Posted on Leave a comment

Syair Sahabat

Sebuah Catatan Jumat

Kawan hidup ini umpama langit
Yang tidak selalu cerah
Kawan hidup ini umpama awan
Yang tidak selalu putih

Ingatlah (ingatlah kawan ingatlah)
Bintang-bintang di langit Takkan terus berkelipan
Ingatlah (ingatlah kawan ingatlah)
Pelangi yang indah
Pasti akan hilang

Kawan jangan biarkan dirimu
Umpama lipan dan kala
Berbisa namun akhirnya
Menjadi perhiasan dimeja tulis

Oh kawan jadilah seperti si matahari
Membakar diri demi insan sejagat
Oh kawan jadilah seperti bulan purnama
Menerangi malam yang gelap gulita
Menunjukkan jalan demi umat semesta

Bait-bait syair. Potongan dari syair berjudul Kawan, yang didendangkan oleh Unic, 2002.

Bercerita tentang persahabatan. Yang baik. Namun tidak selalu baik. Ada kalanya tidak baik.

Selalu begitu dalam setiap hubungan manusia. Dalam kehidupan. Karena hidup tidak selalu datar. Seperti tagline merek kudapan (snack) kentang yang terkenal. Life is Never Flat.

Namun, hubungan harus selalu dirawat. Jika ingin diteruskan. Jika ingin awet.

Persahabatan, sebagaimana hubungan antar manusia lainnya, seperti menanam. Lebih tepatnya menanam padi. Yang teknik budidayanya cukup rumit. (baca : memahami sawah).

Kadang tumbuh suket teki. Eh.. Gulma. Gulmanya, bisa salah bicara. Bisa salah paham. Atau salah dalam mengambil keputusan. Atau bercanda yang berlebihan. Atau hanya keceplosan. Baik dalam lisan maupun tulisan.

Padi harus dijaga. Sebagaimana persahabatan. Gulma harus dikurangi. Bisa dengan disiangi. Atau pakai pestisida, kimia atau hayati. Itulah nasihat. Agar pertemanan tetap sehat.

Padinya, harus terima seprotan pestisida. Itulah memaafkan. Menyadari bahwa sahabat, kawan, teman kita juga manusia.

Itu mengapa, kita hendaknya bersyukur jika kita pernah berbuat salah. Dan bersyukur karena kita diberi kesadaran bahwa kita telah berbuat salah. Agar kita sadar, bahwa kita manusia biasa. Agar jika ada orang yang berbuat salah, kita dapat dengan mudah memaafkannya.

Sahabat itu selalu memberi arti. Sahabat itu saling memberi kasih. Sahabat itu cerminan ketulusan. Demikian sebagian orang mengatakan.

Bagi saya, Sahabat itu juga memaafkan. Dan harus mampu memaafkan. Sahabat itu juga menasihati dan mengingatkan. Bahkan terkadang perlu dengan keras dan tegas. Agar persahabatan tetap baik, di jalan kebenaran.

(Wiyanto Sudarsono)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *