Oleh: Wiyanto Sudarsono
Sudah bisa berkeliling ke daerah kembali. Melihat berbagai sudut masyarakat yang beraktivitas lagi. Mulai siswa hingga petani. Mulai aktivitas usaha hingga ibadah.
Salat di masjid tanpa berjarak. Nikmat. Masker tetap saya kenakan. Anak-anak sekolah mulai diantar orang tua mereka. Meramaikan lalu lintas pagi.
Siraman rohani mengguyur hati selepas salat subuh pagi ini. Agak kaget diajak bersalaman. Sudah lama tidak bersalaman, tapi ada rasa bahagia ketika kembali bisa melakukannya. Tak terasa kalau masih ada covid.
“Apakah covid itu betul ada?” Tanya jamaah yang duduk disebelah kiri saya selepas tausiah pagi. Ia tanya, seolah sangsi dengan keberadaan corona sebagai biang penyakit COVID-19.
“Saya kena Juli lalu. 13 hari dirawat. Dengan 11 hari bergejala sebelumnya. Alhamdulillah selamat”. Jawab saya mulai mengubah keraguannya. Diskusi kami berlanjut hingga ke gejala, mengapa orang bisa lewat (meninggal) karena covid dan seterusnya.
Ada asiknya berdiskusi dengan jamaah masjid. Selalu mengingatkan dengan iman kepada takdir, pentingnya ikhtiar, pentingnya perlindungan Allah, sampai kepada masalah moral dan perbaikan masyarakat. Dan tentu saja terkadang pengambilan hikmah dibalik musibah.
Sambil menghabiskan kopi dan gorengan, jiwa ini diingatkan oleh pemateri. Melalui ayat 216 dari surat Al Baqarah:
“… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.“
(Al-Baqarah [2]:216)
Semoga Allah melindungi kita semua dan segera mengangkat wabah COVID-19 ini.
(Wiyanto Sudarsono)