang kita bisa.

Jika wilayah masih bisa dimasuki secara terbatas, kita bisa melakukan prediksi kebutuhan dan penjadwalan pengiriman. Selama kita tidak berkunjung secara fisik. Lakukan diskusi dengan pelanggan.

Kita juga bisa memberikan pelayanan pengantaran langsung ke lahan pertanian. Misal, barang biasanya kita kirim ke kios. Nah, kita bisa menawarkan untuk mengirim langsung ke lahan petani pelanggan dari kios tersebut. Tapi, hati-hati pastikan petani tetap bertransaksi dengan kios.

Waktu-waktu ini membuat kita berubah. Cara berfikir, bertindak, dan bekerja. Harus “move on” kata orang.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

KONTROL JARAK

Seri ke-3, Serial Menang Jualan di Sektor Pertanian

Gambar : aororaoperations.wordpress.com

Terkait teritori, tiga hal yang harus kita perhatikan. Terutama untuk melakukan kunjungan, sebagai penjual di sektor pertanian. Jarak tempuh, kondisi geografis, kontrol teritori.

3/5. Jarak Tempuh

Jarak tempuh satu kecamatan dengan kecamatan lain bisa sangat berbeda. Sentra pertanian tanaman pangan (padi dan jagung) di dataran rendah, berbeda dengan sentra hortikultura di wilayah pegunungan. Variasi ini akan memengaruhi kinerja kita dalam melakukan kunjungan. Yang tentu akan berpengaruh pada kunjung efektif (kunjungan berbuah Penjualan).

Untuk mengetahui jarak tempuh kita harus PETAKAN. Membuat peta. Peta wilayah, peta pelanggan, dan rute kunjungan. Bisa satu peta satu kecamatan atau satu peta satu kabupaten, tergantung jumlah pelanggan. Bukan peta buta.

Peta hendaknya dibuat saat pertama kali melakukan kunjungan /keliling, atau orientasi wilayah. Jika saat ini belum punya, tidak ada salahnya kita membuat.

Jangan mengandalkan intuisi. Gunakan alat. Demikian pesan salah satu fasilitator dalam pelatihan online yang saya ikuti. Sekalipun alatnya manual. Kertas A4 atau buku gambar dan pensil. Percayalah, akan bermanfaat.

Peta, yang tujuannya akan memudahkan kita melakukan kunjungan, (1) harus dibuat melingkar, (2) perjalanan keliling upayakan tidak menyilang, (3) jangan melalui rute yang sama untuk pulang dan pergi ke pelanggan yang sama, (4) pelanggan yang berurutan kunjungi secara berurutan.

Misal, hari ini kita Jadwalkan melakukan kunjungan ke kecamatan Guyung dan Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi. Markas kita di Ngawi Kota. Pelanggan kita ada, Distributor, kios, dan petani kunci.

Pastikan rute kita melingkar, berdasarkan peta jalan. Bukan urutan pelanggan, harus Distributor dulu, baru kios, dst. Agar efektif.

Misal, Dari jalan poros Madiun-Ngawi, kita mulai Kec. Guyung sisi Utara, sisi Timur, ke selatan, masuk Kecamatan Gerih, ke barat masih kecamatan Gerih, kembali di Kec. Guyung sisi Barat, dan balik jalan poros lagi.

Jika dua kecamatan terlalu besar, 1 kecamatan saja. Dengan pola yang sama. Melingkar. 

4/5. Kontrol Teritori

Ini yang kita harus benar-benar sadari. Kita harus mengontrol teritori kita. Mana yang sudah kita kunjungi dan mana yang belum. Jangan sampai periode kita habis, ada pelanggan yang terlewat.

Dan, jangan sampai, sekian bulan kita bertempat di wilayah penjualan itu, tapi saat join visit (kunjungan bersama atasan), kita masih mengenalkan diri dengan pelanggan atau kios yang kita kunjungi. Kios resmi padahal.

Yang lebih penting lagi, sebagai penjual, kita juga AKAN DIKONTROL oleh atasan kita, oleh perusahaan kita. Penggunaan alat atau aplikasi yang berbasis online /GPS sangat dimungkinkan sekali. Dan itu bagus.

Untuk memastikan dan mengevaluasi kinerja kita. Sebagian yang belum terbiasa, mungkin akan risih. “kok seolah tidak dipercaya”. Bukan demikian sebenarnya. Alat sebenarnya untuk membantu kita. Mengingatkan kita terhadap janji dengan pelanggan, dan agar kita bisa mengevaluasi. Jika bekerja dengan baik, tidak masalah bukan, ada alat yang memantau maupun tidak.

5/5. Kondisi Geografis.

Kita juga hendaknya memahami kondisi geografis wilayah kita. Dimana berbukit, mana yang datar. Mana yang jalannya halus, mana yang terjal, bergelombang, aspal rusak, atau seperti kubangan.

Jika kita sering berkeliling, maka kita akan dapat seperti ungkapan “sambil merem saja, dimana lubangnya tahu”.

(Wiyanto Sudarsono).