Posted on 2 Comments

Tafsir Perdamaian

Alhamdulillah Indonesia telah memiliki Ulil Amri. Pemimpin beserta kepala urusannya. Presiden dan Para Menterinya.

Usai sudah pesta demokrasi. Atau perseteruan melalui pesta demokrasi. Islah telah terjadi. Pemimpin-pemimpin dari calon pemimpin yang dipilih, telah bersama. Dalam barisan yang sama. Memajukan Indonesia.

Pendukung mereka – calon pemimpin – pun seharusnya demikian. Menyudahi perseteruan. Menyudahi ejek-mengejek. Menyudahi olok-mengolok dan merendahkan.

Dan jangan lupa, beristighfar, memohon ampun kepada Allah atas apa yang telah terjadi. Mungkin diperlukan saling meminta maaf.

Alhamdulillah. Kita seharusnya sudah dapat meninggalkan hal-hal yang diharamkan Allah. Mengolok – olok, mengejek, mencela, dan merendahkan orang lain. Bahkan, pelaku dosa sekalipun. Kita dilarang merendahkannya. Allah melarangnya melalui Alquran, di surat ke-49 (al-hujurat) ayat yang ke-11 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. Demikian terjemahan dari aplikasi Qur’an Kemenag versi 1.3.4.4.

Tafsirnya dibahas semalam. Oleh Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi. Mengolok-olok, mengejek, memanggil dengan panggilan yang buruk, dan merendahkan orang lain, termasuk dosa besar. Karena ayat tersebut dimulai dengan seruan kepada orang yang beriman, dan disebutkan oleh Allah secara langsung. Tegas.

Astagfirullah. Kita memohon ampun kepada Allah atas dosa-doaa kita. Dan kepada orang-orang yang pernah saya panggil dengan buruk, saya olok-olok, saya cela, atau saya rendahkan, meskipun bercanda, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Mari kita doakan pemimpin-pemimpin kita. Dengan doa terbaik. Agar Negara kita dapat damai dan sejahtera. Sebagaimana pesan khatib jumat tadi. Di Masjid Nurul Jannah Petrokimia Gresik, Jawa Timur.

(Wiyanto Sudarsono)

Posted on Leave a comment

Pilar Tanggung Jawab (2), Latihan

Seri kedelapan, dari Serial Jualan dengan Karakter

Menjadi penjual yang baik bukan bakat. Tapi terbentuk karena proses. Jika ada penjual yang sejak awal masuk baik, pasti ada sesuatu. Sesuatu yang membuatnya memiliki karakter penjual yang baik. Mungkin budaya dalam keluarga. Mungkin lingkungan. Mungkin bacaan. Mungkin guru atau mentor. Mungkin teman ngopi. Meski jika di beberapa hal ada yang beranggapan adanya “bakat”, saya tidak bisa menyalahkan.

Penjualan adalah keterampilan. Sama dengan berkendara. Sama dengan menjahit dan memasak. Sama dengan memanah. Sama dengan menggiring bola.

Karena itu ada kompetensi yang namanya Selling Skill. Keterampilan Penjualan. Untuk menjadi terampil harus ada latihan.

Pilar #8, Berlatihlah, Selalu Evaluasi Capaian Kita

Tidak ada keterampilan yang tiba-tiba muncul. Tiba-tiba kita datang, diberi busur dan anak panah. Melihat panah saja jarang. Diminta membidik sasaran. Apakah kira kira akan mengena ke sasaran? Baru masuk di tim penjualan, dari lulus SMA. Misal, langsung diminta jualan probiotik untuk ayam?

Berlatihlah. Keterampilan harus dilatih. Dan kita seharusnya akan betul-betul terampil, jika telah melakukan hal itu, sampai 10.000 jam. Sepuluh ribu jam. Bukan salah ketik itu. Demikian, kata Malcolm Gladwell dalam bukunya Outlier -Pencilan. Tanpa berlatih,Хабиб Нурмагомедов, Khabib Nurmagomedov, akan sulit menjadi juara UFC dua kali.

Gambar Bab Kaidah 10.000 jam dari buku Outlier, karya Malcolm Gladwell.

Yah, jika kita bekerja di bidang penjualan, 5 tahun lah. Harusnya kita terampil. Jika latihan kita benar. Materinya benar. Dengan cara latihan yang benar.

Sekali lagi, saya bercita-cita dapat mengikuti dan memberikan keterampilan penjualan yang memadai. Bagi Penjual di lingkungan saya. Sales Operation, Sales Manajemen, Sales Strategy, on Becoming Sales Superstar, dan lain lain. Beberapa sudah terwujud. Yang belum terwujud adalah memberi keterampilan budidaya pertanian. Yang benar. Yang detail. Oleh ahlinya.

Betapa irinya saya (iri yang positif), mendengar cerita dari Saudara saya. Ia masuk sebagai Calon Penjual Benih. Ia dilatih budidaya. Dan keterampilan penjualan tentunya. Teori dan praktik. 3 bulan penuh. Dikarantina. Di Pusat pendidikan perusahaan. Begitu menguasai ia. Dengan keterampilan budi daya. Banyak komoditas. Prinsipnya dapat. Tanaman lain, ia dapatkan dengan membudidaya bersama petani. Yang juga pelangggannya. Membuatnya semakin terlatih.

Jangan lupa berlatih. Berjualan.

(Wiyanto Sudarsono).