Posted on Leave a comment

Tidak Perlu Alasan

Catatan Minggu Pagi

“Apakah engkau menyukai laut, nak?”. Tanya seorang pengemudi bus kepada salah satu penumpangnya yang masih anak-anak.
“ya”. Jawabnya.
“Mengapa engkau begitu menyukai ya? “. Tanya sang Pengemudi lagi.
“Apakah aku harus memiliki alasan, [untuk menyukai laut]?”. Jawab sang anak.
“Ah, kamu benar [tidak perlu alasan untuk menyukai]”. Tutup sang Pengemudi.

Ah, demikian simpel rasa suka itu. Sebagaimana rasa cinta, dan rasa lainnya yang berkebalikan dengan itu.

Terkadang kita berpikir terlalu banyak syarat untuk suka dan cinta. Yang kalau banyak syarat, harus gini-harus gitu. Kata Sujewo Tedjo, bukan cinta, itu kalkulasi.

Padahal kalau sudah suka, sudah cinta, kita seringkali tanpa kalkulasi. Mengapa untuk suka harus ada kalkulasi atau alasan?

Tak Terduga

Cuplikan percakapan di atas adalah potongan adegan dari film pendek Korea berjudul “Musim Panas, Bus”. Judul aslinya tentu dalam huruf dan bahasa Korea.

Penumpang anak-anak tadi, sebelum percakapan tadi adalah seorang penumpang yang selalu menggambar di kaca bus. Gambar ikan. Atau laut. Suatu saat crayonnya tertinggal.

Sang pengemudi mengembalikannya. Ternyata ia sedang sakit.

Pada suatu kesempatan, sang anak naik bus itu kembali. Ia begitu kaget, terpesona. Bus telah di dekorasi, di gambar, dengan gambar laut dan berbagai jenis ikan.

Dalam dunia pemasaran dan penjualan, bisa juga di kehidupan romansa, ini sering terjadi. Atau bahkan perlu diciptakan.

Kejutan, mempesona, mengagetkan, yang positif. Agar timbul rasa. Rasa suka, rasa cinta, yang tanpa alasan, tanpa kalkulasi.

Membuat loyalitas tanpa batas. Kalau sudah cinta, suka, loyal, paite kopi rasane legi.

(Wiyanto Sudarsono)

Link video film pendek “Musim Panas, Bus”, https://youtu.be/-MliIE5PGrI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *